“Apa-apaan, sih, Pa?!”Barnett meninggi ketika Reynard tidak mengesahkan pernikahannya saat mengucapkan kalimat sakral dalam hidup. Reynard hanya terdiam sambil memerhatikan keadaan sekitarnya lalu pergi dari kerumunan.Alexa mengikuti langkah perginya yang menuju pojok ruangan dan diikuti oleh Frank. Ia memegang tangan Reynard perlahan hingga membuatnya menoleh ke arahnya.“Alexa?”“Ada apa, Pa?”“Deana punya rencana jahat untuk Barnett dan ternyata dia juga menjalin hubungan dengan temannya yang bernama Kelvin. Mereka bersekongkol untuk merebut perusahaan teknologi yang sedang maju dan dipegang oleh Barnett.”“Kata siapa aku punya rencana jahat untuk suamiku, Pa? mana mungkin aku jahat kepada suami yang sangat kucintai,” sambar Deana santai dengan senyuman miring dan melirik Alexa yang sedang bunting.“Apa pun yang kamu katakan, kami percaya dengan perkataan Pak Reynard. Pernikahan ini gak sah karena Pak Reynard tampak gak setuju.”“Oh, ya? Pengaruh orang tua untuk anak lelakinya ya
“Pesan saja.”Alexa memajukan bibir seraya melirik Frank yang tertawa pelan. Ia memesan makanan dan minuman yang sedang menjadi incarannya saat ini. Makanan laut menjadi santapan utama untuknya saat ini.Alexa selesai memesan makanan lalu jemari sibuk di layar handphone dengan memasuki sebuah sosial media yang dimainkan oleh banyak orang. Sebuah postingan foto pernikahan Barnett dengan Deana pun hadir di depannya dengan keterangan foto yang romantis menggunakan bahasa inggris.Tanpa sengaja ia menekan tulisan komentar pada foto tersebut lalu membaca komentar dari beberapa temannya. Beberapa komentar ada yang negatif dan ada yang positif. Ia hanya tersenyum miring ketika membaca komentar yang dituliskan oleh beberapa temannya.Tidak lama, ia membaca komentar itu, sebuah akun menekan nama akunnya lalu membaca komentar yang membedakan antara dirinya dengan Deana. Nama akun itu tidak asing untuknya dan ternyata, dia adalah sahabatnya yang berbicara banyak tentang hubungannya dengan Barnet
Frank mengeluarkan sebuah cincin berwarna putih dengan satu mata, seperti mahkota yang mengkilap. Dia menyematkan cincin di jari manisnya dengan senyuman lebar.Alexa tiada henti tersenyum ketika melihat cincin yang sangat bagus melingkar di jari manisnya. Cincin itu pas di jarinya, entah dari mana dia tahu ukuran cincin yang pas di jarinya.“Cantik sekali dan pas di jariku.”“Kamu suka?”“Aku sangat suka dan bagaimana kamu tahu ukuran cincinku?”“Tahu, dong. Aku hanya melihat ukuran jarimu saja tanpa mengukurnya dan langsung tahu ukuran berapa.”“Dasar.”“Cincin itu artinya aku melamarmu dan jangan dilepas, ya agar orang lain tahu bahwa kamu sudah memiliki yang lain dan penggantinya.”“Iya. Terima kasih.”“Masuk, gih. Kamu istirahat dan jangan lupa rendam kakimu pakai air hangat agar tidak bengkak kakimu.”“Siap, Bos. Hati-hati di jalan, ya.”“Iya. Aku kabari kalau sudah sampai rumah.”“Iya.”Alexa keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah sembari membawa bingkisan darinya. Ia melih
“Kekasihku, Mbak terus ini Kak Barnett.”“Kalau Barnett angkat saja, tapi jangan bilang kalau kamu lagi sama kita.”“Iya, Mbak.”Helena mengangkat panggilan masuk dari Barnett. Tangan Alexa dipegang dan digenggam oleh Frank sembari dielus perlahan ketika melihatnya yang sedikit emosi.“Tarik napas, gih!”Alexa mengangguk lalu mengikuti saran darinya beberapa dan berulang kali. Ia memejamkan mata sekilas untuk mengembuskan napas perlahan ketika kepala sudah mulai penat dan hati sudah mulai mendingin.Helena menutup panggilan masuk dari Barnett lalu mematikan handphone-nya. Suasana dalam mobil hening dan hanya suara angin pendingin mobil yang terdengar di telinga mereka.“Mbak, aku minta maaf sudah merepotkan Kak Frank.”“Santai saja. Kamu mau diantar ke mana?” tanya Frank ramah.“Pulang ke rumah, Kak. Kak Barnett menungguku karena dia sedang sakit demam, batuk dan flu.”“Semoga dia cepat sembuh.” Alexa mendoakan Barnett sedang sakit.“Terima kasih, Mbak. Mbak dan Kak Frank nanti mau ma
Frank tersenyum lebar sambil mengusap kedua paha ketika Ayah Alexa melontarkan pertanyaan yang pasti terjadi. Walaupun tidak ada yang tahu ke depannya. Namun, Ayah hanya berjaga-jaga untuk risiko menikahi wanita yang sudah menikah dan memiliki anak.Alexa tersenyum sembari memegang satu tangannya yang mengusap paha. Ia pun menunjukkan cincin yang diberi olehnya kepada orang tua.“Kami sudah membicarakan hal itu, Yah. Dia siap untuk melakukan itu dan tidak ingin ada jarak di antara anak dengan bapak kandungnya. Dia pun tahu kondisinya sehingga memberi kebebasan pada anak dan bapaknya nanti untuk bertemu. Namun, suatu hari ada sesuatu yang mencurigakan hingga membuat anak kita sikapnya berubah maka tidak boleh bertemu dengannya dan kalau perlu didatangkan bapaknya lalu berbicara secara kekeluargaan,” jelas Alexa detail.Ayah dan Ibu mengangguk tanpa berekspresi sama sekali. Mereka tampak memahami cara mengatur dan mengelola keluarganya suatu hari nanti. Bahkan, mereka juga tampak memerc
“Alexa mencintainya, Yah dari melihat usaha yang selalu ada untukku, berada di sisiku untuk kapanpun dan membahagiakanku disaat air mata sering jatuh karena banyak hal yang menyakitkan yang diketahui dan dilihat langsung olehku. Aku juga memintanya waktu untuk jujur terhadap perasaanku karena selama ini merasa tidak pernah jujur dengan perasaanku. Awal memang terpaksa untuk mencintai Barnett, tapi seiring berjalannya waktu, aku mencintainya dan dikhianati olehnya sehingga trauma itu pun muncul.”“Lalu, apa jawaban dia saat kamu meminta waktu untuk menjawab semuanya?”“Dia tidak keberatan dan memahami situasiku saat itu. Dia tidak pernah memaksa kehendakku, mengaturku untuk ini dan itu. Bahkan, dia berusaha untuk mengurus surat Dokter dalam penerbanganku ke Pulau Jawa karena sudah tidak betah tinggal di sana, padahal aku sedang memegang proyek besar di sana dan diberi tanggung jawab oleh Papa Reynard untuk mengurus dan mengelola perusahaan kontraktor yang terbesar di negara ini. Dia ya
“Iya, saya mengizinkanmu untuk melakukan itu.”Frank tersenyum lebar ketika mendapatkan izin mengazankan anak Alexa sambil mengecup punggung tangannya. Dia tidak ingin melangkahi Barnett sebelum mendapatkan izin dari orang tuanya.“Permisi, siapa yang mengazani anak ibu Alexa?”“Saya, Dok.”“Baik, ikut saya.”Beberapa perawat keluar ruangan dengan sebuah kotak yang terdapat bayi berkulit merah sedang tertidur lalu berhenti ketika Ayah Alexa menghadang mereka. Ayah tersenyum haru melihat kondisi cucu pertamanya dan dikerumuni oleh Nenek dan kakeknya dengan senyuman lebar.“Cucuku tampan sekali,” kata Reynard dengan mata berbinar.“Dok, saya boleh ambil foto keponakan saya?” tanya Helena yang meminta izin untuk mengambil foto.“Silakan, tapi jangan menggunakan lampu handphone, ya.”“Oke, Dok.”Helena mengambil foto anak Alexa beberapa kali lalu Dokter dan perawat membawa bayi itu ke ruang inkubator bersama Frank. Mereka masuk ruangan terlebih dahulu sembari menunggu Frank mengenakan pak
“Aku telah mengazani anakmu dan memberi nama juga.”Alexa dengan mata membulat dan tampak marah kepadanya malah tersenyum lebar sambil memegang tangannya. Dugaan Frank terhadapnya pun salah.“Tidak apa. Kamu calon suamiku, kan dan belajar jadi Ayah sejak dini,” balas Alexa lembut yang memahami keadaan saat ini.“Kamu gak marah?”Alexa menggeleng pelan. “Untuk apa aku marah? Kamu juga pasti sudah dapat izin dari Ibu dan Ayah untuk mengazani anakku.”Frank mengangguk cepat sambil tersenyum lebar. “Aku sudah mendapatkan izin dari mereka dan Pak Reynard, selaku kakek dari bayimu.”Alis terangkat beberapa menit setelah mendengar pengakuan dari Frank yang ternyata Reynard memberikan izin padanya untuk mengazani cucunya. Ia heran dengan sikapnya karena tidak ada kakek mana pun di dunia ini yang mengizinkan pria lain mengazani cucu pertama dari anaknya.Namun, berdasarkan yang dikatakan oleh Frank bahwa Reynard telah mempertimbangkan banyak hal setelah melihat kejadian yang tidak diinginkan.