Hafsa sudah menyiapkan pakaian Elang sedari tadi dan dia juga sudah menunggu Elang yang tak kunjung keluar mungkin sudah setengah jam Elang didalam kamar mandi membuatnya cemas dan panik.
"Aduh lama banget mandinya melebihi gadis, masa aku harus menunggu disini terus atau... dia kenapa-napa lagi, aduuh gimana ini?" gumam Hafsa pada dirinya sendiri mondar mandir didepan kamar mandi.Lalu tak lama kemudian pintu diketuk dari luarTok tok tokHafsa segera membuka pintunya dan ternyata Melati datang membawakan sarapan untuk tuan mudanya."Melati,.""Hafsa ini sarapan tuan muda Elang.""Apa emang harus diantar?""Sepertinya begitu, aku hanya mengerjakan perintah.""Oh... begitu tuan muda suka sarapan dikamarnya. Baiklah sini terimakasih yah!" Hafsa menerima sarapan itu yang dibawa dengan troling.""Eh ngomong-ngomong tuan muda sudah bangun." tanya Melati sambil melongok kedalam."Sudah dia lagi berendam.""Berendam.""Iya, berendamnya lama banget lagi!" bisik Hafsa pelan."Hihihi namanya juga orang kaya" Melati terkikik geli membalasnya."Sudah sudah cepat kembali nanti dimarahi lagi." kata Hafsa mengakhiri."Iya. daah!".Hafsa menutup pintu dan membawa troling berisi makanan itu kedalam dan melihat kamar mandi masih menutup dan Elang belum memanggilnya."Aduh.. kok lama sekali dia belum keluar juga. Apa ku ketuk saja yah pintunya." kata Hafsa berinisiatif.Lalu dia mendekati pintu kamar mandi dan mencoba mengetuknya sekali dengan pelan.tok tok tok"Tuan...!" tak ada sahutan, coba lagi."Tuan....!" berbicara lebih keras tetap tak ada sahutan."Tuan apa anda baik-baik saja?" dengan lebih keras Hafsa menggedor pintu kamar mandi sehingga yang didalam terbangun dan terganggu."Sial, pengasuh itu mengganggu ketenangan ku saja " kesal Elang karena kenyamanannya diganggu."Ada apa?" sahut Elang dengan suara keras juga."Tuan sedang apa? apa tuan baik-baik saja kenapa lama sekali?" ucap Hafsa dibalik pintu."Jangan banyak bicara cepat bantu aku." jawab Elang ketus, setelah Hafsa masuk dia akan memarahi pelayan itu.Hafsa kemudian membuka pintu sesuai perintah terlihat Elang sudah duduk dibak mandinya dengan bertelanjang dada tentunyaHafsa bahkan sampai memalingkan wajahnya."Ada yang bisa saya bantu tuan.""Kau sudah merusak mood berendamku, dan berani sekali kau berteriak kepadaku, apa kau ingin dipecat?" ucap Elang dingin dan tajam.Hafsa langsung bereaksi, "Tidak tuan tidak, aku masih membutuhkan pekerjaan ini. Tadi itu aku hanya khawatir kalau tuan kenapa-napa karena tuan tidak memanggilku makanya aku berinisiatif memanggil tuan." ucap Hafsa takut-takut."Aku tidak butuh alasanmu, lain kali jika tidak aku panggil maka kau jangan berteriak-teriak, mengerti." Hafsa mengangguk tapi teringat Elang tidak bisa melihat segera dia menjawab."Iya tuan saya mengerti.!""Sudah sekarang bantu aku berdiri."Hah, Hafsa melongo bantu berdiri yang ada dipikirannya kalau Elang sedang polos mana mungkin dia melakukannya kalau terlihat anu nya bagaimana?."Kenapa kau diam saja? bantu aku cepat.""Ta-pi tuan aku masih polos, aku tidak mau mataku ternodai." ucap Hafsa terbata.Elang tersenyum miring, baru kali ini ada pelayan yang menolak perintahnya dalam keadaan seperti ini biasanya tanpa diperintah pun mereka akan dengan senang hati melakukannya."Kau benar-benar ingin dipecat?""Ti-dak tuan.""Lalu kenapa kau banyak alasan? aku tidak peduli kau masih polos atau tidak karena aku tidak bisa melihat reaksimu. Bisa saja kau hanya pura-pura lalu kau malah tergiur dengan tubuhku." ucap Elang tersenyum sinis.Mendengar perkataan Elang membuat harga dirinya tersakiti dia tidak terima."Tuan, jangan sembarangan bicara yah! aku tidak seperti itu, kalau tuan berfikiran begitu tentangku baiklah lebih baik tuan pecat saja aku." ucap Hafsa dengan emosi.Elang semakin tersenyum sinis."Baiklah kalau kau maunya begitu, sekarang juga coba kau buktikan membantuku tanpa menyentuhku."Hafsa kembali melongo membantu tanpa menyentuh bagaimana caranya?."Bagaimana caranya tuan?" tanya Hafsa bingung."Terserah dirimu, aku tidak peduli!" ucap Elang ingin mengerjai Hafsa.Hafsa kemudian berfikir bagaimana caranya membantu tanpa menyentuh. Ah dia mendapatkan ide kemudian dia mencari plastik untuk menutupi kedua tangannya lalu bersiap untuk membantu Elang."Oke, saya sudah siap tuan!" sini aku bantu."Elang mengernyit, "Apa yang kau gunakan?""Sudah yang pentingkan tidak menyentuh kulit secara langsung, ayo cepat tuan nanti tuan kedinginan. Siapa yang repot? tentu aku." celoteh Hafsa membuat Elang melebarkan mata.'Kenapa jadi aku yang dikerjai' batin Elang pada dirinya sendiri."Aku janji akan tutup mata dan tidak akan melihat apapun."Kemudian Hafsa membantu Elang berdiri dengan tangan menggunakan plastik yang dia temukan.Tanpa melihat apapun yang sebenarnya Elang memakai celana dalam tetapi tetap saja ada yang menonjol dibalik celana itu dan Hafsa pun pasti bisa melihatnya.Dibilasnya tuan muda dengan air shower dan dibantu Hafsa masih dengan memejamkan mata.Elang tau bahwa pengasuhnya ini jujur dan tidak dibuat-buat. Setelah selesai membilas Elang dibantu Hafsa menggunakan jubah handuknya lalu mendudukkannya dikursi roda dan matanya sudah terbuka saat sudah memakai jubah handuk itu.Kemudian membantunya keluar dari kamar mandi."Tuan sarapan tuan sudah siap, ingin makan dulu atau pakai baju dulu." tawarnya tersenyum."Aku ingin berpakaian dulu." jawab Elang.Kemudian Hafsa menyerahkan pakaiannya."Ini tuan!"."Aku bisa pakai sendiri, kau berbalik lah." kata Elang datar dan memang dia bisa memakai pakaiannya sendiri."Baik tuan." Hafsa membelakangi kemudian."Sudah." tanya Elang memastikan."Sudah."Elang memakai baju dengan perlahan sampai selesai memang butuh waktu yang lama namun dia berhasil melakukannya.""Sudah." ucap Elang.Hafsa kemudian berbalik mendapati Elang yang sudah siap dan semuanya rapih."Wah tuan bisa memakai baju sendiri hebat" puji Hafsa bertepuk tangan."Tidak usah berlebihan, cepat suapi aku." ucap Elang membuat Hafsa mendengus sebal."Baik tuan!".Tanpa basa basi lagi Hafsa dengan telaten menyuapi Elang makan dengan lahapnya benar-benar seperti bayi besar tapi Hafsa senang melakukannya.Hafsa mengagumi Elang yang begitu tampan baru ini dia melihat lelaki tampan disekitarnya tapi sayangnya tuan muda nya berhati dingin tapi menurut Hafsa tidak kejam hanya ketus saja.tok tok tokPintu diketuk seseorang."Sebentar tuan aku bukakan pintu." Hafsa berjalan mendekati pintu dan membukanya terlihat Rey yang sudah rapih dan tampan."Masuk Rey.!" ucap Elang datar."Terimakasih tuan." kemudian Rey masuk dan menundukkan kepala meski Elang tidak bisa melihatnya karena hal itu sudah menjadi kebiasaannya."Apa tuan baik-baik saja?" begitulah kata Rey pada Elang."Aku baik-baik saja." jawab Elang santai.Rey terkejut karena Elang menjawabnya biasa saja tidak ada nada marah ataupun berkata dingin dan kejam pada pengasuh yang baru kali ini.Rey pun tersenyum mendapati tuan sekaligus sahabatnya itu tidak marah sama sekali bahkan Rey melihat pengasuh itu tidak tertekan sama sekali atau ada gurat ketakutan diwajahnya."Sekarang kau boleh keluar." ucap Rey memancing dengan menyuruh Hafsa yang dibelakangnya keluar."Baik tuan!"."Tunggu...!" Belum mencapai pintu bahkan belum melangkahkan kakinya Elang sudah menghentikan.Hafsa mengernyit, "Aku tuan.!" tunjuknya pada dirinya sendiri."Iya kau siapa lagi?" ulang Elang datar."Ada apa tuan?""Kau tetap disisiku". ucap Elang membuat Rey kembali terkejut."Ah maksudnya apa yah tuan
"Lihat itu...!" ucap Rey menunjukkan sesuatu dilayar televisi diruangan Elang.Nina melihatnya dan seketika dia langsung gemetar takut dimana dilayar itu memperlihatkan dirinya yang sedang memoles bedak dan dibawahnya terdapat puding itu."Apa ini kurang jelas untukmu?" kata Elang tajam."Eh tapi tuan.!""Pergi kau dari sini, sekarang juga kau kupecat.!" tanpa perasaan Elang langsung saja memecat Nina. Elang juga sebenarnya dari awal tidak menyukai Nina yang menurutnya Nina sama seperti perempuan penggoda lainnya."Tuan..!""Keluar.!" ucap Elang dengan nada membentak yang menakutkan membuat Nina berjingkat kaget."Baik tuan.." Nina bahkan sampai menangis. impiannya pupus sudah untuk mendekati tuan muda Elang dan menjadi nona disini karena itu termasuk impiannya saat memasuki mansion mewah ini."Aku tidak butuh pelayan lagi cukup mereka berdua saja." ucap Elang yang dimaksud dua adalah Hafsa dan Melati.
"Mah, kenapa anak itu tidak pulang-pulang yah!" tanya Sesil sambil memakan cemilannya."Biar saja, yang pentingkan kita dapat uangnya." jawab Rahma sambil mengedipkan mata."Iya mah, mana uangnya besar sekali lagi kita jadi bisa makan enak terus setiap hari." ujar Sesil."Dan shoping juga.!" tambah Rahma kemudian mereka tertawa bersama."Tapi mah itu berarti dia kerja sama orang kaya dong mah! pasti gajinya juga besar." terka Sesil menggeser duduknya jadi menghadap ibunya."Sudah pasti, mereka saja memberikan jaminan kepada kita dengan uang yang banyak sudah pasti gajinya juga pasti besar.""Kalau gitu kita harus minta supaya dia mau transfer uangnya kekita mah." ucap Sesil memprovokasi ibunya."Kau tenang saja kita pasti akan mendapatkannya.!" balasnya tersenyum penuh niat yang buruk."Sudah mendingan kita sumpetin barang-barang ini sebelum lelaki tidak berguna datang." kata Rahma mulai membereskan belanjaannya
"Sudah cukup istirahatnya, kau Hafsa dipanggil oleh tuan muda." kata Bi Rum pada Hafsa."Baik bi, Melati sudah dulu yah!" pamit Hafsa pada Melati, Melati hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala."Dan kau kembali kepekerjaanmu." lanjut Bi Rum pada melati.Melati langsung sigap dan tersenyum, "Baik kepala pelayan."Melati berjalan menyusuri lantai demi lantai karena dia tak melihat hingga dia tidak sadar bahwa didepannya ada sekretaris Rey yang berjalan dengan datar alhasil Melati jadi menabrak dada bidang Rey."Aduh... sakit sekali! apa aku menabrak tembok?" ocehnya tak melihat Rey yang menatap datar.Melati kemudian melihat ada kaki dibawahnya yang dibalut sepatu pantofel mewah, dia melirik dari bawah hingga keatas dan berhenti tepat diwajah Rey yang menatap lurus.Melati tertegun melihat paras dari Rey dia melotot dan membuka mulutnya saking terpesonanya.'Wah tampan sekali, aku seperti melihat pangeran dari kerajaan'ucap Melati dalam hati tangannya menangkup kedua pipinya sendir
Tiga bulan kemudianHafsa sudah bekerja selama tiga bulan lamanya dengan tuan muda Elang sikap Elang pun perlahan berubah tidak kasar dan tidak mengerjainya lagi setelah tau Hafsa adalah seorang yang penyabar dan tekun dalam bekerja.Maka dari itu Elang mulai menyukai kinerja Hafsa yang pantang menyerah pada dirinya sehingga bisa bertahan selama ini.Nyonya Sinta sebentar lagi akan kembali dari dinasnya selama tiga bulan itu dia ingin cepat pulang untuk melihat kinerja pengasuh Elang langsung karena dia mendapat laporan dari Rey bahwa kali ini Elang tidak memecat pelayannya dalam waktu yang singkat.Nyonya Sinta pun tentu senang mendapat laporan seperti itu maka dari itu dia ingin segera pulang dan melihat keadaannya sendiri.Dan beberapa bulan ini juga seorang wanita telah kembali untuk menemui Elang untuk merujuk kembali hubungan mereka, tapi bagaimana tanggapan Elang apakah dia mau kembali dengan wanita yang pernah dicintainya itu.Ting tong...Terdengar suara bel pintu berbunyi pel
"Halo sayang, bisakah kau kekamarku sekarang."Tiba-tiba Hafsa melebarkan matanya jadi segar saat mendengar kata dari tuan mudanya bahkan dia sampai memukul pipinya sendiri karena dikira dirinya sedang bermimpi."Aku mimpikah tapi kenapa rasanya seperti nyata" ucapnya pelan namun tetap terdengar oleh Elang."Sayang, cepat kesini aku menunggumu!" suara Elang terdengar lagi tapi dengan nada menekan mampu membuat Hafsa tersadar."Ah iya aku segera kesana." ucap Hafsa langsung mematikan interkomnya padahal Elang belum selesai bicara membuat Elang menahan geram."Lihat dia akan datang sebentar lagi. Kau tunggu saja!" kata Elang pada Diana setelah menaruh interkomnya.Diana tidak menjawab dia hanya tersenyum dingin ingin membuktikan apakah Elang benar atau tidak.Tok tok tokTak lama setelah itu pintu terketuk dia adalah Hafsa yang datang dengan wajah penuh kebingungan."Masuk sayang.!" kata Elang dengan suara lembut.Hafsa perlahan membuka pintu dan masuk dengan ragu dan alangkah terkejutny
Pagi pun tibaElang tidak bisa tidur semalaman ini karena gadis disampingnya bukan hanya pingsan tapi juga tertidur dan lebih parahnya gadis itu punya kebiasaan tidur yang tidak tenang yaitu menguasai tempat tidur.Ingin sekali Elang menendang gadis itu agar terbangun tapi hati kecilnya tidak tega karena dia bukan tipe orang yang suka menyakiti wanita dengan memakai fisik."Sial, kenapa sial sekali hari ini gadis ini benar-benar!" gumam Elang saat bantal guling yang dia batasi malah dilempar oleh Hafsa dan kini gadis itu malah memepet kearah Elang."Hei, gadis bodoh bangun kau tidur atau mati!" ucap Elang sudah tak tahan mengetahui kebiasaan buruk gadis itu jika tidur.Hafsa menggeliat perlahan dia membuka matanya karena dirasa ada suara yang mengusiknya.Tidurnya kali ini lebih nyaman kasurnya pun sangat empuk lebih empuk dari kasur dikamar pelayan, yang tadinya pingsan dia jadi kebablasan malah tidur senyenyak ini.Tapi dia langsung tersadar sepenuhnya saat menyadari kasur yang begit
Hafsa kini sedang berada diluar bersama Melati. Mereka keluar sebentar hanya untuk membeli barang keperluan dipasar yang dekat dengan tempat kerjanya.Saat diperjalanan Hafsa melihat ada seorang nenek yang hendak menyebrang namun kendaraan tak kunjung sepi membuat nenek itu ragu untuk maju apalagi melihat sekitar orang-orang sangat acuh tidak mempedulikan nenek yang kesulitan itu.Mungkin karena penampilan nenek itu yang Kumal dan berbaju lusuh jadi tidak ada yang mempedulikan. Hafsa yang melihatnya pun jadi kasihan dan berniat ingin membantu."Mel, lihat sepertinya nenek itu mau menyebrang tapi dia tidak bisa dan tidak ada yang membantu, kita bantu sebrangin yuk!" usul Hafsa pada Melati menunjuk nenek yang berada tak jauh darinya.Melati menengok kearah yang ditunjuk Hafsa, "Ayo kasihan sekali nenek itu! ayo cepat!" Melati antusias menarik tangan Hafsa dan menyeretnya sehingga Hafsa pun jadi ikut terseret."Hey, kau ini jangan seret-seret dong!" omel Hafsa pada Melati tapi tidak diped