Senjata yang berada di ruangan ini tidak sama dengan kedua ruangan sebelumnya, di sini semuanya melayang, namun tetap tertata rapi. Paman Jade memimpin jalan, diikuti oleh ayah Al, namun kedua anaknya masih saja terkagum-kagum melihat seisi ruangan. Baru beberapa langkah berjalan, paman Jade menghentikan langkahnya. Di depannya ada dua pasang pedang ganda yang melayang diselimuti oleh energi. "Ada apa Jade?" ujar ayah Al yang berhenti di sampingnya, lalu diikuti oleh anak-anaknya. "Dua pasang pedang ganda ini, sudah aku siapkan untuk tuan Akara dan nona Alice!" Jade berbalik, menyilangkan tangannya di dada, seolah-olah memperkenalkan dengan bangga. “Siapa yang menyuruhmu membuat itu?” Ayah Al tanpa berekspresi bertanya kepada paman Jade, sedangkan kedua anaknya berbinar-binar memandangi dua pasang pedang itu. “Tidak ada, tapi mereka pasti butuh, cepat atau lambat." Jade kemudian berjalan beberapa langkah, membuka lemari kaca yang dipenuhi oleh artifak. Setelah mengambil salah satu
--- Konsep dunia1. Alam FanaDunia tingkat satu yang sebenarnya dunia berpenghuni pada umumnya, namun energinya menjadi sedikit karena sudah lama dihuni dan semakin banyak penghuninya. Umumnya dunia ini telah memiliki peradaban manusia yang sudah sangatlah lama. Ada ratusan, bahkan ribuan dunia fana di seluruh alam semesta.2. Alam AtasDunia yang berada di Semesta Lain berukuran hampir 10 kali lebih besar dari planet di dunia fana. Penghuni di sini berasal dari penghuni dunia fana yang bermigrasi dari ribuan tahun lalu. Mereka tidak hanya berasal dari satu dunia, melainkan beberapa galaksi lain di sekitarnya. Alasan disebut sebagai dunia atas karena energi yang lebih melimpah dan hanya bisa diakses setelah bisa menggunakan kemampuan terbang. Tapi karena ulah Kaisar Amerta, ada altar teleportasi yang memudahkannya. Mungkin dunia ini lama kelamaan memiliki sumberdaya seperti dunia fana karena terus dieksploitasi dan semakin banyak penduduknya. 3. Dunia DanirmalaSemesta lain yang belu
Matahari sudah hampir terbenam di ujung cakrawala, cahayanya menyeruak masuk melalui celah pintu rumah gua. Di bawah pancaran cahaya, ada seorang anak kecil yang tergeletak. Sedangkan di dalam ruang penempaan, paman Jade menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah lorong. "Anak itu, belum kembali selama ini! Tidak akan aku maafkan kalau benar-benar kabur." Paman Jade turun dari altar, lalu berjalan ke arah ruangan luar. Saat sampai di ruangan kedua sebelum pintu masuk, ia dapat melihat cahaya matahari yang menyeruak masuk. "Sepuluh tahun kah? Akhirnya merasakan udara luar lagi," ucapnya sambil mengamati cahaya matahari, lalu memasuki lorong sebelum ruangan terluar. "Hah?" Paman Jade mengernyitkan dahi, ia samar-samar melihat sesuatu di bawah cahaya matahari. Sesuatu yang semakin terlihat jelas saat mulai mendekat. "Akara!?" Ia langsung berlari ketika yakin melihat dengan jelas bahwa dia adalah muridnya. Segera diangkat kepalanya, lalu mengecek denyut nadi di lehernya. "Huhh." Pa
Sekitar lima tahun telah berlalu, kini Akara telah berusia 13 tahun dan Alice berusia 11 tahun. Keduanya telah menjelang remaja, Alice terlihat akan tumbuh menjadi wanita cantik di kemudian hari, begitu juga dengan Akara yang terlihat lebih tenang seperti ayahnya. Sepasang pedang kayu berada di belakang pundak keduanya, membuat gaun merah muda Alice bertambah cantik dengan sarung pedang seperti berlian. Mereka berdua kini sedang berjalan menyusuri hutan yang sangat lebat. Beberapa saat kemudian mereka berada di depan ngarai, yang diapit dua tebing tinggi dan juga diselimuti kabut yang sangat tebal. Mereka berhenti, dan memandangi sekitar untuk memastikan sebelum masuk ke dalam ngarai. Di atas tebing, ada seorang gadis seumuran Akara. Ia menggunakan pakaian hitam ketat yang menyelimuti seluruh tubuh, bahkan memakai topeng berwajah serigala. Yang tidak tertutup hanya rambut hitam panjang yang ia ikat pony tail, serta telinganya. Hanya dari telinganya saja bisa dilihat betapa terawat k
Di depan mulut gua, Lina si Peri salju telah kembali setelah mengecek gua dan menemui orang-orang yang masih berkumpul. “Berkumpul!” teriak Lina dengan lantang, membuat orang-orang itu berkumpul kecuali salah seorang yang menghampiri pangeran Bram Bidara. “Pangeran, Peri salju telah kembali,” ujarnya pelan kepada Bram Bidara yang masih bermeditasi. Bram membuka matanya perlahan dan tanpa menjawab, ia langsung melompat ke arah Peri salju. “Kamu baik-baik saja?” ujar Bram kepada Lina, namun diabaikan begitu saja olehnya dan malah berjalan pergi. Bram Bidara hanya bisa menatapnya kesal sambil mengepalkan tangannya, setelah tidak ada tanggapan sama sekali dari Lina. “Ayo masuk!” ujar Lina dengan cueknya tanpa menjelaskan apapun kepada mereka. “Maaf kak Peri salju, apakah sudah aman di dalam gua?” ujar salah satu perempuan yang terlihat begitu cemas. “Kalau mau aman, tunggu saja di sini!” Lina begitu dingin sesuai julukannya, ia tetap berjalan masuk tanpa menghiraukan juniornya yang
Salamander magma dan juga King Kobra ungu telah bertarung sengit. Salamander tidak bisa bergerak lincah dan hanya menyemburkan magma ke arah King Kobra, sedangkan king kobra melesat dengan cepat. Walau Aliran magma sudah menyebar ke segala penjuru gua, namun King Kobra tiba-tiba melesat dengan cepat dan melilit tubuh Salamander. Setelah Salamander terlilit, King Kobra menyemburkan bisa beracun ke kepala Salamander, namun ditangkis oleh semburan magma. Semburan bisa dan magma menyebar ke seluruh ruangan karena saling bertolak. Terbakarnya bisa king kobra, menyebabkan asap beracun yang begitu banyak. Mereka saling menyembur hingga cukup lama dan ternyata tidak jauh dari mereka, ada para siswa akademi Amerta yang sedang mengamati. Rombongan siswa akademi Amerta sudah mendekati gua bagian dalam. Mereka dalam posisi bertahan karena tertekan oleh tekanan aura dua binatang sihir tingkat mistis. Batu besar menjadi persembunyian, serta sekat antara mereka dan kedua binatang sihir. Di dalam g
Di saat Alice berteriak, Akara tiba-tiba memeluknya dan menghentakkan kakinya hingga melompat cukup tinggi. Pyarrr!! "Akghh!" Akara meringis kesakitan ketika pelindungnya pecah, namun langsung menjentikkan jarinya lagi untuk membuat pelindung baru. Walau keduanya sempat terlihat sekilas, namun tidak ada yang menyadarinya. "Kak?" Alice menatapnya dengan begitu khawatir, juga mempererat pelukannya. “Tenang saja, ini kesempatan kakak buat memperkuat pelindungnya.” Akara berusaha menenangkan adiknya, namun bibirnya yang meringis dan kerutan di dahinya tidak bisa membohongi rasa sakit yang ia rasakan. "Tapi." Alice semakin khawatir, dirinya juga tau bagaimana rasa sakitnya saat menaikkan kekuatan energi ruang itu. .. Salamander bisa menapak di atas kawah magma, sedangkan King Kobra sebagian tubuhnya tenggelam. "Aghh!" Ular besar itu menggeliat hebat sambil berteriak kesakitan karena tubuhnya terbakar magma. Di atas mereka, ada Bram Bidara dan juga Lina yang terbang menggunakan say
Wushhh!! Opi mengepakkan sayapnya dengan satu gerakan kuat, membuat angin dingin yang begitu besar menerpa ombak magma. Ia berhasil membelah ombak magma, dan terlihat Salamander yang sedang terkejut di dalamnya. "Hehe!" Opi kembali mengepakkan sayapnya dengan kuat hingga membuat bulunya meluncur ke arah Salamander. Bulu yang seperti kristal es runcing dengan jumlah yang cukup banyak. “Jangan kalian kira bisa mengalahkanku di dalam domain magmaku!” Salamander magma marah, tubuhnya dipenuhi aura panas yang dapat terasa sangat panas hingga belasan meter jauhnya. Crang! Crang crang crang!! Bulu Frosenix yang terbang ke arahnya ditepis menggunakan ekornya hingga terlempar dan meleleh. Menyadari serangan Frosenix tidak mempan, Lina langsung melesat terbang ke arah Salamander. Wushh!! Kecepatan terbangnya hingga ratusan kilometer per jam, sambil menghunuskan pedang tipis panjangnya. Crekk!! Energi panas yang menyelimuti tubuh Salamander terkena hunusan pedang dan membeku di lokasi t