"Kamu benar-benar orang yang licik dan nggak tahu malu!" Bagaimana mungkin Thalia tidak mengerti maksud di balik perkataan Wira. Dia langsung terkejut hingga wajahnya pucat dan segera berteriak. Meskipun dia tinggal di rumah pelacur, dia hanya menjual bakatnya. Dia selalu menjaga kesucian dirinya dan tidak pernah membiarkan pria mana pun menyentuhnya. Namun tak disangka, Wira malah menggunakan hal ini untuk mengancamnya, sungguh sangat keji. Mengapa sebelumnya dia tidak menyadari Wira adalah orang yang begitu keji?"Kamu nggak pantas menjadi penguasa kerajaan! Dasar bajingan berengsek! Bunuh saja aku! Mempermalukan wanita seperti ini, apa kamu masih menganggap dirimu seorang pria sejati? Kalau kabar ini tersebar, nggak baik untuk reputasimu juga, 'kan?" teriak Thalia secara terus-menerus, berusaha sebisa mungkin untuk mengubah pemikiran Wira.Sayangnya, Wira malah tidak menunjukkan ekspresi apa pun dan berkata sambil menyilangkan lengannya, "Menghadapi orang yang berbeda, tentu saja ha
Dalam sekejap, Wira memerintah agen jaringan mata-matanya mundur ke samping terlebih dahulu, lalu dia berjongkok di depan Thalia.Wira tersenyum dan berkata dengan tegas, "Apa kamu pikir kamu berhak untuk bernegosiasi persyaratan denganku? Sekarang kamu sudah kutangkap. Asalkan kamu melakukan apa yang kuminta, aku akan menjamin keselamatanmu dan juga melindungimu agar nggak ditindas orang lain. Tapi, kalau kamu masih berani bernegosiasi persyaratan denganku, kamu akan lihat seberapa kejam diriku. Jangan salahkan aku nggak memperingatkanmu. Begitu kamu menyentuh batasanku, kesabaranku akan menghilang dan kamu sudah bisa menebak akibatnya. Kamu pasti akan menyesal."Melihat tatapan Wira yang tulus, Thalia hanya ingin membunuhnya. Mengapa dia bisa berurusan dengan setan ini? Sungguh sial!"Baiklah. Kamu setidaknya lepaskan aku dulu. Kamu mengurungku di jaring seperti ini, aku merasa sangat nggak nyaman," kata Thalia sambil mengernyitkan alis.Wira mengambil sebuah pisau dari agen jaringan
"Aku akan memberitahumu, kenapa harus begitu kasar padaku? Aku ini seorang wanita, apa kamu nggak bisa lebih lembut terhadapku?"Setelah mengatakan itu, Thalia mengalihkan pandangannya pada Wira dan berkata dengan gaya yang menawan, "Apa kamu tahu di wilayah barat ada sebuah kota yang disebut Kota Hantu?""Kota Hantu?" Wira menggelengkan kepala karena dia belum pernah mendengar nama kota ini, tetapi dia menoleh ke arah Biantara yang berada di sampingnya. Sebagai kepala jaringan mata-mata, Biantara menguasai semua informasi di dunia ini. Jika Biantara pun tidak tahu tempat ini, berarti tempat ini memang sangat terpencil. Tentu saja ada kemungkinan yang lain juga, yaitu Thalia sengaja menipu mereka dan semua ini hanya tipuan belaka.Biantara berjalan ke samping Wira dan berbisik, "Aku tahu Kota Hantu ini. Dulu kota ini bukan bernama Kota Hantu dan punya namanya sendiri. Beberapa tahun lalu, ada banyak orang yang mati kelaparan di sana dan ada rumor bahwa mereka sering mendengar tangisan
"Semuanya harus lebih waspada."Biantara menganggukkan kepala."Oh ya. Kali ini kamu pergi ke Kota Hantu juga harus lebih hati-hati. Kata-kata Thalia boleh dipercaya, tapi nggak boleh percaya sepenuhnya. Kota Hantu mungkin benar-benar bukan tempat yang aman. Kalau ada masalah yang sulit, ingat diskusi denganku dan jangan bertindak gegabah," instruksi Wira pada Biantara. Biantara adalah tangan kanannya, dia tentu saja tidak ingin ada masalah terjadi padanya. Jika tidak, dia juga akan merasa gelisah.Pada sore itu, Biantara langsung pergi ke Kota Hantu, sedangkan Wira kembali ke tempat tinggalnya.Melihat kedatangan Wira, Wulan yang sudah menunggu lama langsung mendekat sambil tersenyum ceria, lalu memeluk tangan Wira dan berkata, "Aku sudah dengar kesibukanmu selama dua hari ini. Apa kamu akan mencari seorang istri lagi?"Ekspresi Wira langsung menjadi canggung. Siapa yang begitu kepo sampai memberi tahu Wulan semua hal ini? Namun, dia pergi ke tempat pelacur bukan untuk dirinya sendiri
Pada pukul tiga subuh, Wira dan Wulan masih berbaring di tempat tidur saat terdengar suara ketukan pintu yang tergesa-gesa dari luar."Tuan, ada masalah besar! Cepat keluar!" kata Yusup dengan nada cemas dan terus mengetuk pintu kamar. Biasanya, dia adalah orang yang berhati-hati dan selalu mempertimbangkan segalanya dengan cermat. Inilah yang membuatnya dianggap lemah dan tidak berguna, sehingga Kota Limaran tidak diurus dengan baik dan empat keluarga besar juga mendominasinya. Sekarang dia inisiatif mencari Wira begitu pagi dan mengganggu tidurnya, berarti pasti ada masalah besar yang terjadi.Wira merenggangkan pinggangnya dan mengenakan pakaiannya, lalu membuka pintu kamar dan menatap Yusup. Melihat ekspresi Yusup yang cemas, dia menggelengkan kepala dan berkata, "Apa langit sudah runtuh ya?"Bagaimanapun juga, Yusup pernah menjabat sebagai gubernur Kota Limaran, ekspresinya tentu saja harus tenang dalam situasi apa pun. Jika tidak, dia tidak akan bisa mengendalikan situasinya saat
Jelas hanya sebuah omong kosong. Kepercayaan terhadap dewa ini hanya kepercayaan spiritual manusia saja. Dewa itu ada jika seseorang memercayainya dan sebaliknya. Semua yang ada di dunia ini memiliki dasar ilmiah dan logikanya sendiri. Jika dewa itu benar-benar ada dan memiliki kekuatan seperti ini, mengapa ada begitu banyak pengungsi di seluruh dunia?"Omong kosong!" marah Wira yang membuat Yusup segera berhenti berbicara lebih lanjut."Ini pasti ulah seseorang. Mungkin juga, benar-benar ada wabah yang menyebar, jadi situasinya menjadi seperti sekarang ini. Kita akan bahas lagi setelah aku tiba di sana." Setelah mengatakan itu, Wira memejamkan matanya dan tidak berbicara dengan Yusup lagi agar tidak emosi.Sementara itu, Yusup merasa bingung. Dia sudah pernah mendengar tentang berbagai penyakit, tetapi belum pernah mendengar tentang wabah. Apakah wabah ini sangat langka? Melihat Wira tidak memedulikannya lagi, dia menyeka keringat dingin di keningnya, lalu tidak berani berbicara lagi
"Menurutku, dalam situasi seperti ini, yang pertama harus kita pikirkan adalah kepentingan siapa yang akan terpengaruh setelah kita membuat proyek hidrolik ini. Kalau nggak ada kerugiannya, orang itu nggak akan melakukan hal ini. Dengan begini, kita akan segera menemukan arah yang tepat."Huben memang orang berbakat yang diinginkan semua orang. Setelah mendengar perkataannya, Wira langsung mendapat sebuah pencerahan."Begini saja. Sekarang kita bagi menjadi dua langkah. Pertama, aku akan menyuruh Yusup untuk menyelidiki semalam siapa yang diam-diam mendekati sumur. Dengan begitu, kita bisa segera mengetahui keberadaan pelakunya dan mendapatkan informasi darinya. Kedua, kita juga harus pergi ke kota untuk menyelidiki siapa yang dirugikan oleh proyek ini agar bisa segera menemukan arah yang tepat. Sekarang, yang paling penting adalah menenangkan hati rakyat. Kalau kita nggak bisa memberi sebuah jawaban yang puas, mungkin mereka akan pakai cerita kuil dewa itu untuk mogok kerja. Ini hanya
Wira menatap Huben dan bertanya. Dia juga mendengar beberapa informasi tentang Kota Limaran dari Biantara, tetapi hanya sedikit. Ada empat keluarga besar di Kota Limaran, termasuk Keluarga Abizar dan Keluarga Oesman. Meskipun kedua keluarga itu bukan keluarga yang terbesar, mereka juga memiliki posisi yang penting di Kota Limaran."Apa Tuan tahu tentang bisnis Keluarga Oesman?" tanya Huben."Dari laporan Biantara, Keluarga Oesman terlibat dalam bisnis transportasi darat. Konon, kepala Keluarga Oesman, Raju, membangun bisnisnya dari sebuah gerobak saja, lalu terus berkembang menjadi bisnis besar seperti sekarang ini."Setelah mengatakan itu, Wira tiba-tiba menepuk kepalanya dan segera menyadari hal yang sudah diabaikannya yaitu bisnis transportasi darat. Setelah proyek hidrolik selesai, mereka akan kehilangan keuntungan mereka. Oleh karena itu, mereka memang orang yang paling ingin menghancurkan proyek ini."Tuan Huben benar-benar cerdas!" tambah Wira dengan cepat.Huben menggelengkan k