Setelah menginap dua hari di kota kelahiran Bella, akhirnya sore itu Aaron memutuskan untuk kembali ke Birmingham."Besan? Saya tunggu keputusannya, ya?" kata Mitha kepada Julio. "Iya, nanti saya beri kabar secepatnya.""Yah, Bu, kami pamit, ya? Kapan-kapan kami akan menginap lagi atau jika memungkinkan Ayah dan Ibu yang kami tunggu di sana," kata Aaron. "Ayah dan Ibu kabari saja. Biar nanti ada orang yang jemput," lanjutnya. "Iya, Nak. Kapan-kapan kami ke sana," kata Belinda. "Kakak pulang, ya? Kalau ada apa-apa hubungi Kakak. Dan uang yang Ayah ingin kembalikan kepada kakak iparmu, berikan lagi saja kepada ayah," bisik Bella kepada John. "Iya, Kak, beres!"Setelah salam dan peluk perpisahan, Aaron dan keluarganya meninggalkan kediaman Julio. Dalam pesawat, Alessandro tertidur pulas di kamar di temani oleh Mitha. Sedangkan Aaron dan Bella tengah duduk manis saling merangkul di kursi empuk. Aaron dan Bella memanfaatkan waktu kebersamaan mereka selagi masih sempat. "Bagaimana pe
Tiba di kantor, Aaron dikagetkan dengan Maldonado yang sudah berada di ruangannya. "Maaf, sudah menunggu," ucap Aaron. Maldonado tersenyum. "Saya yang memang sengaja datang pagi-pagi karena sebentar lagi akan terbang."Aaron mempersilakan Maldonado untuk duduk kembali. "Satu kehormatan bagi saya karena Anda sudi datang kembali setelah kesalahan yang sudah saya perbuat. Saya minta maaf," ujar Aaron. Maldonado tersenyum. "Saya juga minta maaf karena terburu-buru mengambil keputusan. Setelah mendengar kisah cinta Anda saya semakin kagum saja. Kalaupun saya ada di posisi Anda, saya akan berbuat hal yang sama."Aaron tersenyum. "Terima kasih sudah mengerti posisi saya, Tuan."Pun Maldonado meminta maaf karena dirinya semua dewan direksi SAP Company menghujat bahkan sampai melakukan pengerusakan. "Anda tidak perlu minta maaf, Tuan. Saya memaklumi itu."Maldonado menyimpan sebuah map di atas meja sembari berkata, "Kalau begitu kita mulai kerjasama kita, Tuan Aaron."Sejenak Aaron terdia
Hari yang ditunggu-tunggu para pengusaha akhirnya tiba. Satu kehormatan bagi mereka mendapat undangan dari Maldonado. Segala persiapan mereka lakukan termasuk pakaian apa yang akan mereka kenakan nanti.Siang itu Bella dan Mitha pergi ke butik. Keduanya memilih dan memilah gaun mana yang pantas mereka kenakan. "Gimana kalo ini, Mi?" Bella menunjuk gaun berwarna navy. Menurutnya warna itu cocok juga untuk pria. Walaupun beda model, paling tidak mereka kompak dalam segi warna. Jikalau saja tidak mendadak, tentu Mitha akan memesan semuanya dengan model yang sama di butik miliknya. "Baiklah, Mami setuju!"Setelah gaun mereka didapat, keduanya kembali memilih kemeja dan jas yang cocok untuk Aaron juga Alessandro. Dua jam sudah mereka habiskan di butik. Mitha dan Bella memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang, Bella yang penasaran bertanya tentang Maldonado. "Mi? Mami tau Tuan Maldonado?""Tentu saja!""Sejak kapan?""Tentu saja setelah Mami menikah dengan Papa Addison.""Oh, sepe
Melihat sikap Emilia yang over, Bella tak tinggal diam. Sebagai istri, ia tidak rela suaminya dipepet wanita genit. Bella melancarkan aksinya. "Sayang? Aku mau minum," ucap Bella manja sembari mengalungkan kedua tangannya di tengkuk Aaron. Walaupun Aaron tahu jika itu adalah permainan Bella, Aaron merasa senang dan menanggapi sikap Bella tak kalah romantis. Aaron melepas paksa tangan Emilia, lalu menarik pinggang Bella dan berkata, "Mau minum apa, Sayang?""Orange juice, mungkin."Bella menatap Emilia yang ternyata wanita itu sedang merasa kesal. Robert tak tinggal diam. Pria itu meminta agar Emilia berkeliling mencari kenalan saja. Aaron dan Bella tersenyum puas. Sadar akan tindakan keduanya mencuri perhatian orang lain, Bella pun melepaskan kaitan tangannya.Mitha tersenyum, lalu mengedipkan sebelah mata kepada Bella sebagai apresiasi sikap tegas Bella. "Kau ini bisa saja!" Aaron mencolek hidung Bella. "Iya, dong! Aku gak rela suamiku digoda wanita lain!" Bella merajuk.Aaron b
Bella menahan Aaron ketika hendak berdiri. Ia tahu kemarahan Aaron sudah sampai ubun-ubun. Bella tidak akan membiarkan Aaron marah karena dengan demikian sama saja akan mencoreng nama suaminya sendiri di depan para pengusaha lainnya. Bella tersenyum, lalu membalas ucapan pemuda itu. "Tapi, sayangnya saya senang, bahagia, dan beruntung mendapatkan suami seperti Tuan Aaron. Justru saya bersyukur tidak mendapatkan pria muda seperti Anda yang tidak bisa menghargai orang lain. Tentunya, pendidikan Anda pasti tinggi, bukan? Sayangnya, tidak seiring dengan perilaku Anda."Bella menoleh, menatap Maldonado. "Maaf, Tuan, jika ucapan saya menyinggung perasaan Anda. Tapi, perlu Anda ketahui juga bahwa ucapan putra Anda sungguh membuat hati saya terluka! Entah bagaimana dengan perasaan suami saya.""Lihatlah, kami jadi perhatian semua orang di sini!" lanjut Bella sembari melihat sekeliling agar Maldonado pun turut melihat. Maldonado menatap tajam putranya. Ia pun kecewa dengan sikap putranya itu
Jam sepuluh malam, Aaron dan keluarga sudah tiba di Mansion. Bella segera mengganti pakaian Alessandro, lalu menidurkan sang putra di box bayi.Bella melihat Aaron membuka dasinya. Dengan sigap Bella mengambil alih. Aaron menarik pinggang Bella bahkan melingkarkan kedua tangannya di sana. "Terima kasih atas semuanya. Kau memang istri terbaik."Bella tersenyum. "Aku tidak rela jika ada orang yang menghina dirimu.""Kalau dipikir-pikir, aktingmu boleh juga."Bella mendongak sembari mengernyit, lalu balik bertanya, "Akting?""He'em. Waktu kau mengaku hamil."Bella terkekeh-kekeh. "Habisnya bingung mau bicara apa."Aaron meraih kedua tangan Bella dan membimbingnya agar mengaitkan pada tengkuknya. "Aku berharap kehamilan itu terjadi."Bella tersenyum. "Kita berdoa saja.""Selain berdoa, harus ada usaha juga, loh?!""Oh, ya?" Bella mengerti maksud Aaron. Wanita itu lantas menggodanya dengan menggigit bibir bawah. Karena Aaron pernah berkata, Bella tampak seksi dan menggoda dengan begitu. T
Tok tok tok! Suara pintu terdengar nyaring di telinga Aaron. "Masuk!" titahnya. Dua orang dewan direksi masuk. "Ada apa, Tuan-tuan?" tanya Aaron. Keduanya tampak canggung saat melihat Mitha, Robert, dan Kevin di sana. "Bicara saja!" desak Aaron. "Begini Tuan. Menyikapi perkataan istri Anda perihal putra Tuan Maldonado, apakah nanti itu akan berpengaruh pada kontrak yang sudah terjalin? Karena itu sama saja menyinggung perasaannya."Aaron berdiri. "Tolong jawab jujur. Apa yang akan kalian katakan seumpama ada di posisi istriku?!""Tuan-tuan mendengar atau mungkin melihat bagaimana perlakuan Maldonado dan putranya, bukan? Siapa yang seharusnya tersinggung? Di mata kalian istriku bersalah?!" lanjut Aaron penuh penekanan. Kedua dewan itu hanya bisa menunduk. Mereka yang kebetulan mendapat undangan makan malam saat itu tentu saja menyaksikan dengan jelas. "Kalau saja bisa kontrak itu dibatalkan, aku akan batalkan kontrak itu! Aku tidak mau karena kontrak sialan ini, istriku yang j
"Sayang? Aku mohon jangan kotori tanganmu!" Bella berlari menghampiri Aaron, diikuti oleh Damian yang menggendong Alessandro. "Simpan benda itu. Aku tidak suka!" ucapnya lagi tegas. Aaron menurunkan lengannya, lalu berkata dengan sorot tajam kepada para wartawan, "Kalian beruntung, karena ada istriku!"Aaron menyimpan pistolnya kembali di dalam laci, sedangkan Bella menghampiri Mitha. "Ada apa ini, Mi?""Suamimu marah besar karena wartawan itu sudah memuat berita tentangmu.""Oh, karena itu.""Kamu sudah tau, Nak?" tanya Mitha. "Iya, Mi, sudah."Aaron meminta Damian agar mengantar ketiga wartawan itu ke ruang rapat tak lupa dengan menyita barang milik mereka, seperti ponsel dan kamera."Sini, biar Ale sama Nenek." Damian memberikan Alessandro kepada Mitha. "Damian? Kenapa beritanya masih saja beredar?""Mereka menolak untuk menghapusnya, Tuan. Postingan itu sudah mendapat satu juta lebih viewer."Aaron tersenyum sarkas. "Baiklah. Kau lanjutkan saja tugasmu!"Damian mengangguk, l