David terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam di ponselnya. “Ck, baru pukul empat.” Gumam David.
“Sampai kapan aku harus disini?”
David memandang ke seluruh sudut ruangan. Ia sedikit kecewa karena tak menemukan sosok Freya disana. “Hmm.. dia pasti sudah pulang.” Gumam David. Seketika David merasa bosan. Tak ada yang bisa ia lakukan disana selain bermain ponsel.
David melihat nomor Freya. Ia ingin sekali menghubungi gadis itu, tapi ia ragu. &
Entah jam berapa David terbangun. Ia langsung mencari sosok Freya di ruangan itu. Beruntung gadis itu masih menemani David. David tersenyum, lalu perlahan turun dari ranjangnya. Ia melangkah mendekati Freya sambil membawa selimutnya. David berlutut di depan Freya yang tertidur sambil duduk. “Aku tidak sabar ingin tahu kenapa aku jadi seperti ini.” Ucap David. “Tapi apapun alasannya, aku yakin kau gadis yang baik untukku.” Untuk beberapa lama David mema
David terdiam di atas ranjangnya, sementara Krisna masih berkeliling di apartemen itu. Lagi-lagi bayangan Freya terlintas di kepala David. Ia sadar, ia mulai menyukai gadis itu. “Dav” ucap Krisna sambil sedikit mendorong tubuh David. David melirik ke arah sahabatnya itu dengan kesal. “Sekarang aku tidak yakin kau ini manusia atau bukan, sebentar-sebentar kau pergi, sebentar-sebentar kau ada di sampingku”, ucap David. Krisna tertawa kecil. “Kalau aku bukan manusia, tentu aku sudah memakanmu sejak dulu”, ucapnya. “Lagipula, hari masih siang dan kau sudah melamun. Kau memikirkan apa? Freya lagi?” “Besok dia akan pindah di depan apartemenmu, kau bisa menemuinya semaumu” David menghela napas. “Rasanya agak aneh karena aku menyukai gadis itu dengan cepat”, ucap David. “Aku belum pernah secepat ini tertarik pada gadis. Bahkan teman-teman yang sudah mengenalku bertahun-tahun, mereka tidak bisa membuatku setertarik ini” “Tapi Frey
Hari mulai gelap dan Freya baru saja selesai berkemas. Dita dan Krisna masih setia membantunya. Freya mengangkat satu per satu barangnya ke mobil Krisna. “Apa tempatnya jauh dari sini?” tanya Freya.“Tidak terlalu jauh, hanya tiga puluh menit dari sini”, jawab Krisna.Freya mengangguk. “Nanti setelah kalian mengantarkan aku ke apartemen itu, lebih baik kalian langsung pulang”, ucap Freya“Kalian sudah banyak membantuku, jadi biarkan aku sendiri yang menata apartemen itu. Kalian tidak perlu lagi membantu, lagipula sudah hampir malam” kata Freya.“Tapi..” gumam Dita. Krisna langsung memegang tangan kekasihnya. “Terimakasih sudah mengerti kami Frey”, sahut Krisna. Dita langsung menoleh ke arah Krisna begitu pria itu selesai dengan ucapannya. Dita tidak mengerti kenapa Krisna tiba-tiba menjadi seperti itu.“Bukan kau yang berterimakasih, harusnya aku”, kat
“Kau tidak keberatan aku masuk ke apartemenmu?” tanya David sambil melangkah masuk ke apartemen Freya. Freya menggeleng. “Aku yakin kau tidak akan macam-macam padaku kan?” tanya Freya. David tersenyum ke arah Freya. Gadis itu pun meletakkan makanan di sebuah meja. “Apa kita butuh piring?” tanya Freya.“Kau belum punya piring?” tanya David.“Aa.. itu, aku kan baru saja pindah”, gumam Freya dengan ragu.David tertawa kecil mendengar jawaban Freya. “Benar juga ya, kau kan baru pindah”, kata David. David pun beranjak dari apartemen Freya. Freya merasa sedikit malu karena hal itu, apalagi David langsung pergi. “Kau mau kemana?” tanya Freya. Sayangnya David tak menjawab, bahkan menoleh pun tidak. Pria itu pergi begitu saja.Freya menghela napasnya. “Ck, bagaimana aku bisa mengajaknya makan bersama kalau piring sja aku belum punya, dasar Freya bodoh”, kata Freya
Freya berjalan kembali ke meja dimana ia makan malam dengan David. Sayangnya, ia tak menemukan pria itu lagi. Bahkan makanan yang di atas meja masih banyak. David juga tak menghabiskan makanannya. “Kemana dia?” gumam Freya.“Astaga, makanannya masih banyak. Kenapa dia pergi begitu saja?”Tiba-tiba saja Freya merasa ada yang hilang darinya. Baru saja ia merasa bahagia bahkan berdebar, tapi tak lama pria itu juga langsung pergi meninggalkannya. Freya terdiam sambil mengunyah makanannya. Ia benci ketika seseorang mempermainkan perasaannya, atau lebih tepatnya ia dipermainkan dengan perasaaannya sendiri. “Harusnya aku tidak sedih kan? Dia hanya mengusap sudut bibirku. Kenapa aku begitu bahagia tadi? Bukankah hal itu biasa? Bukankah harusnya aku malu karena makanku berantakan?” gumam Freya.“Ck, kenapa aku mudah sekali berdebar? Aku mudah sekali senang hanya karena perlakuan kecil seperti itu?”Rasa s
“Maaf”, ucap David. Jantung David berdebar saat mengingat kejadian yang baru saja Freya terima dari pria tua sialan itu. Ia bahkan merasa belum siap mengemudi sebelum Freya memaafkannya. Ditambah lagi, Freya yang duduk di sampingnya hanya terus saja diam sejak tadi, membuat suasana menjadi lebih canggung.Freya menatap David. Pria itu memandang lurus ke depan, sambil beberapa kali menghela napasnya. “Kenapa minta maaf?” tanya Freya.“Aku mungkin seharusnya tidak mengajakmu. Aku tidak tahu orang itu akan kurang ajar padamu”, jawab David.Freya tersenyum tipis. “Aku memang tidak suka diperlakukan seperti itu, tapi aku senang karena ada kau yang melindungiku”, jawabnya.David melirik ke arah Freya. Ia melihat gadis itu justru sedang tersenyum. “Kau tidak marah padaku?” tanya David.“Aku ketakutan tadi, aku takut kau akan menukarku dengan sejumlah uang itu”, ucap Freya.Davi
“Jadi, kau mau mencobanya?” tanya David lagi.Freya masih terdiam sambil mengunyah makanannya. Ia bahkan takut untuk menatap David kali ini. “Apa aku boleh tahu, kau ini pria seperti apa?” ucap Freya.“Kau boleh tanya apapun padaku tapi tidak yang satu itu. Kau harus tahu sendiri. Aku tidak mungkin menjelaskannya padamu kan?” ucap David.“Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya, aku tidak pernah memikirkan gadis sampai seperti ini”“Apa yang kau mau dariku?” ucap Freya.“Apa kau hanya kesepian?”David menatap Freya. Ternyata tidak mudah baginya untuk bisa meyakinkan Freya. “Aku tidak kesepian”, jawab David.“Aku hanya takut ketika aku sudah terlanjur menyukaimu, kau pergi begitu saja”, kata Freya.“Walaupun aku tidak pernah berpacaran, tapi aku pernah merasakan patah hatiku yang terdalam. Aku tidak mau seperti itu lagi&rd
Freya masuk ke apartemennya. Ia meletakkan barang belanjaannya di atas meja. “Huh, ini banyak sekali” gumam Freya. Freya mengeluarkan satu per satu barang belanjaannya. Ada macam-macam bahan makanan yang bahkan belum pernah Freya makan. Freya yakin semua barang itu kelihatannya mahal, tapi David tidak membiarkannya tahu berapa total belanjaannya. Freya sedikit tersenyum. Bagaimanapun, ia senang bisa bertemu pria baik seperti David.Setelah menata barang belanjaannya, Freya memutuskan untuk memasak dulu. Kali ini ia memasak lebih banyak karena ia ingin membaginya dengan David sebagai ucapan terimakasih. Freya mengambil daging ayam yang tadi David beli dan mulai mengolahnya.***David menghela napas sambil memandang barang-barang yang ia beli tadi. Ia belum pernah belanja sebanyak ini sebelumnya, apalagi semua itu adalah bahan makanan. “Huh, mau kuapakan ini semua? Aku bahkan tidak memasak” gumam David.Ia mengambil dua buah bawang b