Happy Reading.
Arion menghentikan anak buahnya untuk mencari keberadaan Zayla, ia bertekad akan mencarinya sendiri dan meminta maaf kepadanya. Pria tampan itu merasa tak tenang karena terus memikirkan keadaan sang adik angkat. Ia terus terbayang akan penyatuan mereka waktu itu, bagaimana jika Zayla sampai hamil? Sungguh Arion tak dapat membayangkan semua itu.Di satu sisi, Arion berharap Zayla memang hamil anaknya supaya ia bisa mengikat adik angkatnya itu agar tak lagi pergi darinya. Namun, di sisi lain Arion juga takut keinginannya jadi kenyataan, sebab dunia belum tahu kalau Zayla hanyalah adik angkat, bukan adik kandung. Tentu hal tersebut akan membawa bumerang bagi mereka berdua.Belum lagi jika Zayla tidak mau hamil anaknya karena merasa takut dan terbebani, pasti akan sangat sakit dengan kenyataan itu. "Ah, kenapa semuanya menjadi sangat rumit." kepala Arion rasanya akan pecah memikirkan apa yang sedang menimpanya.Besok, Arion akan perHappy Reading. Zayla merasakan ada yang aneh di lingkungan kampus. Semua orang yang selalu menatap dingin dan juga meremehkannya, kini mereka terlihat sangat ramah kepada Zayla. Ia benar-benar bingung apa yang sebenarnya terjadi pada teman-teman kampusnya itu. Cuma Rula yang tetap menatap sinis kepadanya tanpa tahu salahnya dimana. "Apa kabar, Zay? Aku dengar, beberapa hari ini kamu lagi sakit ya," ucap Sela tersenyum ramah. Ia tak ingin bernasib sama dengan Alovia dan Wina yang dikeluarkan secara tidak hormat dari Fakultas Gremora. "Cuma pusing aja kok," baru kali ini Zayla berbicara bergitu santai kepada teman kelasnya itu. bukan cuma yang menyapa dan menanyakan kabar Zayla, tapi mahasiswa lain pun ikut bersimpati kepadanya. 'Sebenarnya ada apa ini, kenapa mereka berubah drastis.' Batin Zayla bertanya-tanya. "Zayla, bisa ikut ke ruangan saya sebentar," suara pak Bima mengalihkan fokus para mahasiswa di dalam kelas tersebut.
Happy Reading. Setelah mendapatkan onor darah yang cocok, Zayla langsung ditangani oleh tim medis yang profesional. Wanita cantik itu terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, banyak serangkaian alat yang menancap di tubuh Zayla sebagai penopang hidupnya. Begitu juga dengan oksigen yang terpasang di bagian mulutnya, sementara Zayla masih setia memejamkan mata. Para tim medis sudah keluar dari ruangan operasi setelah luka di bagian kepala Zayla selesai di jahit. Keadaan wanita malang itu masih belum stabil, entah kapan Zayla akan membuka matanya kembali. "Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" sosok pria yang sejak tadi menunggu Zayla di depan ruang operasi, kini langsung berdiri saat melihat dokter beserta tim medis lainnya sudah keluar dari ruangan tersebut. "Kami sudah berusaha keras dalam menangani adik Anda Tuan. Keadaannya belum stabil, sepertinya pasien akan mengalami koma," papar dokter spesialis tersebut memasang wajah sedihnya.
Happy Reading. "Dokter, pasien di ruang ICU mengalami kejang-kejang." Ucap seorang perawatan yang kebetulan sedang mengecek keadaan Zayla. Dokter Rama yang menangani Zayla di ruang operasi pun gegas masuk ke ruang ICU. Wajahnya terlihat sangat serius, ia juga merasa prihatin dengan keadaan Zayla yang sepertinya enggan untuk membuka mata. Ansel beserta kedua orang tuanya tetap setia menunggu Zayla di depan ruang ICU. Mereka bertiga sangat sedih atas apa yang menimpa Zayla. Tiada hentinya mereka terus merapalkan doa demi keselamatan Zayla supaya lekas bangun dari komanya. Namun, harapan mereka semakin menipis tatkala dokter Rama mengatakan bahwa Zayla sepertinya memang tidak mempunyai keinginan untuk segera bangun dari komanya. "Bagaimana perkembangan putri kami, Dok?" dengan cepat Rena menghampiri dokter Rama untuk menanyakan kondisi sang putri tercinta. "Tidak ada kemajuan sama sekali. Sepertinya nona Zayla sengaja tidak mau bangun d
Happy Reading. 2 Minggu kemudian. Keadaan Zayla masih belum ada perkembangan, pihak rumah sakit sudah menyerah dan ingin mencabut alat-alat bantu di tubuhnya. Namun, pihak keluar Orlando tetep bersikukuh tak ingin menyerah begitu saja. Mereka justru berencana membawa Zayla ke luar negeri jika sampai besok keadaan Zayla masih tetap sama. Mereka mempunyai harapan tinggi dalam kesembuhan Zayla.Ansel dan kedua orang tuanya berdiri di belakang dokter Rama yang sedang memeriksa kondisi Zayla untuk yang terakhir kalinya setelah ia memutuskan untuk menyerah. Akan tetapi, ekspresi dokter Rama seperti menujukan sesuatu hal besar telah terjadi. Wajah tegangnya membuat keluarga Orlando merasa sangat cemas. "Bagaimana kondisinya sekarang, Dok. Kenapa wajah Anda membuat kami khawatir akan kondisi Zayla," Rina yang tak tahan pun langsung menanyakan hal ganjal dalam hatinya. Terdengar helaan nafas berat keluar dari mulut dokter Rama yang semakin mem
Happy Reading. Usia kandungan Zayla sudah memasuki minggu ke empat. Wanita cantik itu masih tetap setia menutup mata. Namun, Ansel beserta keluarganya tidak pernah putus asa, mereka selalu memberikan support terbaik untuk Zayla, dan berharap wanita itu lekas sadar. Sepertinya doa keluarga Orlando didengar oleh Tuhan. Kelopak mata Zayla bergerak ke kiri dan ke kanan, jari jemarinya pun ikut bergerak seolah pertanda dia akan sadar dari komanya setelah hampir satu bulan berjuang dengan alat bantu dari rumah sakit. Kedua mata Zayla terbuka secara perlahan. Bias cahaya menyilaukan matanya sampai dia berkedip berkali-kali untuk mengadaptasikan penglihatannya. Hal pertama yang ia lihat adalah cahaya lampu di langit-langit kamar. Ketiga orang di sana masih belum menyadari keadaan Zayla yang sudah sadar. "A-air." Suara Zayla terdengar sangat lirih. Namun, masih dapat di dengar oleh Ansel yang kebetulan jaraknya lebih dekat dibandingkan dengan posisi ke
Happy Reading. "Aaakh! Perutku sakit." Kedua tangan Zayla memegang perut bagian bawahnya yang terasa nyeri bagaikan di remas-remas. "Ansel, cepat panggilkan dokter Rama sekarang juga," wajah Rina terlihat begitu panik, ia berusaha menenangkan sang putri tercinta. Begitu juga dengan Bagas, ia mengusap keringat dingin di pelipis Zayla. Dokter Rama mulai menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter. Penuh dengan kehati-hatian, ia memeriksa keadaan Zayla yang masih menahan sakit. "Bagaimana Dok, apakah kandungannya baik-baik saja?" pertanyaan Rina membuat Zayla shock hingga terdiam beberapa saat. Pasalnya dia belum tahu bahwa dirinya sedang hamil. "Kandungan? Maksud Mama apa?" suara Zayla terdengar sangat lirih, berharap pendengarannya salah. Ia merasa dirinya masih sangat muda dan sepertinya belum menikah, lalu kenapa sekarang dirinya tiba-tiba hamil? Semua yang ada di sana nampak bingung, mereka tidak tahu harus melakukan apa.
Happy Reading. 5 bulan kemudian. Zayla menjalani hari-harinya dengan kehidupan baru di keluarga Orlando. Ia merasa sangat asing dengan rumah yang ditempatinya. Bukankah jika orang mengalami hilang ingatan, mereka masih bisa merasa nyaman dengan tempat yang sering dikunjungi ataupun di rumah mereka sendiri. Namun, tidak dengan Zayla yang justru merasa asing. Apa lagi di rumah tersebut tidak ada satupun foto milik Zayla dari saat dia kecil hingga besar. Tidak ada foto keluarga juga di sana yang semakin membuat Zayla merasa curiga sekaligus takut. Ia takut keluarga Orlando sedang menipunya. Tapi, mereka sangat baik kepada Zayla dan benar-benar bersikap layaknya keluarga bahagia. Perutnya kian membuncit, karena usia kehamilannya sudah 6 bulan. Tubuh Zayla sudah tak lagi kurus semenjak memasuki trimester kedua. Yang semula nafsu makan Zayla menurun, kini sudah meningkat, bahkan berat badannya naik 7 kilo selama ia hamil. Menurut hasil pemeriksaan USG, bayi yang dikandung Zayla berjenis
Happy Reading. Arion dan Rega sudah sampai di kota A, dan menuju ke kediaman Wesley. Di sana sudah ada Zack, yang menunggu di depan rumah karena mendapatkan kabar bahwa sang atasan akan kembali ke kota kelahirannya. Zack sangat prihatin dengan kondisi Arion saat ini. Ia juga tahu kalau bosnya itu mengalami hari-hari yang sulit semenjak Zayla mengalami kecelakaan. "Selamat datang, Tuan," sapa Zack dengan sangat hormat. Sementara Rega masih setia berdiri di belakang Arion. Ia hanya menundukkan kepala saat Zack menyapanya dengan hal yang demikian. "Cari keberadaan Zayla, Zack," sepertinya yang ada di dalam otak Arion sekali cuma Zayla seorang. Sampai sapaan Zack diabaikan begitu saja. "Sebaiknya Anda beristirahat dulu, Tuan. Supaya keadaan Anda membaik. Saya akan menjalankan tugas sekarang juga. Tapi, sebelum itu saya ingin menyampaikan bahwa di atas meja dalam ruang kerja Anda, saya menyimpan satu kotak kecil yang berisi semua bukti tentang siap