“Baiklah. Tidak apa-apa.” Meski kecewa, tapi Majandra tetap memaksakan diri untuk tersenyum. Dia menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga. Baru saja dirinya akan bergerak ke dekat pintu, Damien lebih dulu menahan dengan cara menghalangkan tangannya. Alhasil, Majandra kembali menghadapkan tubuh kepada pria tampan berkemeja putih tadi. “Kau harus segera makan siang. Bukankah sebentar lagi ada pertemuan penting?”
Damien tidak menjawab. Dia terus menatap Majandra. Pria itu seakan tahu, bahwa wanita cantik di hadapannya tengah merajuk. Damien bergerak semakin mendekat ke hadapan Majandra, lalu menggeser poni istri Alexandre LaRue tersebut. Tak ada kata-kata dari bibir CEO muda berambut gelap itu. Hanya sentuhan lembutnya yang berbicara, mewakili segala perasaan terdalam bagi sang pujaan hati.
Segenap kekesalan Majandra sirna
Majandra bergegas masuk ke mobil. Dia bermaksud mengikuti sedan hitam yang sudah melaju lebih dulu. Niatnya untuk pergi ke tempat Agathe, dilupakan sejenak. Majandra begitu penasaran, dengan wanita yang berada di dalam mobil milik sang ayah mertua.Beberapa saat di perjalanan, sedan hitam milik Phillipe berhenti di depan sebuah bangunan apartemen yang terbilang mewah. Si wanita keluar dari mobil, lalu melambaikan tangan diiringi senyum hangat. Setelah itu, dia berjalan masuk ke gedung beberapa belas lantai tadi.Majandra hanya memperhatikan dari dalam mobil. Namun, dia sempat mengambil beberapa foto si wanita. Entah mengapa, bayangannya tiba-tiba tertuju pada Alexandre yang tengah bersama Lea. “Ah, tidak! Itu tidak mungkin,” tolak wanita cantik berkacamata hitam tersebut. Pandangan Majandra kembali ke depan, pada sedan hitam Phillipe yan
Majandra membuka pesan dari Alexandre terlebih dulu. Dia menautkan alis, sebelum membalasnya.[Kau di mana? Aku ingin bicara penting]Majandra tersenyum kecil sambil mengetik di layar ponselnya. [Aku akan pulang setengah jam lagi]Setelah membalas pesan dari Alexandre, Majandra lalu membuka pesan dari Damien. [Hai, cantik]Kali ini, senyum Majandra terlihat jauh lebih lebar. Dia segera membalas pesan itu. [Hai juga, tampan]Tak berselang lama, Damien membalas dengan emoji hati. Sesaat kemudian, pria itu mengirimkan pesan teks. [Aku akan menghubungimu nanti malam. Sekarang, aku harus melanjutkan pertemuan. Bye]Majandra hanya membaca pesan itu tanpa membalas, karena Damien tak akan membukanya. Pria tampan tersebut sudah kembali ke meja pertemuan, setelah tadi istirahat sebentar. Merasa tak ada lagi yang perlu dibahas dengan Agathe, Majandra akhirnya memutuskan berpamitan. Dia kembali mengendarai mobilnya, menyusuri jalanan Kota Paris di siang menuju sore. Selama dalam perjalanan,
“Apa? Bukankah kita akan ke Venice?” protes Lea dari seberang sana. “Kau tahu bahwa dari dulu aku ingin sekali mengunjungi kota itu.” Dia terdengar kecewa.“Um, ya. Akan tetapi, sebenarnya aku sudah beberapa kali ke sana. Jadi, kupikir … Swiss tak kalah indah. Kau akan menyukainya. Negara itu memiliki bentangan alam yang indah ….”“Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran, Alex?” Lea menyela ucapan Alexandre. Nada bicaranya masih menyiratkan sikap protes keras, atas keputusan pria itu.“Haruskah kujabarkan? Terserah kau. Jika bersedia mengubah destinasi ke Swiss, maka aku akan mengurus segala biaya akomodasi perjalanan kita. Namun, jika kau bersikeras ingin pergi ke Venice … berangkat saja sendiri,” pu
[Aku akan menjemputmu pukul tujuh nanti malam]Satu pesan masuk dari Damien, saat Majandra tengah memanjakan diri di salah satu salon mewah Kota Paris. Wanita itu tersenyum, lalu membalas pesan tadi.[Memangnya, kau akan mengajakku ke mana?]Tak berselang lama, satu balasan kembali masuk.[Berdandanlah yang cantik]Hanya itu jawaban dari Damien. Hingga malam tiba dan Majandra sudah tampil cantik, pria tampan tersebut belum juga mengatakan akan ke mana dia mengajak wanita pujaannya.Tepat pukul tujuh malam, Damien sudah tiba di halaman depan kediaman milik Alexandre. Dia keluar dari mobil, lalu berdiri sambil bersandar pada pintu samping untuk penumpang. Damien se
“Ada apa ini?” tanya Julien. Namun, dia tak membutuhkan jawaban lagi, setelah melihat sosok Majandra yang berdiri di dekat Damien. “Majandra?” sapa Julien. “Angin apa yang membawa menantu Phillipe LaRue kemari?” tanyanya.Seketika, suasana menjadi sedikit kikuk. Nicholas bahkan berkali-kali menatap penuh isyarat kepada sang adik, yang tetap terlihat tenang. Begitu juga dengan Beatrice. Wanita itu menggandeng lengan sang suami, sambil memberi kode-kode khusus kepada Nicholas.“Um, aku yang mengundang Majandra kemari. Kurasa, tak ada salahnya memperkenalkan dia secara khusus kepada kalian,” ujar Damien tenang. Dia masih bisa tersenyum kalem dalam situasi seperti itu. Lain halnya dengan Majandra yang terlihat salah tingkah.“Oh, aku sudah mengenal wanita
“Paman! Buka pintunya!”“Ck!” Damien berdecak kesal. Dia bangkit dari atas tubuh Majandra yang langsung duduk di tepian tempat tidur, sambil merapikan rambut serta pakaian. Wanita itu memperhatikan Damien yang berjalan ke pintu, lalu membukanya.Tampaklah paras menggemaskan Albert, putra sulung Nicholas. Dia berdiri sambil menyunggingkan senyuman lebar. Memperlihatkan deretan giginya yang tidak tersusun rapi. Albert juga membawa ponselnya ke sana. “Hai, Paman. Aku ingin kau membantuku mengalahkan musuh dalam game ini. Dari tadi aku kalah terus." Tanpa menunggu jawaban dari Damien, anak itu langsung menerobos masuk ke kamar sang paman.Namun, sesaat kemudian Albert tertegun. Dia memandang aneh kepada Majandra yang tersenyum padanya. Putra sulung Nicholas tersebut, menol
“Swiss adalah tempatku dan Alexandre berbulan madu tiga tahun lalu. Aku belum sempat ke sana lagi, karena … karena ada beberapa tempat yang pernah kami kunjungi berdua. Ya, meskipun aku tahu bahwa Alexandre tak menyukai acara bulan madu itu,” tutur Majandra, saat Damien sudah kembali melajukan kendaraan.“Aku tidak tahu kenapa Alexandre mengalihkan tujuan liburannya ke sana,” ucap Majandra lagi dengan tatapan lurus ke depan.“Apakah dia berubah pikiran dengan tiba-tiba?” tanya Damien tanpa menoleh. Fokusnya tertuju pada jalanan yang mereka lalui.Majandra menggumam pelan. Dia melirik sekilas kepada Damien, sebelum kembali menatap ke depan. “Alexandre bertanya padaku tentang destinasi liburan selain Venice. Aku … yang terlintas di benakku adalah Swiss.
“Apa alasannya, Ayah? Katakan saja sekarang,” ucap Damien serius.“Satu yang pasti adalah tentang bisnis, Nak. Kerajaan bisnis Keluarga LaRue yang berdiri kokoh dan seolah menjadi satu-satunya di Perancis. Mereka memiliki sokongan dana kuat, seakan tak pernah habis. Aku pernah mendengar desas-desus tentang goyahnya kerajaan bisnis Keluarga LaRue beberapa tahun silam. Namun, semua itu menguap bagaikan angin, setelah Alexandre menikah dengan Majandra. Kau bisa menarik kesimpulan sendiri,” tutur Julien. Walaupun Julien tidak berbisnis di bidang yang sama dengan Phillipe, tetapi dia mengetahui seluk-beluk pekerjaan sahabatnya tersebut, meski tidak secara gamblang.“Miguel Sandoval. Dia adalah raja property di Meksiko. Selain itu, Miguel juga menggeluti beberapa usaha lain yang memiliki prospek menjanjikan. Kau mungkin perna