POV Ibu Mertua
Saat kesendirian melanda dengan penuh warna kesedihan dan luka, keinginanku untuk tinggal di rumah Darwin justru ditolak oleh keluarganya. Sungguh mereka tak punya rasa empati sedikit pun untukku.
Aku tak peduli apa kata Darwin. Setelah telepon kututup segera kupesan ojek online untuk mengantar ke sana. Aku pikir, mereka tak akan menolakku jika kaki ini sudah ada di depan pintu rumah.
Sepanjang perjalanan kunikmati kembali semilir angin kota ini, kota yang pernah memberiku kehidupan penuh kebahagiaan secara materi. Saat dengan Mas Rahman aku tak pernah kekurangan, apa yang aku mau selalu dituruti.
Ya, Mas Rahman teramat mencintaiku. Itu sebabnya ia selalu berusaha menjadikan aku ratu dalam kehidupannya, bahkan istana mewah ia bangun khusus untukku.
Kuseka netra yang basah karena cairan bening tetiba muncul dan luruh begitu saja. Di sudut hati ternyata aku masih menyimpan rindu untuk M
POV DanuSabtu Minggu ini Arini di rumah saja, kata dia ingin menghabiskan waktu bersamaku. Entahlah, sejak kapan ia berubah mendadak romantis. Y. Untuk perubahan satu itu justru aku sangat suka.Ada satu hal yang masih sering tak kumengerti. Ia sering bilang, "Mas, jaga hatimu untukku, ya." Setiap hendak tidur dan pagi hari ketika kukecup dahinya sebelum berangkat kerja, ia ucapkan kata-kata itu.Kata-kata yang Arini ucapkan menyiratkan makna bahwa ia memintaku untuk setia pada hati yang telah terpatri. Kata-kata itulah yang kini menjadi kekuatan sugesti terhebat dalam diriku.Pradugaku mulai bermain, sepertinya Arini sudah mulai mencium gelagat tidak baik dari ibunya. Kuharap begitu, agar sesegera mungkin Arini bisa mengambil sikap.Siang itu, di depan televisi Arini bergelayut manja di bahuku. Tak ia pedulikan ibunya yang sedari tadi mondar-mandir dan terbatuk-batuk. Kulihat dengan jelas sudut ne
"Dek, tolong jangan percaya. Itu hanya jebakan yang sengaja dibuat oleh Ibu." Aku mencoba meminta Arini untuk mengerti, berharap ia mampu memilah siapa yang benar dan siapa yang salah.Tak pernah aku sangka kalau ibu akan menggunakan video rekaman itu di saat-saat Arini sedang begitu romantisnya denganku. Sepertinya ini adalah cara wanita licik itu untuk merusak hubunganku dengan Arini. Mungkin ia cemburu.Arini masih tak mempedulikan ucapanku, ia masih saja fokus dengan video dalam gawai itu. Sungguh ini membuatku ingin menghabisi wanita itu. Apalagi saat kulihat lengkungan bibir menghias wajah wanita barbar yang seolah menyiratkan ia sedang mengejekku."Arini, sekarang kamu lihat sendiri bagaimana suami memperlakukan aku. Aku ini hanya wanita tua yang lemah, dia pukul pun aku tak kuasa membalas." Wanita iblis itu kembali mengompori peri baik hati yang masih saja bersikap tenang dengan posisi duduk manisnya.Ah, Ar
Setelah berhasil menjebak Bu Hera dengan pertanyaan yang mampu menggiring pengakuan wanita licik itu, Arini langsung menghapus video rekaman yang dijadikan senjata wanita haus belaian tersebut.Sungguh lega hati ini melihat begitu cerdasnya Arini mengurai benang kusut akibat ulah ibu mertuaku yang kelakuannya sudah abnormal. Tak bisa kubayangkan jika Arini lebih percaya pada ibunya, aku tak akan pernah siap kehilangan wanita yang telah mengalihkan duniaku.Kini, perhatianku kembali tertuju pada sosok wanita yang membuatku berdecak kagum. Baru kali ini aku menyaksikan kecerdasan istriku, layaknya detektif Conan yang sedang membuka tabir misteri penuh alibi.Baru saja aku dibuat terperanjat oleh aksinya, sekarang aku dibuat penasaran oleh sebuah video yang ia kirim ke ibunya. Banyak tanda tanya besar yang berputar di otak memenuhi ruang rasa ingin tahu.Arini menyerahkan kembali gawai Bu Hera dan memintanya untuk memb
Napasku kini teramat lega. Pasalnya, nenek lampir namun semlohai itu telah kehilangan muka di hadapan Arini. Aku bisa melenggang bebas tanpa harus takut dengan rayuan setan berwujud makhluk cantik nan menggoda.Setelah kejadian itu, ibu mertua lebih banyak diam dan mengurung diri di kamar. Dia keluar hanya untuk makan atau ketika butuh sesuatu. Tak ada lagi belahan dada rendah, tak ada lagi kerling nakal, apalagi desah manja.Kerling nakal itu justru telah berubah menjadi mata sendu yang menyiratkan kesedihan. Aku yang melihatnya sedikit tersentuh di sisi lain hatiku, meski aku laki-laki tapi hatiku tetaplah selembut salju yang mudah meleleh jika melihat orang bersedih."Dek, kasihan Ibu," ujarku ketika usai makan malam melihat ibu mertua langsung masuk kamar tanpa pamit."Semua hal ada resikonya. Biarkan dia merenungi setiap kesalahannya." Arini masih saja bersikeras dengan pendiriaannya, membiarkan ibunya dalam ke
Panggilanku mengejutkan Arini dan Martin. Tapi aneh, kenapa hanya terkejut saja? Harusnya ada rasa takut yang tersirat di wajah mereka."Eh, Mas Danu. Sejak kapan di sini? Terus ... kenapa pakai baju ojol?" Arini memicingkan mata, seolah meminta penjelasan."Kapan aku di sini itu tidak penting, yang terpenting adalah ....""Oh iya, Mas. Ini kenalin, dia Bobby suami ke empat Ibu." Dengan tenang dan menunjukkan sikap ramah, ia memperkenalkan aku pada pria yang lebih tampan dariku itu.Apa? Bobby? Dia suami ke empat ibu mertuaku, itu artinya dia ayah mertuaku. Tidak mungkin, kenapa ayah mertuaku masih muda dan ketampanannya mengalahkan aku meski hanya selisih setingkat, sih.Aku menjabat tangan Bobby dan berusaha untuk bersikap wajar. Beruntung aku tidak langsung main gampar, jika tidak pasti hanya malu yang aku dapat.Arini mengajakku duduk, tepat di hadapan Bobby. Sedangkan Arini tep
Hari ini matahari tak bersahabat. Mendung hitam bergelayut manja di langit, beberapa kali kilat menghias cakrawala dengan bias warna emas. Cuaca yang dingin membuatku ingin bermalas-malasan sembari berseluncur di dunia maya.Tengah asyik menikmati berita yang muncul di google, tiba-tiba perhatianku tertuju pada sebuah judul berita, "Selingkuh dengan ayah mertua hingga hamil." Segera kubaca tuntas berita tersebut, kejadian yang terjadi di salah satu kota di negeri ini membuatku khawatir saja.Kuhembus napas dalam-dalam, mencoba memejamkan kelopak mata untuk mengusir seluruh prasangka buruk yang mulai berlalu lalang menyergap hati. Dari dasar hati aku selalu berdoa, meminta kepada Tuhan agar menjaga hati seorang Arini untukku.Semenjak dari pertemuan dengan Bobby -ayah mertua yang tampannya ngalahin aku- perasaanku jadi nggak enak. Aku malah jadi was-was kalau pada akhirnya rencana Arini justru membuat ia jatuh cinta pada Bobby.Kemungkinan itu bisa saja terjadi, mengingat Bobby selain
Sorot bola manik itu begitu tajam menatapku seperti harimau yang hendak menerkam mangsa. Sikap tawa manja berubah menjadi dengusan kekesalan. Ya, Bu Hera marah besar.Beberapa kali ia memaksaku untuk bicara, namun aku memilih untuk diam dan mencoba mencari alasan. Ternyata membohongi wanita licik di depanku ini teramatlah sulit, buktinya semua jawabanku dibantah.Dengan amarah ia meninggalkan aku yang masih kebingungan mengendalikan situasi. Terdengar kedoran keras di pintu kamar Arini disertai dengan teriakan melengking Bu Hera. Aku segera berjingkat untuk melihat."Arini! Kenapa kamu menemui Bobby?" serang Bu Hera setelah Arini membuka pintu.Tentu saja Arini kebingungan dan tidak siap dengan pertanyaan itu. Ia terkejut, kemudian mengalihkan pandangan ke arahku. Kembali kudapati tatapan tajam, kali ini dari Arini yang dibarengi dengan gemeretak kepalan tangan. Lebih ngeri dari emaknya.Jangan tanya bagaimana rasanya di posisiku saat ini. Sungguh tak mengenakkan! Antara nggak enak ha
POV AriniSetelah mendengar celoteh Ibu dengan Mas Danu di dapur, ketenanganku sungguh terusik. Ada rasa sakit yang semakin dalam menyiksa batin.Lara dan air mata yang telah lama mengering, kini seolah tersiram air cuka kembali. Perih dan menyayat mengetahui kenyataan bahwa ibu yang dulu pernah kunanti kepulangannya, justru belum berubah. Bahkan penyesalan saja tak ada di hatinya.Aku sengaja pamit ke Mas Danu dengan alasan ada pelatihan sosialisasi tabungan baru. Padahal itu semua hanyalah bagian dari rencanaku.Dua hari sebelum rencana kepergianku, aku telah memasang beberapa chip penyadap suara yang dilengkapi dengan video perekam dan mikropon yang aku pesan dari teman. Chip itu aku tempel di tempat-tempat tersembunyi yang tak akan terlihat.Chip pertama aku pasang di dapur, di dalam buffet kaca menempel pada pegangan sebuah panci presto. Chip kedua aku pasang di kamar tidurku, tepat di bagian rak buku paling atas di sela-sela tatanan buku.Rak buku yang sengaja aku letakkan di su