Malam-malam saat Malikha terbangun karena mimpi buruk akibat kejadian di Hope Park Cemetry adalah alasan yang membuat Fiona membawa Malikha pindah dari LA ke Boston. Mereka pergi pasca dibebaskannya Malikha dari tahanan dinas sosial. Hal itu terjadi setelah pengacara Brandon menjaminkan sejumah uang ke Dinas Sosial tersebut.
Malikha tak tidur berhari-hari karena ketakutan. Ia masih bisa mengingat dengan jelas seperti apa wajah anak yang sudah dijebak olehnya dan mati di dalam makam itu. Kini setelah ia jarang mendapatkan mimpi tersebut, mimpi terburuk akhirnya datang.
Anak yang ia pikir sudah mati ternyata bangkit dari kuburnya dan berdiri di hadapannya sekarang sebagai seorang suami. Tak pernah sekalipun Malikha berpikir jika anak remaja itu ternyatra adalah Aidan.
Mata Malikha semakin membesar dengan wajah ketakutan menatap pria yang beberapa jam lalu baru saja menjadi suaminya.
"K-kamu ..."
"Iya, aku. Jangan bilang jika kamu sudah melupakan anak
12 Tahun Yang LaluMalikha langsung menelepon kekasihnya, Jason Holland begitu Aidan setuju untuk pergi dengannya. Ada sedikit ragu di hati kecil Malikha yang melarangnya melakukan hal tersebut untuk menjebak Aidan. Tapi ia begitu takut mengakuinya."Begitu tiba di ujung jalan, kami akan datang. Bawa dia melewati gang yang kutunjukkan tadi pagi, oke," ujar Jason dari teleponnya. Malikha terdiam dan tak menjawab."Malikha?" panggil Jason membuyarkan lamunan Malikha."Iya, akan kubawa dia kesana," jawab Malikha lalu mematikan ponsel dan menyimpannya. Malikha pun menguatkan hatinya menunggu beberapa detik sebelum kemudian Aidan muncul di belakangnya, ia terus meyakinkan diri bahwa ini hanya untuk memberikan pelajaran. Malikha pun memasang senyuman manis.Usai menelepon Mars, Joona dan Caleb dan tak dijawab, Aidan kemudian menyusul Malikha ke gerbang masuk sekolah. Dengan langkah bahagia, Aidan menghampiri Malikha. Aidan tengah sangat bahagia minggu in
"Aku mohon, jangan memperlakukan aku seperti ini. Maafkan aku, Aidan!" isak Malikha sambil menangis begitu sedih dan lirih. Tapi Aidan yang kejam menarik lengan Malikha membuatnya berdiri paksa lalu menyeretnya keluar kamar. Ia mendorong Malikha keluar masih dengan gaun pengantin yang belum sempat ia lepas.Seorang wanita cantik dan seksi sudah berdiri di dekat pintu kamar menyaksikan si pemilik kamar diusir dari tempatnya. Wanita itu berdiri dengan angkuh sambil melipat kedua lengan di dada. Malikha yang diusir keluar dari kamarnya hanya bisa melihat saat Aidan malah menarik wanita asing itu ke kamar mereka sambil tersenyum jahat.Bahkan ia masih sempat menghancurkan hati Malikha dengan mencium pundak wanita itu sambil menutup pintu.Tangisan Malikha hanya bisa pecah di depan pintu kamar itu. Ia mundur perlahan seiring terdengarnya tertawaan renyah dari keduanya dari dalam kamar. Malikha menggelengkan kepalanya dan masih berharap jika yang dialaminya hanyalah mimpi buruk.Malikha teru
"MALIKHA!" teriak Aidan sambil mendengus kesal. Malikha berlari dari dapur menghampiri Aidan dan berdiri di depannya."Apa aku harus mengajari apa saja yang harus dikerjakan seorang istri untuk suaminya!" hardik Aidan tanpa ampun. Malikha tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Aidan. Sambil menahan kesal, Aidan menunjuk Malikha untuk menyiapkan jas dan tasnya."Siapkan jas dan tasku. Kenapa kamu malah bengong disitu!" Malikha kahet mendengar Aidan yang terus marah-marah padanya. Malikha kebingungan harus menyiapkan seperti apa."Jasnya ...""Di walk in closet dalam kamar!" jawab Aidan ketus dengan kening mengernyit. Malikha tidak membuang waktu untuk masuk ke kamar Aidan dan mencari walk in closet-nya. Sekarang ia kebingungan harus memilih jas yang mana. Karena terlalu lama, Aidan terpaksa masuk dan memarahi Malikha lagi."Kenapa kamu bergerak sangat lambat seperti kura-kura! Aku sudah capek menunggumu di luar!" hardik Aidan lagi mengejutkan Malikh
"Kamu dari mana? Kenapa tidak pakai seragam Estrela?" tanya Aidan yang mengira Malikha masih bekerja di hotelnya. Aidan bertanya dengan nada ketus yang membuat Malikha makin takut memberitahukan padanya yang sudah terjadiMalikha terdiam mendapat pertanyaan seperti itu dari Aidan. Ia menelan ludah beberapa kali menatap Aidan dengan mata polosnya. Sementara Aidan kini berdiri di depannya menuntut jawaban dari rasa penasarannya."Apa kamu pulang bekerja?" Malikha mengangguk. Ia sebenarnya sudah ingin memberitahukan pada Aidan tentang pekerjaan barunya, tapi sebelum itu terjadi Aidan telah lebih dulu membuka kedok pernikahan mereka yang sesungguhnya.Hal itu membuat Malikha memutuskan tidak jadi memberitahukan hal tersebut pada Aidan. Sekarang ia mengira jika Malikha masih bekerja di Estrela dam kebingungan saat ia tak lagi memakai seragam pelayan hotel itu lagi.“Lalu kenapa malah memakai pakaian seperti ini!” sambungnya lagi berusaha mempertaha
Dalam keadaan lelah karena sudah bekerja seharian, Malikha masih harus menyiapkan makanan hangat untuk makan malam suaminya, Aidan Caesar. Usai menghidangkan dan Aidan duduk di meja makan, Malikha lalu berlalu pergi masuk kembali ke dapur untuk menikmati makan malamnya di sebuah meja kecil di sudut dapur itu sendirian.Seperti yang diinginkan oleh Aidan, Malikha akan makan malam terpisah dari Aidan. Malikha adalah pelayan, itulah mengapa ia tak pantas berada satu meja dengan Aidan.Namun Aidan sempat mencuri-curi melihat dengan wajah sedih ke arah dapur saat Malikha pergi dan menghilang. Usai Malikha pergi, ia malah mengaduk-aduk sup di depannya tanpa punya selera makan sama sekali.Di dapur, Malikha memulai makan malamnya dengan berdoa untuk bersyukur. Ia tidak makan banyak, hanya semangkuk sup kecil dan segelas air. Tiba-tiba terdengar bunyi kunci otomatis pintu depan apartemen tanda bahwa pintu dibuka dan ditutup kembali.Malikha yang mendengar lantas berdiri untuk mengecek. Ia kem
"Buka matamu!" perintah Aidan masih berdiri dengan kesal di depan Malikha. Malikha terpaksa membuka matanya dan melebarkannya perlahan saat melihat tubuh Aidan di depannya. Aidan hanya memakai celana boxer sebagai pakaian dalamnya dan menggeleng melihat reaksi Malikha melihat tubuhnya."Kenapa kamu malah bengong? Berikan celanaku!" semprot Aidan kesal. Malikha seolah tak bisa berpikir. Ia mengambil celana Aidan yang sudah dibuangnya tadi dan memberikannya pada Aidan sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. Aidan mengambil celana hitam itu dengan kasar dan memakainya. Malikha bergeser perlahan saat Aidan maju ke arah cermin sambil memperbaiki celananya."Untuk apa berdiri disitu, keringkan rambutku!" nada ketus Aidan belum berakhir untuk Malikha. Sekarang ia harus mengeringkan rambut Aidan lagi."Gunakan hair dryer setelah memakai handuk," ujar Aidan memerintah dengan dingin. Ia masih belum memakai baju dan Malikha bisa melihat dengan jelas tubuh Aidan yang terp
Bruce Caldwell mungkin tak menyangka jika ia bisa bertemu dengan Malikha Swan, pegawai baru di perusahaannya pagi ini. Wanita dengan penampilan sederhana namun sangat cantik itu, menarik perhatiannya sejak pertama kali ia melihat Malikha memperkenalkan diri di pertemuan bulanan Noxtrot Design Company.Perusahaan yang kini mempekerjakan Malikha sebagai salah satu manajer itu telah dimiliki oleh Bruce semenjak 3 tahun setelah ia mengakuisisi dari pemilik sebelumnya. Selain sebagai pemilik, Bruce yang memiliki latar belakang arsitek juga merangkap sebagai CEO.Beberapa hari yang lalu, perhatiannya sebagai seorang pria terusik saat ada pegawai wanita bernama Malikha Swan memperkenalkan diri sebagai manajer HRD yang baru. Baru kali itu hatinya bergetar kembali setelah sekian lama ia tak pernah berhubungan lagi dengan wanita manapun.Bruce sudah pernah menikah sebelumnya namun bercerai karena mantan istrinya berselingkuh dengan pria lain. Semenjak saat itu, Bruce tak
Malikha berhenti dan kembali menoleh pada Aidan. Aidan masih belum bicara dan malah diam berpikir sambil menatap botol air minum yang diletakkannya di atas konter dapur. Malikha menunggu cukup lama agar Aidan mengatakan maksudnya."Apa kamu membutuhkanku?" tanya Malikha lembut memecah keheningan pada akhirnya."Aku tidak bisa tidur," jawab Aidan singkat. Malikha mengernyitkan kening mendengar itu. Ia tidak mengerti apa yang dimaksudkan Aidan."Buatkan aku sesuatu agar aku bisa mengantuk." Aidan menambahkan lagi. Malikha baru mengerti, ia tersenyum dan mengangguk."Apa kamu mau minum susu hangat dengan campuran kayu manis?" tanya Malikha setelah berjalan mendekati Aidan. Aidan hanya menaikkan alis dan bahunya."Aku tidak punya alergi pada keduanya, memangnya itu bisa membuatku mengantuk?" Malikha tersenyum lagi dan mengangguk pelan."Itu bisa membantu, jika kamu mau aku bisa membuatkannya," tawar Malikha dengan suara lembutnya. Aidan menggaruk lehernya beberapa saat karena gugup.Ia ke