"Aku manusia hidup yang ingin diajak bicara. Jangan mendiamkan aku seperti ini!" rengek Tanya memecah keheningan. Baik saat menaiki taksi ataupun ketika mereka berjalan kaki menuju sebuah pasar malam, Ares tidak sedikitpun menggunakan mulutnya untuk berbicara. Tanya tahu sendiri ini akibat pernyataan cintanya yang tiba-tiba. Lelaki itu pasti tidak siap mendapat pengakuan cinta. Bagian bodohnya, pernyataan yang seharusnya tertinggal di dalam hati itu malah terucap tanpa sadar. Tapi semuanya telah terjadi, menarik kembali perkataan pun percuma. Lagipula dia ingin tahu perasaan Ares, ia sudah cukup menebak-nebak dan ingin mengetahui secara pasti."Karena kau sudah mendengarnya. Aku tidak akan menyangkal apapun yang keluar dari mulutku di hotel tadi. Aku sendiri menganggap ini menyebalkan. Tapi nyatanya aku memang menyukaimu," ungkap Tanya lagi. "Apa Nona yakin yang Nona rasakan memang perasaan cinta?" tanya Ares usai sedikit terdiam. Tanya mengangguk pelan diiringi wajah yang berubah
"Nona gadis yang khas dan aneh. Kemaren marah padaku hingga tidak mengeluarkan sepatah kata, sekarang mengajakku bicara tanpa henti. Sebelumnya berpakaian seperti seorang maling yang takut ketahuan mencuri. Sekarang? Nona bahkan tidak terlihat menyembunyikan wajah. Sebelumnya, setiap aku menggoda, Nona pasti merasa malu, namun sekarang Nona tidak tahu malu. Mengajak laki-laki menikah berulang kali seperti mengajak pergi membeli permen.""Banyak juga kelebihanku, ya." Tanya tersenyum, setuju akan apa yang Ares katakan. Dia pun baru menyadari hal itu. "Nona pikir itu kelebihan?" Ares menggaruk kepalanya setelah gadis itu mengangguk. "Bagaimana bisa Nona berpikir itu kelebihan. Itu kekurangan," ungkapnya menghela napas. "Lalu apa kelebihanku?""Menurut Nona?""Cantik, kaya, pintar, berasal dari keluarga terpandang. Aku rasa kelebihanku lebih dari itu. Menurutmu apa kelebihanku yang lain?""Nona banyak makan.""Kalau ini aku tahu kau sedang meledekku! Tapi, kalau menikah nanti aku janj
Ares menjelaskan bahwa tidak ada informasi yang bisa dia dapat lagi di kota Findara. Semua data, sebatas memuat tentang para pembunuh bayaran yang berkumpul. Tidak ada yang tahu tujuan mengapa mereka mengadakan pertemuan. Ares menduga, semua informasi telah digali lebih dulu oleh Adira hingga tidak meninggalkan sisa. Ares hanya memperhatikan perkembangan penyelidikan Adira sambil beberapa kali bertanya pada narasumber yang sama. Meskipun tinggal lebih lama, penyelidikan mereka mungkin tidak akan membuahkan hasil. Ares berharap Tanya menanyakannya langsung pada Adira. Dengan begitu mereka tidak perlu repot-repot melakukan penyelidikan. "Kenapa baru mengatakannya sekarang?!" dengus Tanya. "Nona mendiamkan aku beberapa hari. Setelah itu Nona selalu mengungkit pernikahan. Aku tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan bahwa aku menyelidikinya sendiri," jelas Ares. Awalnya Tanya mengira Ares telah mengambil kesuciannya. Dia menjadi sangat marah ketika lelaki itu
"Kita sudah menemukan di mana Nona muda Quinn itu menginap. Tapi kenapa tidak langsung saja pergi dan membunuhnya? Malah menunggu di sini seperti seorang pengecut!"Seorang pria bertubuh besar mengoceh. Kentara dia orang yang memiliki kemampuan fisik luar biasa. Dia dan sekelompok orang di sekitarnya mengenakan pakaian serba hitam. Pakaian yang sama dengan orang-orang yang mengejar Tanya hingga masuk ke hutan malapetaka.Pria di samping tubuh kekar tersebut menghembuskan napas lalu menjelaskan, "Orang-orang dari klan Finley Terus-terusan mencari informasi. Pergerakan kita akan diperhatikan mereka jika bertindak sekarang. Setidaknya kita harus menunggu Nona muda Quinn keluar dari kota Findara.""Itu terlalu lama!" keluh pria besar itu. Tatapan dingin dilayangkan oleh seorang wanita yang bersandar di pohon."Bersabarlah bodoh! Tujuan Nona muda Quinn ke kota Findara pasti soal pembunuhan keluarganya. Dia tidak mungkin menemukan informasi yang diinginkan karena
Tanya mengenakan dress biru pudar. Bagian atas dada sampai lengan dress tersebut berwarna putih dengan kerah flat collar. Selempang kecil menjuntai elegan saat gadis itu memasuki lift. Dia tampak sempurna di penglihatan Adira saat sudah keluar."Nona manusia tercantik malam ini," puji Adira. Tadinya Tanya berdandan begitu sempurna untuk menarik perhatian Ares. Tapi Ares malah tidak melihatnya terlalu dalam. Tidak ada satupun pujian yang keluar dari mulut pengawalnya tersebut. Karena kecantikannya belum cukup untuk mendapat perhatian lelaki itu, Tanya menjadi kesal."Cantik, tapi tidak secantik seseorang!" jawab Tanya.Tidak paham akan jawaban Tanya, Adira meminta penjelasan pada Ares dengan matanya. Ares menjawab pandangan itu dengan kedikkan bahu kemudian menyusul langkah gadis yang lebih dulu menuju parkiran. Selama 15 menit perjalanan mengendarai mobil, mereka akhirnya sampai di depan hotel mewah. Adira mengajak mereka ke restoran ya
Ares menambahkan bumbu yang tidak perlu hingga membuat Adira marah. Memancing emosi pria tersebut tentu bukan hal yang bagus. Tanya menghela napas sambil mengemasi barang. Mereka akan pergi dari kota Findara malam ini juga. Dengan demikian masalah seputar Adira akan selesai. Ares merasakan energi kehidupan yang ditekan di sekitaran hotel mereka tinggal. Energi-energi itu sama seperti para bawahan Adira. Apa yang diprediksi Tanya harus Ares akui kebenarannya. Adira adalah orang yang tidak kenal lelah jika ingin mendapatkan sesuatu. "Beberapa bawahan Adira sedang menunggu kita di bawah." Ares memberitahu. "Ini salahmu. Kenapa menambahkan urusan ranjang dan menyebut kemungkinan kalau ada bayimu di perutku. Mau tidak mau aku harus ikut berbohong. Adira pasti merasa terhina dan marah," imbuh Tanya pada lelaki yang hanya melihat saat dia mengemas barang. "Kata Nona dia hanya memakai wanita yang belum disentuh. Agar Nona tidak diganggu olehnya lagi b
Antek-antek Adira yang memperhatikan pergerakan Tanya membuat para pembunuh bayaran membatasi pengintaian mereka. Kabar target mereka telah meninggalkan kota Findara memicu helaan napas dari pembunuh bayaran bertubuh kekar. Tidak habis pikir dengan kelompoknya yang terlalu lama dalam menentukan langkah selanjutnya. Sekarang Tanya sebagai target pembunuhan benar-benar jauh dari genggaman mereka. "Kalau masih diam kita akan semakin kehilangan jejak Nona muda Quinn," imbuhnya. Perempuan satu-satunya di antara mereka menatapnya sebentar dan menyarankan, "Kita ikuti tuan Muda Finley itu. Kalau di luar daerah kekuasaan klan Finley tentu kita bisa melakukannya sesuka hati.""Untuk apa kita mengikutinya? Yang menjadi target kita sekarang adalah Nona muda Quinn," sahut penjahat bertubuh besar. "Betapa kecilnya otak di kepalamu? Kita tidak memiliki informasi yang akurat ke mana Nona muda Quinn pergi. Untuk menemukannya kita bisa memanfaatkan Adira sebagai anjing pelacak."Pikiran sempit dari
Kalista Brea menebar tatapan dingin yang mampu membangkitkan ketakutan dari sekelompok orang yang berhasil dia hadang. Para pembunuh bayaran itu seolah menjadi patung di hadapan jenius klan Brea. Kekuatannya mungkin hanya sedikit lebih lemah dari para pemimpin klan paling berpengaruh. Kalista menduduki kursi ke 20 ahli beladiri terkuat di dunia."Lama tidak bertemu," sapa Kalista tersenyum tajam. Dia menatap satu-satunya wanita di antara kelompok itu."Kau, bagaimana bis–"Tidak memberi kesempatan rekannya menyelesaikan kalimatnya. Pembunuh bertubuh kekar menyerang ke depan dengan beberapa pukulan dalam tempo luar biasa. Kalista hanya tersenyum sambil menghindari serangakaian serangan tersebut. "Kemampuan fisikmu tidak jauh lebih lemah dariku," puji kalista usai pukulan terakhir berhasil dia netralkan. "Tapi aku tidak memiliki urusan denganmu. Jadi, jangan menghalangiku dengan nyawamu.""Tidak bisa mengalirkan energi roh ke luar tubuh untuk menghasilkan elemen. Aku memutuskan berlati