Share

Bab 6 - Fakta Eva

Happy reading semuanya!

“Saya positif hamil Pak,”

Geo sama sekali tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun, tanganya mengacak rambutnya yang terbiasa tertata rapi. Tidak mungkin dalam satu permainan mereka malam itu langsung terjadi begitu saja.

“Itu pasti salah, test pack bisa saja error.” Kepala Geo mengangguk-angguk seolah membenarkan perkataannya dan meyakini segala kemungkinan yang ada.

Tatapan matanya mengarah pada Eva yang masih saja menangis.

“Kamu hanya mencoba satu brand test pack Eva, bisa saja hasilnya salah. Kamu enggak mungkin hamil, kita ke apotik sekarang cari brand bagus lainnya atau bahkan kita langsung ke dokter kandungan sekarang. Kamu enggak mungkin hamil secepat itu,” ungkap Geo mencoba untuk menjadi kepala dingin dan mencari solusi dari permasalahan mereka saat ini.

Eva tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun, ia juga ingin berpikiran positif tapi rasanya semua amat sangat tidak mungkin.

“Apa yang enggak mungkin? Ini sudah lima test pack dan saya menunjukkan hasil ke Bapak dengan brand terpercaya, apakah menurut Bapak itu bohong?” tanya Eva menahan kesal.

“Bisa… sebuah alat bisa salah Eva. Kita enggak bisa menghilangkan presentase itu, keakuratan dan…” ucapan Geo tampak menggantung sembari memperhatikan perempuan yang hanya memalingkan pandangannya ke arah lain.

Lelaki dengan wajah tampan itu tampak mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras dan menatap marah tepat di hadapan perempuan yang hanya terdiam tampak menetralkan perasaannya sekarang.

“Apakah saat ini kamu sedang berusaha untuk membuat saya terperangkap atau terjebak dalam kehidupan kamu,kan? Kamu pasti sebenarnya pernah bermain dengan laki-laki lain kan dan anak yang di dalam kandungan kamu bukanlah anak saya.”

Eva menatap tidak percaya lelaki yang menjadi dosennya itu, bagaimana bisa pernah yang memiliki pendidikan tinggi dan bagus mengatakan hal yang seperti ini.

“Saya? Buat apa saya membuat Bapak terjerat? Apa untungnya buat saya? Jika saya mau menjebak bapak… saya akan pilih-pilih orang. Apakah menurut Bapak saya orang seperti itu?”tanya Eva marah.

“Lalu apa? APA!! Bilang sama saya!! Apakah menurut kamu mata saya rusak? Buktinya sudah sangat jelas, Eva. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri kalau kamu bersama teman kamu dan dan banyak orang yang tidak dikenal ada di sekeliling kamu, melakukan sesuatu yang enggak seharusnya mahasiswa lakukan. Apa saya salah? Mata saya buta sampai enggak tahu fakta itu,” ucap Geo marah.

“Kapan? Dimana bapak melihatnya selain di kampus? Katakan sama saya dimana bapak lihat?!”

Geo menatap dalam perempuan yang ada di depannya jengah, kepalanya menengadah memperhatikan langit-langit ruang tamu apartemennya. Lehernya terasa kaku sekarang ini.

“Apa kamu pura-pura amnesia? Apakah perlu saya bantu Kamu untuk ingat semua? Kamu berada di dalam club dan minum alkohol, kamu adalah calon korban bad burning yang berhasil diselamatkan.” Lelaki dengan wajah tampan itu tampak menampilkan smirk tipisnya, “Apa jangan-jangan kamu orangnya memang begitu?” tanya Geo sinis.

Eva menatap lelaki di depannya tidak percaya, “Apa? Apa yang bapak maksud?” desak Eva.

Tatapan lelaki itu tampak datar seolah tidak tersentuh sama sekali, kemarahan tampak tertahan dalam hatinya.

“Kamu enggak perlu menyembunyikan dari saya. Sebelumnya kamu pasti pernah melakukan itu dengan orang lain, kamu hanya bekas orang saja Eva. Jadi, belum tentu jika anak yang ada di dalam kandungan kamu adalah anak saya.”

Keduanya tersulut emosi saat ini, “Bapak pikir saya mau punya anak? Saya enggak mau dia ada di dalam rahim saya! Mimpi saya masih banyak dan panjang untuk dikabulkan, saya enggak ada niatan untuk punya anak. Bapak enggak tahu saya orang yang seperti apa dan bapak baru melihat sekali, sombong sekali seolah sudah pernah lihat saya…”

Tatapan mata Geo tajam dan lurus memperhatikan perempuan yang ada di depannya itu dalam.

“Apa? Apakah kamu butuh bukti yang lain? Sebelumnya saya sudah pernah mengingatkan kamu buat nggak dekat-dekat sama mereka, tapi apa? Kamu keras kepala dan kamu egois. Ucapan orang yang lebih tua dari kamu itu bagaikan mantra sihir, saya sebagai seorang dosen yang sudah mengajar ratusan mahasiswa sudah tahu siklus kehidupan dan pertemanan seperti apa.”

Eva meneteskan air matanya sedih.

“Saya harus apa? Apa yang harus saya lakukan sekarang? Saya enggak mau punya anak ini, saya enggak berani bilang sama orang tua saya. Bantu saya buat menggugurkan kandungan ini,” pinta Eva.

“Anak itu bukan anak saya… kita hanya melakukannya satu kali dan itu pun dalam keadaan secara enggak sadar. Mana mungkin kamu hamil begitu saja, silahkan kamu pikirkan sendiri solusinya dan jangan melibatkan saya. Ini adalah kesalahannya kamu dan untuk apa saya bertanggung jawab? Sekarang silahkan kamu keluar dari apartemen saya sekarang!” usir Geo.

Lelaki dengan wajah tampan itu mendudukan tubuhnya, bekas test pack dari Eva masih berada di genggaman tangannya. Dadanya menjadi terasa sesak, rasanya hampir tidak mungkin karena masalahnya adalah mereka baru saja melakukannya satu kali dan bukan berkali-kali. Amat sangat tidak mungkin jika mereka langsung mendapatkannya, pasti sebelumnya pun Eva sudah pernah melakukannya dengan orang lain sebelum dirinya.

Geo tidak bisa hidup tenang sekarang ini.

Tubuhnya bangkit dan berjalan keluar rumah, rasanya dirinya tidak bisa hanya diam begitu saja.

Langkahnya terhenti ketika melihat dua orang yang ia kenal sebagai mahasiswa di kampusnya tampak berdiri di depannya. Menatapnya dengan penuh harapan, ia tidak paham dengan keduanya.

“Pak, bisa kita bicara sebentar?” Alfin

“Apa saya terlihat memiliki waktu untuk berbicara dengan kalian? Ini ranah privasi kehidupan saya dan bukan persoalan kampus.” Geo baru saja ingin meninggalkan keduanya lantas tertahan oleh lelaki yang tampak putus asa sama dengan dirinya.

“Kami mau mengucapkan terima kasih dan maaf, terima kasih karena sudah menutupi jika kami datang ke tempat kejadian kemarin dan terima kasih sudah menolong Eva. Teman kami… putus asa karena pacarnya selingkuh dan melakukan adegan tidak senonoh yang dilakukan tepat di depannya. Eva frustasi dan hampir minum segalanya, beruntung ada Bapak yang mengantar dia pulang dan bantu jelaskan ke orang tuanya.” jelas Alfin.

“Apa Eva yang mengatakan itu?” tanya Geo.

Kepala perempuan yang bersebelahan dengan Alfin tampak mengangguk, “Kami mengenal Eva dan keluarganya, orang tua Eva tipe strict parents. Eva bukan orang yang gampang keluar apalagi seperti kemarin, dia bisa kesana karena pikiran nakal kami dengan alasan membantu tugas Eva yang harus di revisi. Kami enggak tahu kalau tempat itu menjadi kasus yang sedang gempar, kami salah membawa Eva ke tempat seperti itu.” Geo menatap keduanya tajam.

“Bukankah seharusnya kalian mengatakan ini pada orang tua Eva? Kenapa kalian berbicara dengan saya?” tanya Geo.

Keduanya tampak gelagapan dan menggaruk lehernya tidak mengerti.

“Kami merasa kalau kami berdua harus menjelaskan ini ke Bapak terlebih dahulu, kalau begitu kami permisi dan maaf sudah mengganggu Bapak.”

Geo terdiam memperhatikan keduanya yang sudah pergi meninggalkannya sendirian, tangannya mengepal menahan amarahnya.

Kenapa pikirannya mendadak buntu?

Apakah ucapan anak-anak itu benar adanya, jika ini yang pertama kali untuk Eva dan mereka memang tidak sengaja melakukannya sehingga menjadi dampak seperti ini.

Apakah benar jika bayi yang ada di dalam kandungan itu adalah anaknya?

To be continued…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status