"Bukankah kalian bertunangan?" tanya Pak Robert.
Deg.
Jantung Maya hampir saja copot. Dia segera memegangi dadanya yang terasa nyeri di ulu hati. Letih tapi tidak berdarah.
"Mengapa mendengar Jonathan sudah memiliki tunangan rasanya sesakit ini? " bisik Maya dalam hati.
Belum sempat Jonathan menjawab pertanyaan Pak Robert, Maya sudah tidak tahan. Dia ingin segera menenangkan hatinya yang tiba-tiba begitu sakit
"Pak maaf saya mohon ijin ke toilet dulu," ujar Maya segera bangkit dari tempat duduknya.
Dia lalu berjalan dengan cepat bahkan setengah berlari meninggalkan ruangan tersebut. Dia ingin segera kabur dan berharap tidak bertemu dengan Jonathan lagi.
Sesampainya di toilet Maya tidak buang air kecil ataupun air besar. Karena memang tujuannya bukan untuk itu. Dia ingin menenangkan diri saja
Dia hanya berdiri di depan westafel, memandangi wajahnya yang pias. Matanya tiba-tiba berembun. Ada aliran
Maya merasa tidak asing dengan mobil tersebut Tidak lama kemudian pemilik mobil membuka kaca jendela kirinya. Betapa kagetnya Maya melihat orang yang duduk di kursi kemudi. "Bukankah itu," ucapnya tanpa bisa meneruskan kata-katanya. "Maya," panggil pemilik mobil itu. Maya pura-pura tidak mengenal. Dia justru mempercepat langkahnya untuk segera pulang ke rumah. Beberapa kali mobil sport tersebut membunyikan klakson. Namun Maya tetap tidak menghiraukan. Sampai kemudian dia menghilang masuk gang menuju rumah kostnya Ternyata mobil tersebut juga tetap mengikutinya. Anehnya saat dia masuk rumah, mobil tersebut tidak ikut berhenti. Namun tetap melaju ke gang berikutnya. Maya merasa lega. Ia langsung menuju kamarnya dan merebahkan diri. Setidaknya untuk kali ini dia akan dari kejaran Jonathan. "Seharusnya tadi aku tidak usah lari dan pura-pura tidak kenal," ada sedikit sesal di hatinya. Namun saat dia men
"Hadiah dari Aunty nanti biar Uncle yang membelikan Farel." Terdengar suara bariton yang berada di belakang Maya. Dan Maya sudah sangat hapal pemilik suara itu. Namun dia tidak berani menoleh ke arah sumber suara. Maya memilih berlalu dari tempat tersebut. "Farel, aunty bantu mama di belakang dulu ya," ujarnya kepada remaja tersebut. "Iya, Aunty," jawab Farel. "Pak Robert, Pak Jonathan, saya ijin ke belakang," ujar Maya berpamitan. Tanpa menunggu jawaban dari keduanya. Maya langsung menuju ke belakang. Ternyata untuk tamu perempuan dipisah dengan tamu laki laki. Untuk bagian depan di ruang tamu di tempati temu laki-laki. Sedangkan untuk tamu perempuan lesehan di ruang keluarga. Maya merasa aman dengan konsep tersebut. Setidaknya dia bisa menghindari dari Jonathan untuk beberapa saat. Meskipun masih berada di rumah Yeng sama Tepat pukul 19.00 acara dimulai. Tidak banyak undangan. Tanya sekitar 100 orang.
Setelah berpamitan, Maya dan Jonathan masuk ke dalam mobil. Tanpa diduga Maya, Jonathan membukakan pintu untuknya. Sekaligus menutupnya. Dia jadi ingat waktu dulu mereka pernah menjadi pacar pura-pura. Hal itu pula yang dilakukan Jonathan kini.Beberapa saat keduanya tampak canggung. Ini memang pertemuan keempat mereka setelah Maya kabur dari rumah Jonathan. Namun baru kali ini mereka benar-benar hanya berdua saja.Anehnya Jonathan tidak lagi bertanya di mana alamat kost Maya. Dengan lancar dia mengemudikan mobil sportnya membelah keramaian ibu kota."Kamu tidak bisa lagi lari dariku Maya," ujar Jonathan.Maya menunduk. Air matanya jatuh. Sulit untuk mendefinisikan ini adalah air mata bahagia atau sebaliknya. Ya, Maya memang sangat bahagia untuk saat ini. Bisa duduk berdampingan dengan pria yang dicintainya dalam diam.Di sisi lain dia juga sangat bersedih. Karena dia memiliki harapan yang berlebih untuk hubungan mereka. Padahal Maya su
Pintu rumah kost sudah dikunci. Karena jam sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Ini rekor pulang paling malam bagi Maya. Sebelum ini, dia pulang paling malam pukul 22.00. Itu saat Maya kuliah dan ada tugas yang harus diselesaikan.Beruntung setiap anak kost diberi tiga kunci. Yakni kunci pagar, kunci rumah kost dan satu lagi kucing kamar masing masing. Sehingga jam berapa pun anak kost pulang tidak merepotkan satu sama lain.Saat Maya hendak masuk kamar ternyata Adel juga sedang membuka pintu kamarnya. Tampaknya dia juga baru pulang kuliah dan mengerjakan tugas."Maya," teriaknya sambil berbisik. Agar tidak mengganggu penghuni kamar lainnya.Maklum di kost tersebut ada 20 penghuni. 10 orang di kamar atas dan 10 lainnya di lantai satu. Maya dan Adel mendapat kamar yang di lantai 2. Meskipun kamar mereka tidak berdekatan.Maya hanya melambaikan tangan. Seraya membuka daun pintu dengan kunci di tangannya. Sedangkan tangan lainnya memegang sebuah
Namun belum sempat Maya searching, sebuah notifikasi masuk dari nomor yang tidak dikenal.Sebuah pesan dia baca."Aku sudah menunggumu di bawah. (Jonathan)"."Apa?"" teriak Maya histeris.Maya langsung mengetik di handphone nya untuk memberi jawaban . "Aku belum mandi. Daripada kelamaan menunggu, pulang saja," usir Maya.Jonathan tidak terima. Dia langsung melakukan panggilan video. Beberapa kali Maya me-reject panggilan tersebut. Namun dia tidak putus asa. Sampai akhirnya Maya menerimanya."Turun dulu sebentar," ujar Jonathan. Kemudian telepon ditutup.Dengan malas-malasan Mays turun ke bawah. Dengan pakaian seadanya. Sebuah piyama panjang dan atasan sebatas siku. Dan rambut yang dicepol asal-asalan.Dia berharap Jonathan akan membenci dirinya melihat penampilannya yang acak-acakan baru bangun tidur. Dia juga mengira Jonathan hanya mampir sesaat saja. Sehingga tidak perlu berpakaian rapi."
"Mas, Mbak," terdengar suara yang memanggil Maya dan Jonathan saat mereka duduk di kursi taman.Keduanya menoleh ke arah gadis kecil. Ternyata dia membawa dompet Maya yang tidak sengaja jatuh saat mereka berjalan. "Ini dompet mbak, tadi aku lihat jatuh," ujar gadis kecil itu.Maya segera meraihnya. Dan mengechek isinya. Memang benar itu dompetnya. Dan isinya tidak berkurang sedikit pun."Terima kasih adik baik. Ini kakak punya hadiah untukmu,"ujar Jonathan seraya menyerahkan dua lembar uang berwarna pink kepada gadis itu."Terima kasih kakek ganteng," ujarnya seraya pergi."Masih kecil udah tahu cowok ganteng," bisik Maya di telinga Jonathan."Kamu cemburu?" goda Jonathan.Pagi yang cerah. Secerah hati keduanya. Maya dan Jonathan berjalan bergandengan di sepanjang trotoar taman nasional itu. Dunia serasa milik berdua. Dan yang lain mengontrak."Kita cari sarapan yuk," ajak Jonathan."Ayuk. Aku juga sudah lapa
Saat mereka menonton film di bioskop, seseorang tampak memperhatikan Maya."Kamu Maya kan?" tanya laki-laki itu.Mata awalnya kebingungan karena ruangan yang agak gelap membuat dia tidak leluasa mengenali pemuda itu."Ya ampun Hengky ya?" tanya Maya. Dia masih ingat saat awal mereka melamar bekerja di resto. Hengki adalah teman pertamanya.Hengky mengangguk."Sama pacarmu?" tanya Maya seraya melirik perempuan yang duduk di sebelah Hengky."Iya. Kalau ini pacarmu juga?" tanya Hengky sambil melihat ke arah Jonathan.Belum sempat Maya menjawab. "iya, saya Jonathan pacar Maya," ujar Jonathan sambil mengulurkan tangannya.Karena film segera dimulai. Hengky kembali lagi ke tempat duduknya bersama pacarnya .Setelah acara nonton, Maya minta untuk pulang. Sebenarnya Jonathan tidak setuju, karena dia masih ingin menghabiskan waktu seharian bersama Maya. Bahkan kalau perlu sampai malam."Aku besok kerja Jonathan
Maya mengetuk pintu kamar Adel. Ternyata sampai diketok tiga kali tetap tidak ada jawaban dari Adel.Ke mana Adel pergi? Tanya Maya dalam hati. Tidak biasanya Adel pergi terlebih dahulu tanpa berpamitan kepada dia.Maya lalu merogoh tasnya. Dia hendak mengambil handphone untuk menghubungi Adel. Dia khawatir telah terjadi sesuatu dengan Adel.Saat hendak menghubungi Adel, Afi keluar dari kamarnya. "Tadi aku lihat Adel sudah berangkat lebih pagi Maya. Dia sungkan sepertinya untuk membangunkan kamu, " ujar Afi."Baiklah. Terima kasih informasinya Afi," kata Maya kepada gadis yang bekerja di rumah makan itu.Selanjutnya Maya turun ke bawah untuk segera berangkat ke kantornya dengan berjalan kaki. Sesampainya di dekat jalan raya, sebuah mobil merapat di sisinya.Maya menoleh ke arah mobil tersebut. Mungkin pengemudi mobil tersebut ingin bertanya sesuatu kepadanya. Tapi betapa kagetnya Maya, ternyata yang di dalam.mobil tersebut