Hidup adalah proses, hidup adalah belajar, tanpa ada batas umur, tanpa ada kata tua. Jatuh berdiri lagi, kalah mencoba lagi, gagal bangkit lagi. "Never give up and keep Istiqomah." Sampai Allah berkata, "waktunya pulang." Saat itu yang kita dapatkan adalah sebuah kelegaan tidak ada beban yang mengimpit, kita pulang dan meninggalkan dunia ini dengan senyuman.***Hari yang ditunggu Nirina dan Haziq tiba, pengajian rutin yang diselenggarakan dengan mengundang keluarga besar, sahabat, tetangga, dan pegawai kantor dari berbagai direksi baik dari kantor pusat yang dipegang Bambang maupun kantor cabang utama yang dipegang Haziq. Selain pengajian acara utama hari ini adalah upacara tujuh bulanan Nirina. Haziq dengan bangganya, penuh cinta dan kelembutan menggenggam erat tangan Nirina dan memperkenalkan pada keluarga besarnya. Memperkenalkan wanita yang sudah mengandung benih kembar buah cintanya itu sebagai istri sahnya. Yang ia nikahi sah di mata hukum maupun agama. Keluarga Haziq menyambu
Dua bulan berlalu setelah kepulangan Haziq beserta keluarganya dari tanah suci untuk mengerjakan ibadah umrah. Usia kandungan Nirina sudah memasuki bulan kesembilan. Perut buncitnya semakin membesar. Perkembangan bayi kembarnya sangat baik Namun, kaki Nirina semakin bengkak. Untuk dibuat beraktivitas Nirina sudah tidak kuat, bahkan Nirina dan Haziq harus rela pindah kamar. Mereka memutuskan untuk tidur di kamar tamu yang letaknya di lantai satu. Malam ini Nirina sering bolak-balik ke kamar mandi, tidak tahan untuk buang air. Haziq yang terjaga dari tidurnya sejak tadi tidak tega melihat sang istri bolak-balik ke kamar mandi. Pukul tiga pagi Nirina mengalami kontraksi, membuat Haziq panik. Ia segera memanggil sang mama. Cynthia yang ikut panik langsung menemui Nirina yang ada di kamar. Begitu juga dengan Bambang. Cynthia mengelus lembut perut dan punggung sang menantu, mencoba menenangkan Nirina. Nirina sedikit tenang. Namun, tidak berlangsung lama keram di perutnya datang lagi. C
Hidup bukan hanya tentang menemukan hal yang bisa membuatmu bahagia, tetapi juga tentang menyadari apa yang membuatmu bersedih dan berani menjauh darinya.***Sudah tiga hari Nirina dirawat di rumah sakit usai melahirkan bayi kembarnya. Kebahagiaan masih menyelimuti keluarga kecil mereka. Hari ini Nirina sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Haziq sangat senang mendengar kabar itu. Haziq segera mengabari kedua orang tuanya.Di kediaman Priambudi, setelah mendapat kabar dari Haziq. Cynthia membuat tasyakuran kecil dengan mengundang beberapa tetangga untuk menyambut kedatangan Nirina dan kedua cucu kembarnya. Rencana satu minggu yang akan datang ia segera menggelar aqiqah untuk kedua cucunya. Haziq, Nirina, baby twins dan, Retno sudah sampai. Cynthia dan para tetangga kompleks lainnya menyambut kedatangan mereka. Ibu Nirina menggendong baby boy sedangkan Nirina menggendong baby girl. "Selamat datang kembali, Nak. Juga cucu-cucu Oma," ucap Cynthia bahagia. "Terima kasih, Ma.""Silakan
Ikhlas menerima dengan lapang. Mencoba menerima musibah itu dengan sabar, meskipun sakit dan perih. Namun, kenyataan tetaplah kenyataan yang ada memang harus kehilangan.(Nirina Amirul Haqqon – Cinta yang Tergadaikan)***Ledakan keras dari mobil yang ia kendarai tadi. Mobil Haziq meledak, sekarang mobil mewah yang berharga miliaran itu tak berwujud lagi. Haziq masih menjauh. Ia berjalan terseok, mencoba terus berjalan meskipun dengan luka di kakinya. Ia berjalan sudah cukup jauh dari tempatnya tadi. Namun luka di kepalanya sudah tak tertahan lagi. Haziq pingsan di sebuah sungai. Kecelakaan yang dialami Haziq sudah menjadi trending di semua stasiun televisi. Nirina belum tau karena ia belum melihat berita. Ia sibuk mengurus si kembar yang saat ini berada di ruang keluarga Begitu juga Cynthia yang masih sibuk bersama bik Jum di dapur menyiapkan makan siang.Bunyi bel rumah berbunyi. Nirina dan Cynthia yang mendengar segera berdiri untuk membukakan pintu itu.“Biar mama saja yang bu
Merelakan seseorang yang sangat berarti dalam hidup adalah sesuatu yang sulit sekali dilakukan. Ada perasaan sedih yang teramat dalam dan disertai rasa kesepian. Semua perasaan yang rumit itu seakan mengisyaratkan betapa rapuhnya diri ini.(Nirina ~ Cinta yang tergadaikan)***Bau dari obat-obatan tercium merasuki indra penciuman, Nirina terbangun dari pingsan. Ia tahu saat ini berada di rumah sakit. Tak lama Retno masuk menemuinya. Nirina masih terdiam, masih syok dengan apa yang terjadi. Air matanya kembali menetes, Retno mencoba menenangkan sang putri."Kamu harus kuat demi si kembar, Nak," ucapnya menguatkan."Bagaimana aku bisa menjalani semuanya tanpa Mas Haziq, Bu?" tanyanya tergugu."Kamu pasti bisa, Nak. Ibu yakin kamu wanita yang hebat dan kuat," jawab Retno masih tak henti menenangkan sang putri dengan lembut mengusap punggung tangan Nirina."Aku enggak bisa, Bu. Enggak bisa ... katakan semua ini hanya mimpi. Mas Haziq tak mungkin meninggalkan kami, enggak mungkin! Ini en
Kita tidak bisa selamanya tegar, ada momen tertentu yang bisa membuat diri begitu rapuh, tetapi percayalah ALLAH selalu bersama kita.(Nirina-Haziq ~ Cinta yang Tergadaikan)***Sesampainya di rumah, Nirina segera digandeng Cynthia, sedangkan Retno mengurus kedua cucunya. Semua orang mendekat ke arah Nirina mengucapkan bela sungkawa dan mencoba menguatkan wanita muda itu. Air mata Nirina menetes tiada henti.Malamnya setelah salat Isya, tahlil bersama digelar dengan dipimpin dua ustaz keluarga mereka. Banyak kerabat, tetangga maupun sahabat dan teman Haziq yang mengikuti tahlil tersebut.Setelah tahlil bersama selesai, rumah besar itu terlihat sepi sekali. Nirina masuk ke kamar, beruntung kedua putra-putrinya sudah ada persediaan ASI yang sudah ia pompa. Ibu dan bapaknya pun memutuskan tinggal di sini untuk sementara waktu. Nirina mengunci kamarnya, menangis tergugu. Baru tadi pagi Haziq masih berada di sampingnya, memberi pelukan hangat dan kecupan lembut di keningnya. Namun, sekar
Ketika keyakinan adalah alasan terbesar untuk tetap bangkit dan berjuang meraih sesuatu, maka sabar adalah pendampingnya. Nirina memiliki keyakinan itu, berharap dan berjuang untuk mendapatkan kekuatan yang membuat segala sesuatunya jadi mungkin. Nirina percaya sang suami saat ini masih hidup dan ia akan menunggu. Namun, entah sampai kapan ia menunggu?***Tujuh hari sudah Haziq meninggalkan Nirina. Nirina masih mengunci diri di kamar. Ia akan membuka pintu kamarnya saat menyusui baby twin.Aktivitasnya saat ini hanya duduk termenung sambil memeluk foto sang suami. Air matanya selalu menetes tanpa bisa ditahan.Berulang kali Cynthia dan Retno menenangkannya. Namun, tetap sama. Nirina kembali larut dalam kesedihan. Mereka tak tahan melihat itu semua. Padahal yang mereka tau Nirina adalah wanita yang tangguh. Namun, faktanya kehilangan Haziq membuat hati Nirina hancur, bahkan berkeping-keping. Ia rapuh, rasa cinta pada Haziq sudah tertanam kuat di relung hatinya.Kabar terbaru dari Dony
Pagi ini Nirina sudah bersiap menunggu Dony untuk melihat langsung perkembangan kasus Haziq. Ia akan menyusuri tempat kejadian perkara. Berharap bisa menemukan titik terang. Kalau memang Haziq meninggal ia ingin tahu jenazah sang suami.Pukul 08.00 Dony baru sampai rumah Nirina, ia langsung masuk menemui wanita itu. Setelah pamit pada Cynthia dan Retno mereka langsung berangkat menuju tempat yang mereka tuju.“Na, apapun yang terjadi kamu harus kuat. Aku yakin kamu bisa,” ucap Dony menguatkan.“Terima kasih, Mas. Aku ingin melihat dan menyusuri langsung tempat itu. Supaya aku bisa tenang. Setelah itu aku akan menjalani masa Iddah dengan baik. Aku sedih karena belum selesai masa iddah sudah harus keluar, tapi aku ingin hatiku yakin dengan semua ini dengan memastikan langsung sendiri,” tuturnya sambil menunduk sedih.“Aku tahu, niatkan dhorurot, Na. Ini memang berat untukmu. Asal kamu tahu, kami semua ada untukmu,” ujar Dony sambil tersenyum tulus.“Terima kasih banyak, Mas,” ucapnya li