Qiana menghentikan langkah dan berbalik. Untuk sejenak dia seperti tengah menimbang-nimbang. “Maaf, Edrick. Malam ini aku sudah lelah. Kurasa lain kali saja.” Dia kembali berbalik dan melanjutkan langkah dengan acuh.Edrick tidak berkata apa-apa demi mendengar penolakan Qiana. Tapi teman di belakangnya bergumam menghasut. “Sombong sekali gadis baru itu. Dia pasti belum mengenalmu.”Edrick terkekeh. “Tidak masalah. Aku pasti akan mendapatkannya juga nanti.”“Tapi siapa sebenarnya dia? Kenapa gadis itu naik ke lantai atas? Apa dia tinggal dengan Nona Darla?” Seorang teman Edrick yang satunya buka suara.Mereka masih berdiri di sana mengawasi Qiana yang melenggang menaiki tangga.“Darla bukan siapa-siapa. Dia cuma wanita murahan yang menumpang hidup di distrik ini. Kalau ayahku menginginkan, dia bisa menutup klub ini dalam satu perintah.” Edrick sangat bangga dengan ayahnya. Dia selalu membawa-bawa nama ayahnya untuk setiap urusan. Persis seperti anak kecil.“Tapi kupikir Loco melindungi
“Tuan Banks, jangan kurang ajar. Aku tidak berkencan untuk uang.” Qiana merasa tersinggung. Dia memang memerlukan uang dan akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Tapi tidak termasuk menjual diri.Edrick terkekeh. “Tidak usah tersinggung seperti itu. Aku tahu semua orang menyukai uang. Termasuk kau. Jangan malu-malu seperti itu.”Qiana merasa mual. Tidak ada gunanya bicara dengan orang yang otaknya sudah tersumbat seperti ini. Dia bermaksud meninggalkan Edrick, tapi lelaki itu menghalangi jalannya. “Tuan Edrick Banks, sebaiknya kau tidak menghalangi jalanku!”“Memangnya apa yang bisa kau lakukan? Berteriak? Ayahku adalah walikota Dixon. Tidak ada yang akan peduli apa pun yang akan kulakukan padamu. Kalaupun peduli, mereka tidak akan berani.” Edrick maju selangkah demi selangkah. Mendorong posisi Qiana ke sudut yang lebih gelap.“Kemarilah. Kurasa Darla tidak akan keberatan jika kita memakai kamarnya untuk malam ini.” Tangan Edrick sudah gatal ingin merasakan kelembutan kulit g
“Benarkah?” Qiana tidak menyangka akhirnya Ned menemukannya. Tapi kenapa bukan lelaki itu sendiri yang datang menjemput?“Nona, kita tidak punya banyak waktu.” Lelaki berjaket tampak tidak sabar.“Apa tidak bisa menunggu sebentar. Aku ingin berganti pakaian dulu.” Qiana merasa tidak nyaman dengan dress selutut putihnya. Mungkin lebih baik dia memakai celana panjang agar lebih mudah bergerak.“Saya rasa tidak perlu, Nona.” Qiana melihat sekitar. Darla tidak kelihatan. Mungkin wanita itu sedang menemani seorang tamu penting. Dia merasa tidak enak jika harus pergi tanpa berpamitan. Mungkin tidak mudah untuk bisa bertemu Darla lagi setelah ini. Tapi memikirkan jalan keluar yang akan segera didapatnya, akhirnya Qiana mengikuti kedua orang itu juga.“Baiklah. Ayo.” Si lelaki berkacamata berjalan lebih dulu menembus keramaian pengunjung klub. Qiana mengikutinya di belakang. Si lelaki berjaket berjaga di belakangnya lagi. Mereka keluar lewat pintu samping dan sampai di lantai parkir yang t
“Thomas Delamo,” gumam Darla. “Drake, beritahu tuan Harrison tentang dua orang penyusup ini.”“Baik, Nona.” Drake mengangguk hormat.Setelahnya Darla mengajak Qiana kembali ke dalam klub “Bagaimana kau tahu kalau terjadi sesuatu padaku?” Qiana penasaran bagaimana Darla tiba-tiba muncul bersama banyak orang.“Seorang bartender memberitahuku. Dia melihat dua orang asing mendatangimu ke belakang panggung.”“Kukira kau cukup pintar untuk tidak percaya pada orang asing,” sambung Darla sambil terus berjalan.Qiana merasa malu, tapi tak berniat membantah. Dia tak ingin pembicaraan melebar pada hal lain yang akan membuat Darla curiga. Sebelumnya wanita itu sempat bertanya tentang teman macam apa yang dimiliki Qiana. Dia takkan punya penjelasan yang lebih masuk akal kecuali harus menceritakan kebenaran tentang Ned.Malam itu untuk pertama kalinya Qiana bermimpi tentang lelaki itu. Wajahnya lebih muda. Dia tidak mirip Ned, tapi Qiana tahu kalau dia adalah lelaki itu. Qiana terjaga dengan pera
Qiana menyukai saat dia menyanyikan lagu Kekasih Terakhir. Dan orang-orang sepertinya juga berpikir demikian. Buktinya beberapa orang yang mengetahui lagu itu ikut bernyanyi. Sementara yang tidak pernah mendengarnya, terhanyut dalam lirik dan iramanya yang menyedihkan. Kali ini Qiana menyanyikannya sambil mengingat Ned meski tahu ini tidak ada hubungannya sama sekali. Menurutnya dia tidak sedang jatuh cinta.Lagu baru dinyanyikan setengahnya ketika kehebohan terjadi di pintu masuk. Konsentrasi Qiana sedikit terusik. Dia mengikuti arah pandangan hampir semua pengunjung.Seorang lelaki dengan luka sayatan di sisi kiri wajahnya tampak memasuki klub. Seorang gadis berambut pirang berjalan di sisinya. Sementara ada dua orang lelaki lain dengan jaket berwarna gelap membawa dua koper besar mengiringkan di belakang. Semuanya naik ke lantai dua. Sebelumnya Qiana sempat melihat kalau si gadis menoleh ke arahnya sambil tersenyum jahat.Mendadak Qiana merasakan lututnya lemas. Dia bahkan menj
“Senang bisa bertemu lagi denganmu, Ned Zavier. Sayang aku harus pergi. Kekasihmu ini aku pinjam dulu.”Itu Cheryl! Qiana hanya bisa meringis ketika lengan gadis itu melingkari lehernya dan sebelahnya lagi menodongkan senjata. Jadi, Cheryl memang ada hubungannya dengan Ned? Pikir Qiana. Seperti praduga yang pernah disampaikan Loco Harrison padanya. Apa dia mantan kekasih Ned?Qiana tiba-tiba menjadi sedih sendiri.Loco di sebelah sana terlihat tidak terkejut dengan kedatangan Ned. Darla di sebelahnyalah yang tidak menyangka bisa bertemu lelaki itu di sini. Ned sempat melihat pada Darla. Sekilas ekspresinya sedikit berubah, tapi Ned tidak mengatakan apapun. Sementara Thomas yang mendengar nama Ned Zavier diucapkan oleh Cheryl harus mengakui bahwa kemampuan lelaki itu memasuki Nortbeth hingga Dixon tidak bisa dianggap remeh. Dan melihat ketenangan Loco, dia merasa telah dijebak.“Kau boleh pergi, tapi tinggalkan dia di sini,” dingin Ned berujar.Cheryl tertawa pahit. “Kau pikir aku
Qiana juga melihat si penembak yang berdiri tenang di atas balkon sambil memanggul senapannya. Adam!Lelaki itu tersenyum masam. Tatapannya mengarah pada Qiana, tapi kata-katanya tertuju pada Ned. “Sejak kapan kau bertele-tele saat hendak membunuh orang?”Ned mengabaikan ucapan Adam. Dia memburu ke arah Qiana yang tiba-tiba menjadi lemas dan nyaris terjatuh. Kalau Ned tidak segera menangkapnya, mungkin gadis itu akan segera menyusul tergeletak di sisi mayat Cheryl.Saat itu Thomas merasa tidak ada gunanya lagi dia berada di situ. “Sepertinya kesepakatan kita gagal, Tuan Harrison. Kau tak berhak atas uang tebusannya.”Bagaimanapun Thomas merasa gentar. Kedatangan orang baru yang tidak dikenalnya membuatnya memutuskan untuk tidak lagi ikut campur. Lagipula semula semua ini memang bukan urusannya. Cheryl juga telah tewas. Namun setidaknya uangnya harus kembali.Loco tertawa mendengar kata-kata Thomas. “Aku sudah memberikan gadis itu. Nona Cheryl bahkan sudah mengambilnya. Kesalahan buka
l“Bagaimana perasaanmu?” Ned mengabaikan pertanyaan Qiana. Dia menyentuh kening gadis itu. Tidak demam. Seharusnya memang hanya shock biasa.Qiana menepiskan tangan besar Ned dari wajahnya ketika lelaki itu memeriksanya.“Kakak, apa kalian bersaudara?” Otak Qiana memang belum sepenuhnya mampu berpikir. Namun pembicaraan kedua orang itu cukup jelas. Dia tidak perlu terlalu keras memikirkannya.Terdengar tawa kecil Darla. Wanita itu sedang duduk di sebuah sofa tidak jauh dari ranjang.“Kau cukup pintar adik ipar.” Wajah Qiana langsung memerah mendengar perkataan Darla. Dia merasa tengah diolok-olok.“Siapa yang adik ipar?” ujarnya berusaha membantah dengan balik bertanya.“Tebakanku ternyata benar. Pacarmu bukan orang kebanyakan. Tidak ada yang bisa menandingi adikku yang hebat ini di Yardley. Berhentilah membantah. Kalau tidak, akan ada ribuan gadis yang antri menggantikanmu sebagai pacar.” Darla kelihatan geli.“Siapa yang jadi pacarnya?” Qiana merasa sangat malu. Dia malah menyembun