Seperti biasa setiap pagi Devin bangun dan bersiap untuk pergi ke perusahaannya yang ada di Seoul. Devin baru meresmikan perusahaan barunya dalam satu tahun di Seoul, sebenarnya di Korea juga ada anak perusahaan milik ayahnya, namun Devin ingin mendirikan perusahaan dari jerih payahnya sendiri, walaupun nantinya akan memimpin dua perusahaan.
“Tuan, apa sudah siap untuk pergi ke kantor?” tanya Evan yang sedang berdiri di samping Devin.
Devin baru saja menyelesaikan sarapannya yang telah di siapkan oleh bibi tadi.
“Sudah, ayo kita berangkat, oh iya, Evan gimana dengan berkas yang aku suruh kemarin?” tanya Devin menoleh ke Evan.
“Semuanya sudah beres tuan, dan kita tinggal mengirimkan berkas itu untuk menjalin kerjasama,” ucap Evan.
“Tapi kamu nggak salah buat nama perusahaan kita yang barukan?” tanya Devin memastikan kembali.
&
Malam ini Jenny berada di club malam sendirian, kembalinya pulang dari kantor diri langsung menuju ke club malam bukannya pulang ke apartemen.“Hah! Sial! Kenapa semuanya harus begini,” ucapnya sedikit keras hingga beberapa orang yang di club itu melihat ke arah Jenny.Namun Jenny tak menghiraukannya, Jenny meneguk wine yang tadi dirinya pesan. Jenny hanya duduk sendirian di sofa dan tak ada yang duduk di sofa hanya Jenny saja.“Cantik, seksi, sangat mengoda,” ucap pria yang sedari tadi memperhatikan Jenny.Pria itu berjalan mendekat ke Jenny, pria itu tersenyum tipis sambil di tangannya membawa satu gelas wine.“Boleh duduk di sini?” tanya pria itu.Jenny hanya menoleh ke pria itu lalu mengangguk tanpa menjawabnya. Pria itu duduk tepat duduk di samping Jenny dan meletakkan gelas di meja.“Arbian,
Sekitar pukul 12.00 malam Jenny kembali ke apartemen dengan mengendarai mobilnya sendiri, awalnya Arbian ingin mengantarkannya namun Jenny menolaknya. Jenny yang sedikit berjalan sempoyongan tapi masih bisa mengendalikannya membuat Arbian sedikit cemas.“Thank you, sudah menemani malam ini,” ucap Jenny kepada Arbian yang ingin membantu berjalan karena Jenny tadi hampir jatuh.“Ya, sama – sama, lain kali kamu bisa datang ke sini kembali,” ucap Arbian.Jenny hanya tersenyum dan mengangguk, lalu melanjutkan jalannya keluar dari club malam, dengan di antarkan oleh Arbian sampai parkiran.Arbian melambaikan tangannya saat Jenny melajukan mobilnya, Arbian menatap mobil Jenny yang sudah menghilang jauh. Arbian tersenyum kecil, malam ini dirinya bisa menemukan wanita cantik dan yang pasti tak membosankan buat dia.“Aku pasti bisa mendapatkanmu,”
Pagi ini Alena dan yang lain bersiap untuk pergi ke Busan, mereka akan menginap di sana selama dua hari, Alena sengaja melakukan ini karena ingin mengajak Kaendra untuk liburan.“Alice gimana ada yang ketinggalan atau kurang apa?” tanya Alena kepada Alice tentang persiapan untuk anaknya.“Nggak ada nona semuanya udah lengkap,” ucap Alice sambil mengandeng Kaendra yang berusia lima tahun itu.“Baiklah, kalau begitu kamu segera naik mobil bersama dengan Kaendra,” ucapnya sedangkan Alena menyuruh sang sopir untuk memasukkan barang bawaannya ke bagasi mobil.Alena masuk ke dalam untuk mencari eomma dan appanya.“Eomma, appa kalian dimana,” teriak Alena di ruang tamu.“Di belakang rumah sayang,” ucap Sahira dengan berteriak.Alena pun mencari mereka ke belakang dan ternyata benar mere
Sampai di Busan Alena dan yang lainnya langsung masuk ke dalam villa. Hari juga sudah mulai siang, Alena juga menyuruh seorang pelayan yang ada di villa untuk memasakkan makan siang.“Kaendra sama Alice masuk kamar, mama mau masuk ke kamar dulu karena ada beberapa kerjaan yang mama harus kirimkan ke klien, nanti kalau habis makan siang kita jalan – jalan,” ucap Alena.Kaendra hanya mengangguk dan tersenyum kepada mamanya, Kaendra selalu mengerti akan kesibukkan mamanya jadi Kaendra tak akan menyusahkan mamanya.“Ayo tuan kecil kita masuk ke dalam kamar untuk istrirahat,” ajak Alice mengandeng tangan kecil Kaendra.Alena langsung menaruh tas dan melepaskan heelsnya, Alena duduk di meja belajar lalu membuka laptopnya untuk mengirimkan beberapa file penting ke kliennya.Membutuhkan waktu sekitar satu jam Alena berada di depan laptopnya. Alena sudah sele
Devin mengajak mereka untuk pergi jalan – jalan di sekitar villa sambil mengendong Kaendra, sambil berjalan pelan Devin selalu mengajak anaknya berbicara banyak hal, sedangkan Alena hanya diam saja semenjak tadi, begitu dengan Alice yang canggung dengan suasana saat ini.“Ayah, nanti kita bakal tinggal bersama kan?” tanya Kaendra menatap Devin.“Tentu sayang, ayah akan tinggal denganmu dan mama,” ucap Devin tersenyum.Kaendra tersenyum dan memeluk ayahnya kembali, dan Devin menoleh ke belakang untuk melihat Alena yang dari tadi tak berbicara.“Sayang, kamu kenapa hanya diam?” tanya Devin sambil menghentikan jalannya.“Nggak, aku nggak apa – apa,” ucap Alena dingin.Devin hanya menyungingkan senyumnya lalu menurunkan Kaendra dari gendongannya.“Alice, tolong kamu bawa Kaendr
Devin mengajak Alena untuk keluar sebentar mencari udara segar, Devin juga menyuruh Evan merubah villanya menjafi tempat yang romantis.“Kita mau kemana?” tanya Alena menoleh ke Devin.“Hanya mencari udara segar, apa kamu mau makan sesuatu di depan sana ada restoran,” ucap Devin.“Tidak, aku masih kenyang,” ucap Alena sambil mengedarkan pandangannya ke arah lain.“Kalau begitu ayo kita ke suatu tempat,” ajak Devin sambil mengandeng tangan Alena, Devin hanya ingin berdua saja dengan Alena menghabiskan waktu bersama.Devin membawa Alena ke tempat pemandian air panas dan tempat itu sudah di booking oleh Devin jadi tidak ada orang di dalamnya dan hanya mereka berdua saja.“Kenapa kamu mengajakku ke sini Dev?” tanya Alena bingung.Devin tersenyum, lalu memegang ke dua bahu Alena,&rdqu
Mereka sudah sampai di villa yang baru dan lebih luas dari sebelumnya, Devin membukakan pintu untuk Alena dan Alena pun keluar dan matanya melihat – lihat sekitaran villa yang jauh beda dengan yang ia sewa dan villa yang Devin sewa sebelumnya.“Ini villa siapa?” tanya Alena menoleh ke Devin.“Villa milik kita, aku baru saja membelinya tadi dengan menyuruh Evan,” ucapnya dengan santai.“Hah! Memang dasar hobi benget habis – habisin uang,” ucap Alena dengan sebal.“Kamu nggak perlu takut sayang aku bakal jatuh miskin, bahkan kekayaanku juga nggak akan habis tujuh turunan,” ucap Devin dengan sumbang.Alena hanya melirik Devin tak suka jika terlalu memarmekan kekayaannya,” ya, ya ,ya aku tahu itu, terus kenapa kamu mengajakku ke sini, gimana kalau Kaendra dan Alice cariin aku karena nggak balik – balik,” uc
Devin kembali ke kamar untuk menemui Alena dan mengajaknya untuk pergi ke halaman belakang. Saat sudah berada di dalam kamar Devin melihat Alena dengan wajahnya yang terlihat marah dan menatapnya tajam.Namun Devin tetap saja berjalan dengan santai mendekati Alena,” sayang, ayo kita keluar,” ajak Devin yang kini duduk di samping Alena.Alena masih diam saja tak memperdulikan keberadaan Devin di sampingnya.“Sayang,” ucap Devin menoleh.Alena masih menatap Devin dengan tajam,” kenapa kamu tak menjawab teleponku?” tanya Alena.“Maaf sayag tadi aku sedang bekerja jadi nggak bisa angkat telepon dari kamu,” ucap Devin.“Lalu kenapa kamu mengunciku dari kamar?” tanya Alena kembali.Devin tersenyum devil,” itu karena aku tak mau kamu kabur dari ku lagi sayang,” ucapnya santai.Alena mendengus kesal dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.“Samp