Tengkyu bang Joehandi, muncul-muncul langsung spam vote 40 aja :") buat yang lainnya juga terima kasih banyak, jangan lupa share ke temen-temen agar lebih ramai gaes.
Segera rangkulan persahabatan itu dilepaskan dan ia mendekati Akara sambil berkata."Benarkah!?" Ia lalu meraih tangan Akara. "Akan aku beli berapapun harganya!" serunya, disusul pukulan yang dilayangkan Alred Jati pada keningnya."Apa yang kau lakukan!?" serunya pada Alred Jati, namun master Alkemis tingkat enam itu mengabaikannya dan berkata pada Akara."Tuan Agera, beliau ini Penguasa kota Shuyal, Raja Bento Besiah." Hal itu membuat Akara tersenyum canggung merasa aneh. Mengetahui hal itu, Alred Jati lalu berbicara lagi."Mohon dimaklumi atas sikapnya, ia memang sudah seperti itu sedari kecil.""Seperti itu apa maksudmu!?" seru Bento Besiah, laluu Alred Jati dengan santai hanya mengacungkan jari telunjuk padanya."Baiklah tuan Agera, silahkan." Master Alkemis itu malah mempersilahkan mereka masuk, lalu Akara dengan ragu melangkahkan kakinya. Setelah beberapa langkah, ia bergumam pada Sania."Jadi siapa Raja kota Shuya
Ibukota Kekaisaran AmertaIbukota masih berjalan seperti hari biasanya, bahkan teleportasi masih digunakan. Di atas pusat altar teleportasi yang berukuran besar karena untuk teleportasi antar dunia. Langit cerah berwarna biru yang kala itu tenang, tiba-tiba ada sesuatu yang membuatnya seperti ditarik ke sisi yang berlawanan. Langit yang sebenarnya bukan benda padat, kini layaknya karet yang ditarik hingga berlubang. Lubang gelap dengan titik-titik bintang seperti di angkasa lepas, dalam sekejap muncul satu lusin pasukan di depannya. Di depan mereka ada seorang pemuda yang memimpin pasukan. Kejadian yang membuat penasaran seluruh orang di sana hanya berlangsung sekejap. Sebab, mereka langsung melesat dengan begitu cepat ke arah luar kota. Segera setelah keluar, langsung membuka sayap peri mereka dan terbang ke arah kota hutan Araves.***Kini Akara dan Sania berada di depan rumah lelang kota Shuyal. Mereka segera menuju resepsionis untuk menjual pedangnya,
Alan si pria berjubah ternyata muncul, tidak mengenakan topengnya, namun masih bertudungkan jubah. Ia berdiri samping Akara, tangan kiri meraih cakar Naga pemuda itu dan tangan kanan melebarkan jarinya. Belati 'Enam Jalan Kematian' telah melayang di atas tangannya dan diselimuti energi hitam hingga bergetar hebat."Biar saya saja anak muda, jangan terlalu mencolok di dalam kota," ucapnya seraya membuka aura ranahnya, ranah Gambuh b5.Akara lalu mengurungkan niatnya dan cakar Naga seketika hancur, ia lalu mendekati kekasihnya."Hanya bintang lima? Setidaknya bisa mengurangi rasa dahagaku,""Benarkah?" Alan tiba-tiba saja berada di sampingnya, membuat Lemon kelabakan menangkisnya. Hentakan energi dari serangan keduanya membuat Akara dan Sania terpaksa menjauh. Lokasi yang berada di tengah kota, sekaligus banyaknya anggota Aliansi Angin Malam yang tengah berlatih. Hal ini tentu saja cukup rawan untuk bertarung, apalagi mereka seorang abadi di ranah G
BOombb..Lemon mengeluarkan tombak lain, namun tidak berhasil menangkis sepenuhnya serangan Alan. Pedang pendek yang sebelumnya retak, kini patah dan menyebabkan serangannya lolos. Mengenai lengan bagian atas dan melesat ke belakangnya. Ia lalu bergegas berbalik, untuk melancarkan serangan lagi. Kejadian yang membuat seluruh anggota Aliansi Angin Malam panik, namun Akara tiba-tiba berteriak."Hentikan!" teriaknya saat melihat tombak yang dibawa oleh ketua Aliansi Angin Malam itu. Tombak yang mengeluarkan asap ungu beracun yang bernama 'Tombak King Kobra Ungu'. Alan lalu terbang melesat ke arah Akara dan berdiri membelakanginya, lalu berkata."Senjata itu? Tapi…" Alan mengernyitkan dahi merasa aneh, namun segera melirik ke arah Lemon kembali."Semoga saja dia orang yang aku cari," ucap Akara, lalu pria pecinta pertarungan itu malah tertawa lepas sambil terbang ke arah mereka. Luka di lengannya tidak segera ia tang
Akara, Lemon dan yang lainnya sudah berada di istana kota Shuyal, bergegas mendekati ruangan tempat Argo Besiah berada. Selain Bento Besiah dan Alred Jati, ternyata di sana sudah ada seorang pria paruh baya bertubuh gemuk, dengan dua remaja laki-laki dan perempuan. Mereka adalah Dong Waru, Aul Besiah dan Mala Jati. Remaja tampan itu lalu mendekati raja kota Shuyal dan berkata dengan panik."Ayah, apa yang terjadi dengan kakek!?""Tenang saja, ini momentum promosi ranah kakekmu. Semoga saja berhasil dan terbebas dari belenggu Megatruh." Bento Besiah berusaha untuk tenang, namun kurang bisa menutupi kecemasannya. Kemudian Dong Waru mendekat dan berkata."Pil Astral Jiwa? Di manakah tuan Alred Jati mendapatkan resepnya?"Alred Jati yang berada di samping Bento Besiah menjawab. "Seorang wanita cantik berambut keemasan menjualnya padaku."Jawabannya membuat Dong Waru cukup terkejut."Tapi bukan saya yang
Mereka semua berada di sebuah aula besar. Sania berada di sisi Akara, sedangkan Alan lebih memilih untuk berdiri di belakang mereka. Argo Besiah dan Lemon juga sudah berada di ruangan itu. Saat sedang perjamuan syukuran karena kenaikan ranah, Akara tiba-tiba berdiri dan berkata."Karena semuanya telah baik-baik saja dan kenaikan ranah berjalan dengan lancar, kami mohon pamit."Argo Besiah nampak terkejut dan langsung bergegas mendekatinya. Pria paruh baya bertubuh berisi itu langsung menepuk pundak Akara."Nak Agera, kamu yang paling berjasa di sini. Pak tua ini akan mengadakan perjamuan besar, banyak keluarga besar di kota Shuyal yang akan datang. Jadi tetaplah di sini, banyak yang harus tau akan bakatmu,"Ya, kata-kata pujian yang selalu membuat Akara tak nyaman. Tentu saja malah tambah membuatnya enggan berada di sana."Maaf, aku tidak suka semua itu, juga jangan bilang tentang bakat denganku." Akara tanpa basa-basi dan membuat suasana
Akara hanya bisa mengernyitkan dahinya merasa aneh, padahal Sania susah memintanya menambah harem sebelumnya. Akan tetapi tatapan matanya berkata bahwa ia tidak mau hal itu."Dia memang sangat cantik, tapi tidak memberiku perasaan apapun dari beberapa pertemuan. Berbeda denganmu yang langsung membuat hatiku berdegup kencang," ucap Akara membuat Sania terkejut dan wajahnya langsung memerah."Tapi aku tidak bisa menangani si kecil ini sendirian!" serunya sambil menunjuk ke selangkangan Akara yang ada di depan mukanya."Kecil? Katanya besar banget," goda Akara. Hari tenang sebelum badai, jangan terlena dengan kedamaian sesaat. Saat Sania sedang menikmati 'Bing Chilling', selusin pasukan dari dunia lain itu sedang berada di depan gua pelindung harapan. Wakil komandan pasukan Bintang Hijau, seorang pemuda tampan dengan rambut pendek dan pakaian hijau tua dengan aksen hitam, bernama Baester. Ia menghembuskan energinya, dengan kecepatan ratusan meter perdetik untuk mendeteksi area sekitar.
Bwush..Tebasan energi mengenai pintu masuk gua, memaksa kedua ular raksasa keluar. Ken kembali mengaum, lalu melesat menerjang Baester. Kepalanya berhasil dihindari, namun ada kibasan ekornya. Boomm.. Hentakan kuat terjadi hingga Baester terdorong karena menahan kibasan ekor Ken. Seketika para pasukan Bintang Hijau melesat, namun Ken langsung menerjang mereka. Bertarung di hutan, menyebabkan pepohonan hancur karena dilindas oleh Ken dan efek benturan.Kini Kyun membuka auranya secara perdana, aura tingkat mistis empat pola. Ia langsung ikut menerjang ke arah para pasukan agar mereka tidak fokus pada Ken. Ia bertarung di sekitar gua, sedangkan Ken memisahkan mereka ke hutan. Ia melesat begitu cepat sambil menyerang hingga terjadi beberapa ledakan karena benturan serangan. Hal itu membuat wakil komandan Baester harus mengejar Ken. Tidak ada tanda-tanda aura ranah yang menyala, padahal pertempuran telah terjadi. Hanya pancaran cahaya merah menyala dan beberapa cahaya lain dari sayap