"DIAM!" bentak Pak Raza.
Seketika Gwen langsung diam, ia hanya menatap wajah Pak Rasa dengan tatapan yang tak seperti biasanya. Air matanya mulai berlinang, perlahan menetes membasahi pipinya.
"Em, maaf a-aku … aku ti-- tidak ber--"
Belum juga Pak Raza mengucapkan maaf dengan benar, Gwen melepas tangan Pak Raza. Kemudian berlari ke kamarnya, seraya membanting pintu.
Bam!
Suaranya terdengar sangat keras, sampai Yusuf pun mendengarnya. Padahal, Yusuf baru saja ingin bicara dengan putrinya yang nakal itu.
"Halo, Mas Raza! Kamu masih di situ?"
"Njeh, kulo tasih wonten mriki. Pripun, Pak?" sahut Pak Raza dengan sopan. (Iya, saya masih d
Masing-masing regu di dampingi oleh perawat maupun dokter dari pribumi agar bisa berkomunikasi meski akan ada perbedaan dalam berbahasa sedikit. Mereka berempat di sambut dengan ramah oleh kepala desa dan seluruh warga. Keadaan desa itu sangat menyeramkan bagi Syamsir yang penakut. Meski menggunakan obor dan listrik hanya ada di gedung besar dan balai desa, tetap saja baginya sangat menakutkan. Jamuan makan malam juga berlangsung khidmat. Mereka mulai bercengkrama dengan baik. Makanan yang disiapkan juga sesuai dengan selera Aisyah, Feng dan juga Syamsir sebagai seorang muslim. Hanya sayuran dan tanpa adanya daging di sana. "Jika boleh tau, dokter ini dari mana? Satu negara, atau beda negara?" tanya Mee Noi, anak kepala desa yang baru saja pulang dari Ibu Kota. "Akhirnya ada yang bisa Bahasa Inggris, setelah melewati badai khuvukiland, huft!" desis Syamsi
Sesegera mungkin Pak Raza berlari ke dapur. Ia mendapati Gwen yang berdiri di pojokan membawa spatula ditangannya dan juga tutup panci besar di tangan sebelahnya."Ada apa? Kenapa kompornya kamu tinggal dengan api sebesar itu?" Pak Raza segera mematikan kompornya."Aku baru tau kalau ikannya akan hidup ketika di goreng, Pak. Lihatlah! Ikannya berenang di minyak yang bahkan belum panas." tunjuk Gwen dengan kata melebar.Pak Raza melihat kekacauan di dapur. Semuanya berantakan, minyak untuk menggoreng ikan juga hampir 1 liter yang dipakai. Padahal ikannya cuma satu.Kemudian, ada telur ceplok dengan cangkangnya yang masih nempel di sana. Belum lagi, Pak Raza juga melihat tumis kacang yang di potong sangat panjang."Allahu Ya Rabb &he
Chen menuju kota yang hendak ia kunjungi sesuai dengan kerjasamanya bersama dengan Willy. Jalan yang ia lalui melewati desa pelosok yang di pakai Aisyah, Feng dan yang lainnya penyuluhan.Ketika sampai di dekat desa itu, mobil yang Chen kendarai mengalami kemalangan. Ban-nya tiba-tiba saja kempes semuanya dalam hitungan detik. Otomatis sopir menghentikan kemudinya."Ada apa?" tanya Chen."Tidak tahu, Tuan. Tapi, saya merasa ban-nya ada yang kempes," jawab sopir."Asisten Dishi, coba kau lihat. Bantu sopir ini memperbaikinya!""Baik, Tuan."Datanglah beberapa orang dengan memakai pakaian serba hitam menodongkan senjata kepada sopir dia juga Asisten Dishi. Melihat aksi itu, Chen segera turun dan m
Di malam yang sunyi itu, mereka makan malam bersama. Syamsir dan Aom tidak ingin tahu lebih dalam dengan urusan Aisyah, sehingga mereka memutuskan untuk segera istirahat. Mee Noi juga sudah kembali ke rumahnya sendiri.Namun, hal yang membuat tegang malam itu adalah Feng. Tatapan Feng tak pernah lepas ke arah Chen. Kecurigaannya bertambah ketika ia tidak bisa makan asam seperti Aisyah. Cara menolaknya pun sama."Tidak, aku tidak makan yang ini!" tolak Aisyah dan Chen bersamaan. Mereka saling menatap lagi.Buah mangga yang dikirim dari kepala desa memang masih masam. Sehingga baik Aisyah maupun Chen menolak buah tersebut."Darimana asal kalian?" tanya Feng lebih lanjut."Kami--" ketika Asisten Dishi hendak menjawab, Chen menyelanya.
4 Hari Yang Lalu.Pagi setelah insiden goreng ikan berenang, Gwen telah bersiap-siap akan ke tujuan yang juga dikunjungi oleh Chen. Ia menerima info dari membaca kontrak kerja Ayah angkatnya dengan saudara kembarnya itu."Aku tak mau tahu, pokonya aku akan langsung cus kesana. Apapun itu, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini!" gumamnya dalam hati.Gwen terlalu bersemangat, sehingga beberes tasnya saja sampai Pak Raza dengar. Padahal kamar mereka masih ada dinding besar yang membatasi kamar tersebut."Gawat!""Gwen pasti mau pergi. Aku harus mencegahnya, atau aku akan mengalami kegagalan lagi!" seru Pak Raza. Ia berlari secepat mungkin dan menghentikan Gwen berkemas.Dengan sedikit ket
"Gelang itu …." tunjuk Aisyah."Ada apa? Kenapa--""Awas!" teriak Aisyah menghalangi tubuh Chen dari lesatan peluru.Dor!Suara tembakan itu sangat keras. Aisyah terluka di bagian bahunya. Beruntung tidak melukai bagian yang serius. Feng, Asisten Dishi, Syamsir dan juga Aom segera mendekati Aisyah dan Chen saat itu."Kau terluka?" Chen panik. "Tolong kau obati dia dulu, aku dan Asisten Dishi akan mengejar siapa orang yang telah berusaha menembakku!" pinta Chen kepada Feng."Tidak!" reflek, Aisyah menahan tangan Chen di bagian telapak tangannya. "Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Aku takut, semua warga di sini malah tidak akan aman jika kita masih di sini." imbuhnya.
"Gelang itu …." tunjuk Aisyah."Ada apa? Kenapa--""Awas!" teriak Aisyah menghalangi tubuh Chen dari lesatan peluru.Dor!Suara tembakan itu sangat keras. Aisyah terluka di bagian bahunya. Beruntung tidak melukai bagian yang serius. Feng, Asisten Dishi, Syamsir dan juga Aom segera mendekati Aisyah dan Chen saat itu."Kau terluka?" Chen panik. "Tolong kau obati dia dulu, aku dan Asisten Dishi akan mengejar siapa orang yang telah berusaha menembakku!" pinta Chen kepada Feng."Tidak!" reflek, Aisyah menahan tangan Chen di bagian telapak tangannya. "Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Aku takut, semua warga di sini malah tidak akan aman jika kita masih di sini." imbuhnya.
"Woy elah! Mentang-mentang sipit bicaranya pakai bahasa Mandarin. Kamu pikir aku juga tidak bisa, hah!" Gwen tak terima di todong senjata oleh Asisten kakaknya. "Hey, bule! Siapa dia?" ketus Gwen sembari melirik ke arah Asisten Dishi."Astaghfirullah, Gwen. Kamu yang sopan sedikit. Jangan seperti ini. Hormati, dia lebih tua darimu," tegur Aisyah. "Asisten Dishi, dia adikku. Tolong turunkan senjatamu, ya …."Tutur sapa Aisyah yang lembut membuat Asisten Dishi mudah luluh. Kemudian, Chen meminta salah satu dari mereka yang bisa memperbaiki mobil yang mogok itu untuk segera diperbaiki."Siapa yang bisa memperbaiki mobil?" tanya Chen."Nih, si pirang ini lulusan teknik!" tunjuk Feng dengan wajah kesalnya."Dih, ogah!" tolak Gwen mentah-mentah.Bertengkarlah Feng dengan Gwen seperti biasa. Antara mereka berdua memang jarang sekali bisa se sweet antara Feng dengan Aisyah. Chen mulai pusing dan malah membuat situasi s