Share

Bab 07

Hafsa sudah menyiapkan pakaian Elang sedari tadi dan dia juga sudah menunggu Elang yang tak kunjung keluar mungkin sudah setengah jam Elang didalam kamar mandi membuatnya cemas dan panik.

"Aduh lama banget mandinya melebihi gadis, masa aku harus menunggu disini terus atau... dia kenapa-napa lagi, aduuh gimana ini?" gumam Hafsa pada dirinya sendiri mondar mandir didepan kamar mandi.

Lalu tak lama kemudian pintu diketuk dari luar

Tok tok tok

Hafsa segera membuka pintunya dan ternyata Melati datang membawakan sarapan untuk tuan mudanya.

"Melati,."

"Hafsa ini sarapan tuan muda Elang."

"Apa emang harus diantar?"

"Sepertinya begitu, aku hanya mengerjakan perintah."

"Oh... begitu tuan muda suka sarapan dikamarnya. Baiklah sini terimakasih yah!" Hafsa menerima sarapan itu yang dibawa dengan troling."

"Eh ngomong-ngomong tuan muda sudah bangun." tanya Melati sambil melongok kedalam.

"Sudah dia lagi berendam."

"Berendam."

"Iya, berendamnya lama banget lagi!" bisik Hafsa pelan.

"Hihihi namanya juga orang kaya" Melati terkikik geli membalasnya.

"Sudah sudah cepat kembali nanti dimarahi lagi." kata Hafsa mengakhiri.

"Iya. daah!".

Hafsa menutup pintu dan membawa troling berisi makanan itu kedalam dan melihat kamar mandi masih menutup dan Elang belum memanggilnya.

"Aduh.. kok lama sekali dia belum keluar juga. Apa ku ketuk saja yah pintunya." kata Hafsa berinisiatif.

Lalu dia mendekati pintu kamar mandi dan mencoba mengetuknya sekali dengan pelan.

tok tok tok

"Tuan...!" tak ada sahutan, coba lagi.

"Tuan....!" berbicara lebih keras tetap tak ada sahutan.

"Tuan apa anda baik-baik saja?" dengan lebih keras Hafsa menggedor pintu kamar mandi sehingga yang didalam terbangun dan terganggu.

"Sial, pengasuh itu mengganggu ketenangan ku saja " kesal Elang karena kenyamanannya diganggu.

"Ada apa?" sahut Elang dengan suara keras juga.

"Tuan sedang apa? apa tuan baik-baik saja kenapa lama sekali?" ucap Hafsa dibalik pintu.

"Jangan banyak bicara cepat bantu aku." jawab Elang ketus, setelah Hafsa masuk dia akan memarahi pelayan itu.

Hafsa kemudian membuka pintu sesuai perintah terlihat Elang sudah duduk dibak mandinya dengan bertelanjang dada tentunya

Hafsa bahkan sampai memalingkan wajahnya.

"Ada yang bisa saya bantu tuan."

"Kau sudah merusak mood berendamku, dan berani sekali kau berteriak kepadaku, apa kau ingin dipecat?" ucap Elang dingin dan tajam.

Hafsa langsung bereaksi, "Tidak tuan tidak, aku masih membutuhkan pekerjaan ini. Tadi itu aku hanya khawatir kalau tuan kenapa-napa karena tuan tidak memanggilku makanya aku berinisiatif memanggil tuan." ucap Hafsa takut-takut.

"Aku tidak butuh alasanmu, lain kali jika tidak aku panggil maka kau jangan berteriak-teriak, mengerti." Hafsa mengangguk tapi teringat Elang tidak bisa melihat segera dia menjawab.

"Iya tuan saya mengerti.!"

"Sudah sekarang bantu aku berdiri."

Hah, Hafsa melongo bantu berdiri yang ada dipikirannya kalau Elang sedang polos mana mungkin dia melakukannya kalau terlihat anu nya bagaimana?.

"Kenapa kau diam saja? bantu aku cepat."

"Ta-pi tuan aku masih polos, aku tidak mau mataku ternodai." ucap Hafsa terbata.

Elang tersenyum miring, baru kali ini ada pelayan yang menolak perintahnya dalam keadaan seperti ini biasanya tanpa diperintah pun mereka akan dengan senang hati melakukannya.

"Kau benar-benar ingin dipecat?"

"Ti-dak tuan."

"Lalu kenapa kau banyak alasan? aku tidak peduli kau masih polos atau tidak karena aku tidak bisa melihat reaksimu. Bisa saja kau hanya pura-pura lalu kau malah tergiur dengan tubuhku." ucap Elang tersenyum sinis.

Mendengar perkataan Elang membuat harga dirinya tersakiti dia tidak terima.

"Tuan, jangan sembarangan bicara yah! aku tidak seperti itu, kalau tuan berfikiran begitu tentangku baiklah lebih baik tuan pecat saja aku." ucap Hafsa dengan emosi.

Elang semakin tersenyum sinis.

"Baiklah kalau kau maunya begitu, sekarang juga coba kau buktikan membantuku tanpa menyentuhku."

Hafsa kembali melongo membantu tanpa menyentuh bagaimana caranya?.

"Bagaimana caranya tuan?" tanya Hafsa bingung.

"Terserah dirimu, aku tidak peduli!" ucap Elang ingin mengerjai Hafsa.

Hafsa kemudian berfikir bagaimana caranya membantu tanpa menyentuh. Ah dia mendapatkan ide kemudian dia mencari plastik untuk menutupi kedua tangannya lalu bersiap untuk membantu Elang.

"Oke, saya sudah siap tuan!" sini aku bantu."

Elang mengernyit, "Apa yang kau gunakan?"

"Sudah yang pentingkan tidak menyentuh kulit secara langsung, ayo cepat tuan nanti tuan kedinginan. Siapa yang repot? tentu aku." celoteh Hafsa membuat Elang melebarkan mata.

'Kenapa jadi aku yang dikerjai' batin Elang pada dirinya sendiri.

"Aku janji akan tutup mata dan tidak akan melihat apapun."

Kemudian Hafsa membantu Elang berdiri dengan tangan menggunakan plastik yang dia temukan.

Tanpa melihat apapun yang sebenarnya Elang memakai celana dalam tetapi tetap saja ada yang menonjol dibalik celana itu dan Hafsa pun pasti bisa melihatnya.

Dibilasnya tuan muda dengan air shower dan dibantu Hafsa masih dengan memejamkan mata.

Elang tau bahwa pengasuhnya ini jujur dan tidak dibuat-buat. Setelah selesai membilas Elang dibantu Hafsa menggunakan jubah handuknya lalu mendudukkannya dikursi roda dan matanya sudah terbuka saat sudah memakai jubah handuk itu.

Kemudian membantunya keluar dari kamar mandi.

"Tuan sarapan tuan sudah siap, ingin makan dulu atau pakai baju dulu." tawarnya tersenyum.

"Aku ingin berpakaian dulu." jawab Elang.

Kemudian Hafsa menyerahkan pakaiannya.

"Ini tuan!".

"Aku bisa pakai sendiri, kau berbalik lah." kata Elang datar dan memang dia bisa memakai pakaiannya sendiri.

"Baik tuan." Hafsa membelakangi kemudian.

"Sudah." tanya Elang memastikan.

"Sudah."

Elang memakai baju dengan perlahan sampai selesai memang butuh waktu yang lama namun dia berhasil melakukannya."

"Sudah." ucap Elang.

Hafsa kemudian berbalik mendapati Elang yang sudah siap dan semuanya rapih.

"Wah tuan bisa memakai baju sendiri hebat" puji Hafsa bertepuk tangan.

"Tidak usah berlebihan, cepat suapi aku." ucap Elang membuat Hafsa mendengus sebal.

"Baik tuan!".

Tanpa basa basi lagi Hafsa dengan telaten menyuapi Elang makan dengan lahapnya benar-benar seperti bayi besar tapi Hafsa senang melakukannya.

Hafsa mengagumi Elang yang begitu tampan baru ini dia melihat lelaki tampan disekitarnya tapi sayangnya tuan muda nya berhati dingin tapi menurut Hafsa tidak kejam hanya ketus saja.

tok tok tok

Pintu diketuk seseorang.

"Sebentar tuan aku bukakan pintu." Hafsa berjalan mendekati pintu dan membukanya terlihat Rey yang sudah rapih dan tampan.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Fhelisa Frastika
cerita nya menarik ,tapi sayang harus pake poin mulu , harus beli poinnya mahal lagi , itu juga cuma brapa kali baca aj ga puas , ...
goodnovel comment avatar
Erma Salma
cerita keren jd pengin membaca trus
goodnovel comment avatar
Cristina Natalina
merugikan pembaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status