“Pertanyaan yang sangat bagus,” Ardi mulai berbicara, “Tapi mungkin sebelum bertanya, bisa di periksa dulu faktanya ya. Karena media di luar sana selalu menggembar-gemborkan berita hanya demi menaikkan jumlah pembacanya.
Pertama, memang benar ENS Group sekarang ini sedang berusaha memperlebar sayap bisnisnya ke ranah media hiburan. Sebenarnya sudah lama saya berniat untuk melebarkan sayap ENS ke sana, apalagi setelah melihat bagaimana tunangan saya bisa sukses di sana. Tapi memang baru sekarang saja bisa terealisasikan.
Kedua, kepemilikan saham kami yang ada di D&D Media, dan RTA Corp itu sebanyak apa yang orang pikirkan. Paling banyak hanya sekitar 3 – 5% saja. Dan itu tidak cukup untuk seperti yang tadi di tanyakan, mengontrol opini publik. Niat kami pun sebenarnya untuk belajar terlebih dahulu, melihat prospek jangka panjangnya bagi kami seperti apa. Hanya sebatas itu,”
“Jadi tolong di dengar ya semuanya, setiap informa
“Tapi, kalau lu benar-benar mau menjalankan rencana lu itu. Gua ngak setuju,”“Kenapa?” Ardi bertanya balik, dia penasaran kenapa Ayu kali ini tidak sejalan dengannya. Sebab menurutnya ada bagusnya jika mereka setidaknya mempunyai perusahaan yang bergerak media.Apalagi basis mereka yang merupakan perusahaan teknologi terkemuka di dalam berbagai bidang, mempunyai perusahaan yang bergerak di bidang media dan hiburan bisa menjadi pendapatan terbesar berikutnya.Contoh saja Dis**y yang bisa menghasilkan miliaran dollar hanya dari penjualan streaming service mereka.“Seperti pertanyaan yang lu dapatkan waktu seminar kemarin, monopoli pasar. Kita sekarang sudah menguasai sekitar 40 – 60% pasar dalam negeri untuk sektor IoT, Smartphone, Laptop. Walau sukses, taktik kita saat ini saja sudah mendapatkan cukup banyak kecaman dari pesaing kita dan tidak sedikit juga publik yang menuding kita dengan hal yang serupa,”
“Sa.. Sayang?!” Dengan tangan yang gemetaran setelah mendengar suara begitu keras di telepon tadi, Cynthia terus memanggil Ardi, berharap pikiran buruk yang ada di kepalanya tidak menjadi kenyataan. “Cynthia, kamu kenapa?” Ibunya Ardi bertanya saat melihat tangan Cynthia yang agak gemetaran. Sedangkan Alona, memandang calon kakak iparnya tersebut dengan tatapan heran namun juga khawatir di saat yang sama. “M.. Ma.., Ardi..” Cynthia yang tidak mendapatkan jawaban apapun dari Ardi, tidak bisa lagi menahan air matanya saat berbalik menatap Ibunya Ardi. “Alona, kamu temani Cynthia dulu,” Ibunya Ardi yang cukup peka dan menyadari ada sesutau yang tidak beres, langsung berjalan naik ke kamar tidurnya yang ada di lantai 2 dan menelepon salah satu detektif kenalannya saat dia masih aktif jadi pengacara dulu. “Halo, ibu Sinta? Kenapa tiba-tiba menelepon larut malam begini?” “Maaf, tapi bisa kau lacak telepon Ardi sekarang?” dia langsung meminta
Saat berjalan ke kamar tempat Ardi dirawat, Ayu berpikir keras apakah dia seharusnya memberitahu ke Ibunya Ardi kalau selama ini dia dan Ardi sedang menyelidiki kematian Chairman sebelumnya. Sebab dari pertama, dia sudah berjanji kepada Ardi untuk tidak menceritakannya kepada siapapun, termasuk Alona, Ibunya atau Cynthia sekalipun.“Kamu kenapa di luar seperti itu?” Ayu tersadar dari lamunannya begitu mendengar suara Ibunya Ardi tang ternyata sedang menghampiri Cynthia yang sedang berdiri di luar lorong.“Hanya ingin menghirup udara segar dulu ma,” Cynthia menjawab sembari diam-diam melirik ke arah Ayu.Melihat kode yang di berikan Cynthia, Ayu melangkah maju, “Biar saya yang temani. Tante istirahat saja dulu,” dia menawarkan diri.Ibunya Ardi hanya menangguk, wajahnya tampak begitu lelah dengan semua kejadian hari ini. Setelah Ibunya Ardi masuk ke dalam kamar tempat Ardi di rawat, Ayu dan Cynthia berjalan menuju kantin rumah sakit yang ajaibnya masih ada beberapa kios yang buka, pada
“Tetap tenang saja, semuanya akan baik-baik saja selama lu ngak bersikap mencurigakan,” Ayu berbisik di belakang Cynthia yang baru saja melayani perbincangan dengan salah satu calon investor yang berminat di project COF.“Ternyata melelahkan juga pekerjaannya bos lu ya,” keluh Cynthia, sekaligus menyindir dirinya sendiri yang begitu cepat mengeluh.“Akhirnya lu sadar kan bagaimana melelahkannya menjadi seorang CEO?” Ayu balik mengejek Cynthia.Cynthia tidak bisa melawan fakta yang di katakan oleh Ayu, dia hanya bisa terdiam dan terus memasang senyum sambil berjalan berkeliling menyapa semua tamu undangan satu persatu. Sementara Ayu yang ada di belakangnya, sesekali menatap ke tablet yang dia pegang untuk melihat siapa yang harus mereka temui berikutnya.Tablet itu juga akan menampilkan jika kamera pemindai—yang terhubung dengan database di fasilitas Project X—menangkap seseorang yang mencurigakan.&ld
“Sayang.” Ardi mencoba mengajak Cynthia berbicara.Setelah dokter dan perawat tadi pergi, atmosfer di antara mereka berdua menjadi begitu sunyi. Sudah 30 menit Cynthia hanya menatap buku yang ada di tangannya dan mengacuhkan Ardi.“Baik. Aku minta maaf karena tidak menceritakan apa-apa ke kamu,” Ardi akhirnya menyerah dengan keadaan.Setelah Ardi meminta maaf, Cynthia menutup buku yang ada di tangannya. Dia berdiri dari sofa yang didudukinya dan berjalan menuju ke arah Ardi.“Jadi ... kapan kamu akan berencana menceritakannya andai kamu tidak kecelakaan seperti sekarang ini?” Cynthia menarik kursi yang ada di sudut ruangan; meletakkannya di samping kasur Ardi dan duduk di situ.“Setelah aku yakin bisa mengatasi semuanya,” ucap Ardi.Cynthia mendengus mendengar perkataan Ardi. “Dan tepatnya kapan itu? Setelah kamu tidak sadarkan diri lagi?”“Aku—““Apa kamu tahu bagaimana perasaanku saat pertama kali mengetahui semua rahasia itu? Apa kamu ngak pernah memikirkan aku sama sekali?”“Terus
“Nope, rencana lu bisa dibilang gagal total.” Ayu tersenyum sinis ke arah Ardi yang untuk pertama kalinya rencananya gagal total.“Dasar para psikopat itu. Lama juga mereka bersabar.” Ardi memukul sofa yang di duduknya. Dia tidak mengira kalau para anggota The Collector’s itu bisa bersabar selama ini. Padahal ini sudah mau 3 bulan semenjak Proyek City of Future diumumkan.Logikanya, jika orang-ornag itu hidup di luar negeri pun. Seharusnya dengan waktu selama ini, kabar soal City Of Future sudah mulai bersebar. Apalagi dengan tindakannya yang sengaja mengumumkannya ke seluruh dunia dengan mengundang beberapa investor ternama luar negeri dan juga mempromosikannya di luar negeri secara masif.“Mungkin mereka sudah tidak tertarik lagi dengan Project X barangkali?” ujar Ayu.“Are you crazy? Lu sudah liat sendiri kan bagaimana gilanya teknologi yang ada di Project X? Mana mungkin para keparat itu … yang sampai rela membunuh demi semua itu tidak tertarik sama sekali.” Ardi mendengus.“Lalu,
“Sejujurnya. Ini terlalu berbahaya, Di! Sekarang semua orang sedang mencari siapa penyebar rahasia itu. Ba—Bagaimana kalau mereka menemukan kalau yang mengupload semua itu adalah gue?” Ayu agak gemetaran ketika mengatakannya. Raut wajahnya terlihat agak pucat.“Tenang saja. Mereka tidak akan bisa menemukan siapa yang mengupload itu semua,” ucap Ardi dengan penuh percaya diri. Dia terus melanjutkan membaca isi map yang ada di depannya dan menandatanganinya jika merasa tidak ada kesalahan.“Tapi bagaimana lu bisa seyakin itu?” Ayu kembali bertanya sambil mengerutkan keningnya.“Karena gua sudah minta tolong ke Pak Dwi agar menyembunyikan semuanya dengan rapi. Teknologi Cyber yang dimiliki Project X sudah dua langkah lebih maju dari kemampuan keamanan jaringan di negara ini. Jadi—lu ngak usah khawatir sama sekali.”Ardi menandatangani dokumen terakhir yang harus dia periksa dan menyerahkannya ke Ayu
“Wah, kesamber setan apa lu tiba-tiba nelpon gue?” Mendengar kalimat yang dia dengarkan sekarang ini. Ardi langsung merasa kesal namun juga lega di saat yang sama.“Gua butuh bantuan. Lu sekarang ada di mana?”“Madrid, Spain. Ada apa? Dari suara lu, sepertinya ada masalah yang sangat penting ya?”“Kapan lu bisa ke London. Gua butuh jasa perusahaan lu,”“Sekarang juga bisa. Kirimkan saja alamat penginapan lu. Kita ketemu di sana. Dan titip salam calon ipar gua yang cantik ya.”Ardi sempat tersenyum sebentar saat mendengar perkataan Joe, sebelum mereka mengakhiri panggilan tersebut. Temannya yang satu ini masih saja tidak berubah sama sekali. Sama seperti dirinya, yang suka ceplas-ceplos saat berbicara; dan yang terpenting, tidak punya filter sama sekali ketika sudah berbicara.“Wah, gila juga ini wartawan. Baru sejam yang lalu kit di potret, mereka sudah merilis berita saja.” Cynthia menggelengkan kepalanya saat melihat fotonya dan Ardi di pintu keberangkatan sejam yang lalu sudah di