Odelina memarkir mobilnya di pintu masuk vila.“Russel, bangun. Kita sudah sampai di rumah Tante Oliv.” Odelina menoleh ke belakang dan memanggil putranya.Setelah masuk ke dalam mobil, si kecil langsung terlelap dan tidur sepanjang perjalanan. Russel tidur dengan sangat nyenyak. Panggilan ibunya tak mampu membangunkannya.Odelina pun akhirnya keluar dari mobil terlebih dahulu dan berkata, “Kak.”Olivia tersenyum dengan sangat lebar. Stefan juga datang menghampiri Odelina dan menyapanya.“Cuacanya sepanas ini. Kalian masih bisa berdiri di sini untuk menungguku? Panas sekali. Cepat masuk. Aku akan menyetir mobil masuk.”Stefan tersenyum dan berkata, “Waktu dengar Kakak mau datang, Oliv langsung mulai menghitung waktu. Dia merasa Kakak akan segera sampai, jadi dia mati-matian mau keluar untuk menunggu.”Odelina memarahi adiknya, “Kamu tunggu di luar tapi nggak bawa payung untuk melindungi diri dari sinar matahari.”“Nggak apa-apa. Kami hanya duduk-duduk sebentar di pos satpam. Ada AC. Ku
Odelina bergumam tanda mengiyakan. Dia pun menyetir langsung ke halaman depan bangunan utama.Tak lama kemudian, mereka pun sampai di bangunan utama. Begitu dia memarkir mobilnya, dia melihat Dewi keluar rumah untuk menyambutnya.Dewi menuruni tangga, berjalan menuju mobil Odelina dan bertanya, “Russel juga datang, ‘kan?”Odelina tersenyum dan berkata, “Tante, Tante terus meneleponku dan mendesakku untuk datang membawa Russel. Aku mana berani nggak membawanya datang ke sini? Dia di belakang, tapi dia lagi tidur.”“Nggak apa-apa tidur. Sekarang memang jam tidur siang. Aku juga baru bangun tidur siang.”Mendengar Russel ada di belakang, Dewi hendak membuka pintu jok belakang mobil. Namun, putranya sudah membukakan pintu. Melihat Stefan menggendong Russel dan berusaha keluar dari mobil, dia segera mengulurkan tangannya dan berkata, “Berikan Russel pada Mama. Sini, hati-hati, jangan sampai Russel terantuk.”Stefan berkata dengan suara pelan, “Mama nggak takut aku terantuk?”“Kamu mempunya
Setelah Russel datang, suasana di ruang tengah seketika menjadi lebih ramai. Olivia, tante kandungnya, bahkan tidak bisa dekat-dekat dengannya lagi. Olivia pun mengajak kakaknya keluar untuk melihat-lihat seluruh vila serta menikmati indahnya pemandangan di sana.Pemandangan di Vila Permai selalu berbeda sepanjang tahun. Terkadang dipenuhi warna yang begitu indah. Terkadang mereka bisa pergi ke kaki gunung untuk menikmati merahnya dedaunan. Ketika cuaca dingin, di gunung itu memang tidak turun salju, tapi hal itu tidak indahnya pemandangan di sana.“Bagaimana keadaan si Roni itu?” Olivia bertanya pada kakaknya.“Dia sudah memulih dengan baik. Aku pergi menemuinya hari ini. Kondisi mentalnya jauh lebih baik dibandingkan saat dia pertama kali siuman, tapi dia belum bisa bangun dari tempat tidur dan bergerak. Yenny ingin dia mati. Setiap tusukan pisau itu bisa membunuhnya. Dokter bilang, dia berumur panjang karena bisa bertahan dari semua tusukan itu.”Olivia terdiam sejenak, lalu berkata
“Baru saja bisa tenang untuk beberapa waktu, kemudian jadi tahu tentang latar belakang Tante. Setelah itu, Tante memulai penyelidikan yang panjang lagi. Oliv, menurutmu nasib kita ini buruk, nggak? Kenapa rasa sakit selalu mendatangi kita?”Olivia menghibur Yuna, “Tante, jangan ngomong seperti itu. Hidup manusia nggak mungkin mulus terus, pasti selalu ada cobaan dan masalah. Aku sudah bilang pada Stefan, memintanya untuk bantu menyelidiki hal ini. Semakin banyak yang membantu semakin mudah diselidiki. Mungkin kita bisa menemukan beberapa bukti nanti.”“Iya.” Yuna berkata dengan pesimis kepada keponakannya barusan karena dia kesal.“Odelina sudah sampai ke rumahmu, ‘kan?”“Baru sampai. Kak Odelina ada di sini. Tante mau ngomong sesuatu dengan Kakak?”Yuna berkata, “Berikan teleponnya pada kakakmu. Tante mau bicara sebentar dengannya.”Olivia pun memberikan telepon kepada kakaknya.“Tante.”Yuna menyahut, lalu berkata kepada Odelina, “Odelina, apa kamu bisa meluangkan waktu dekat-dekat i
Olivia memikirkannya dan merasa perkataan kakaknya masuk akal. Dia sangat sibuk sekarang, sibuk dengan bisnisnya sendiri, dan masih membantu Stefan mengurus aset pribadinya. Kemudian, dia juga sudah mulai mengambil alih beberapa urusan kecil dari ibu mertuanya, mulai belajar untuk menanganinya.Menjadi ibu rumah tangga yang baik butuh usaha yang keras. Masalahnya adalah, dia tumbuh dalam keluarga biasa dulu. Kalau keluarga Hermanus dan keluarga Adhitama memiliki latar belakang yang setara, dia tidak perlu bekerja terlalu keras seperti ini, dan tidak akan merasa terlalu tertekan. Olivia juga tidak menyangka kalau bibinya berencana mendorong kakaknya untuk menjadi kepala keluarga dari keluarga Gatara.Vila Permai lagi ramai, sementara di sisi lain, kediaman keluarga Arahan tidak bisa dibilang ramai. Namun, apabila dibandingkan dengan suasananya yang biasanya sepi, saat ini bisa dibilang ramai. Baik Rika dan adiknya pulang ke rumah pada akhir pekan atas permintaan orang tua mereka. Ronald
Ketika dia pulang ke rumah, kalau Ricky juga lagi ada di rumahnya, dia merasa seolah-olah orang tuanya sedang bekerja sama untuk menjual putri merka ini kepada Ricky.“Ayo.” Ricky mengulurkan tangan dan meraih salah satu tangan Rika, menariknya pergi.Rika refleks melepaskan tangannya dari tangan Ricky, tidak membiarkan pria itu menyentuhnya, dan memperingatkan dengan dingin, “Ricky, tolong jaga sikapmu. Jangan main pegang-pegang. Jangan kira aku nggak berani menyerangmu karena papa dan mamaku menyukaimu.”Ricky tersenyum dan menjelaskan, “Aku nggak ada maksud yang nggak baik. Aku hanya mau mengajakmu turun ke bawah.”“Aku punya kaki dan bisa berjalan sendiri. Kamu nggak perlu menarikku.” Rika mengembalikan buket bunga itu ke Ricky dan berkata dengan dingin, “Sudah kubilang, aku nggak suka bunga atau hal-hal lain yang biasa disukai perempuan.”Setelah mengatakan itu, dia berjalan melewati Ricky dan turun ke bawah.Ricky mengikutinya sambil memegang buket bunga, lalu berkata sambil berj
Saat Rika datang, Felicia berdiri dan menyapa sambil tersenyum, “Pak Riko.”Rika tersenyum, yang jarang sekali dia lakukan. Dia mempersilakan Felicia untuk duduk lagi dan bertanya sambil tersenyum, “Bu Felicia kapan datangnya? Sebelum datang nggak menelepon. Kalau menelepon kan aku bisa menjemput Ibu di pintu gerbang.”Wajah cantik Felicia sedikit merah. Dia tampak malu-malu dan berkata, “Aku nggak perlu kerja di akhir pekan, di rumah juga bosan. Aku juga nggak punya banyak teman, hanya Pak Riko yang baik padaku. Jadi, aku memberanikan diri untuk datang ke sini, untuk mengobrol dengan Pak Riko.”Dia tidak akan mengharapkan cinta Pak Riko lagi, tapi Pak Riko memang selalu bersikap lembut padanya. Pak Riko biasanya bersikap dingin pada wanita lain, dan hanya bersikap lembut padanya. Pria ini bahkan masih tersenyum padanya sekarang.Felicia pikir, senyum pria ini menawan sekali. Pria ini biasanya jarang tersenyum. Kalau dipikir-pikir, mungkin karena ada terlalu banyak orang yang mengagumi
Pak Riko orangnya sangat hebat dan tampan. Ricky jatuh cinta padanya dan mengejarnya secara terang-terangan, tana memedulikan pendapat orang luar. Keberaniannya patut dikagumi. Itu semuanya karena pesona Pak Riko yang luar biasa.Belakangan, Felicia baru tahu kalau bibinya memiliki dua anak perempuan yang berada di Mambera. Selain itu, anak kedua dari anak bibinya yang kedua ternyata adalah menantu keluarga Adhitama.Felicia pun jadi paham. Dia mungkin terlihat mirip dengan seseorang. Dilihat dari sikap Ricky terhadapnya, Felicia rasa dirinya sangat mirip dengan Olivia. Olivia adalah kakak ipar tertua Ricky. Konon katanya, semua kakak beradik dari keluarga Adhitama sangat menghormati kakak tertua mereka, Stefan. Menghormati Stefan berarti juga menghormati istrinya. Jadi, tentu saja mereka menghormati kakak ipar mereka, Olivia.Felicia juga ingin pergi ke Mambera, bertemu Yuna, juga bertemu dengan Olivia dan kakaknya. Dia dan Yuna adalah saudara sepupu, jadi Olivia dan kakaknya seharusn