Share

Sifat Mbak Mira

Bab 2 Sifat Mbak Mira

Di momen itu lah yang menjadi titik terberat dalam hidupku. Aku yang awal mulanya menjadi cinta pertama Mas Fathan harus terpaksa menjadi istri keduanya. Apalagi Bu Joko sendiri begitu senang mendapati anaknya menikah dengan wanita kaya yang tentunya membuatku semakin insecure.

***

"Kenalin, aku Mira. Istrinya Mas Fathan." Mira mengulurkan tangan kanannya padaku yang membuatku sedikit tersentak.

Ku sambut uluran tangan Mira. Sembari mengulas senyum yang memang perlu dipaksa aku membalas perkataannya. "Aku Arum ... Mbak."

Entahlah di saat itu aku merasa begitu berat untuk memanggil Mira dengan sebutan "mbak". Tapi, mau bagaimana lagi? Toh, pada kenyataannya memang ia adalah istri tua dari suamiku yang memang semestinya aku memanggilnya dengan lebih sopan.

Di tengah makan malam yang sekaligus menyambut kepulangan Mbak Mira, tiba-tiba saja Mas Fathan menghentikan makannya karena adanya panggilan telepon. Entahlah siapa orang yang menelepon saat itu, karena Mas Fathan sendiri lebih memilih untuk menjauh ketika mengangkat panggilan tersebut.

Dan aku sebenarnya cukup dibuat penasaran dengan siapa yang menghubungi suamiku itu sehingga membuatnya harus beranjak dari tempatnya. Namun, karena melihat Mas Fathan begitu serius dalam obrolannya itu, ditambah juga Mbak Mira serta Bu Joko yang tampak biasa saja dengan sikap Mas Fathan itu alhasil aku pun terpaksa mengurungkan niatku. Aku tak mau lah kalau aku bertanya langsung malah yang ada Bu Joko menunjukkan wajah beringasnya itu.

Sesaat setelah menutup panggilan telepon tersebut Mas Fathan lantas kembali ke tempatnya dan mengatakan yang membuatku terheran-heran.

"Aku harus pergi malam ini ke rumah temanku. Biasa lah. Maaf, ya, Mira," kata Mas Fathan.

Tanpa menunggu jawaban dari Mira ataupun ibunya, Mas Fathan segera menyudahi makan malamnya lalu melengos pergi begitu saja. Sontak hal itu membuatku penasaran dengan apa yang dikatakan suamiku tadi. Terlebih teman mana yang ia maksud hingga membuatnya harus pergi di waktu malam seperti ini?

"Selalu gitu."

Terdengar keluhan dari Mbak Mira beberapa saat usai kepergian Mas Fathan. Sontak hal itu membuatku memberanikan diri untuk bertanya sesuatu pada wanita yang dinikahi suamiku sebulan yang lalu itu.

"Mbak Mira?" ku panggil Mbak Mira yang terlihat menahan kesal terhadap suaminya itu.

Mbak Mira melihat ke arahku sebentar. "Kenapa?" balasnya tanpa menghentikan aktivitas makannya.

"Emangnya ..  Mas Fathan sering pergi-pergi gitu, ya?" tanyaku ragu. Takut saja kalau wanita berambut panjang di depanku itu tersinggung.

"Ya gitu lah. Mungkin dia jij*k sama aku," jawab Mbak Mira yang seketika itu membuatku tak enak hati sekaligus bertanya-tanya dalam hati.

"Jij*k? Kenapa? Apa karena Mbak Mira ..." batinku.

Mendadak aku pun merasa kasihan terhadap Mbak Mira. Meski kedua orang tuanya bergelimang harta tapi tak menjadikan kisah cintanya berjalan dengan baik. Malah jangan-jangan selama menikah dengan Mas Fathan hidupnya malah semakin menderita?

Astafirullah, kalau sampai hal itu benar terjadi, betapa dzalimnya Mas Fathan terhadap Mbak Mira yang juga merupakan istri sah nya sendiri.

Di meja makan itu obrolan antara aku dan Mbak Mira pun berhenti. Dari situ aku dapat menyimpulkan kalau istri tua Mas Fathan ini tipikal orang yang tidak banyak bicara. Aku menganggap kalau hal itu adalah sebuah kewajaran karena mungkin Mbak Mira masih merasa trauma dengan masa lalu nya yang membuatnya lebih memilih untuk tidak banyak bicara.

Waktu terus berjalan, masih di tempat yang sama tiba-tiba saja Mbak Mira mengajukan sebuah pertanyaan.

"Selama menikah sama Mas Fathan kok aku gak pernah lihat kamu, ya? Terus, pas nikahan aku dulu kamu juga gak ada. Kamu kemana?" tanya Mbak Mira.

Mendengar pertanyaan Mbak Mira barusan sontak membuatku kelabakan untuk menjawab. Bahkan sampai-sampai Bu Joko pun terlihat kebingungan dengan jawaban apa yang harus ia berikan pada menantu kaya nya itu. Ingin berbohong tapi itu bukan keahlianku, tetapi aku sendiri juga bingung harus menjawab apa.

Sampai akhirnya perasaanku lega manakala Bu Joko membuka suaranya. Dengan hati-hati Bu Joko menjawab ,"Eee, dulu Arum lagi di luar kota. Terus, baru satu minggu ini kakaknya menitipkan di rumah ini." 

Terlihat jelas raut wajah Bu Joko yang merasa ketakutan jika jawabannya itu akan membuat rahasia ini terbongkar. Padahal aku sendiri sebenarnya tak masalah jika pernikahan ini dapat diketahui banyak pihak, tetapi bagaimana pun juga perjanjian itu harus dilakukan walaupun entah sampai kapan.

***

"Tok!!! Tok!!! Tok!!!"

Deg!

Seketika aku dibuat terperanjat mendengar jendala kamarku ada yang mengetuk. Karena merasa takut aku pun mengambil kemoceng untuk menjaga diri sembari secara perlahan-lahan berjalan mendekati jendela kamar untuk mengintip siapa orang yang berani melakukan hal itu di waktu malam begini.

Belum sempat menyingkap hordeng yang menutupi jendela kamarku, tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara hp ku yang berdering. Aku pun meninggalkan tempat dan memilih untuk mengangkat panggilan tersebut. Karena aku berharap yang menelepon itu adalah Mas Fathan yang mana sejak kepergiannya tadi ia sama sekali belum mengabariku. Pesan whatsappku saja tidak ia balas yang padahal sudah centang dua.

Dan ternyata benar orang yang menelepon sekaligus orang yang mengetuk jendela kamarku barusan adalah Mas Fathan. Dimana rupanya Mas Fathan sengaja pulang tidak melewati pintu utama karena ia pamit dengan Mbak Mira tidak pulang malam ini.

Akhirnya malam itu secara diam-diam Mas Fathan tidur bersamaku. Ia juga sengaja menitipkan sepeda motornya di rumah budhenya yang terletak tak jauh dari rumahnya.

***

Pagi pun tiba, aku yang memang tidak ada pekerjaan apapun di luar, seperti biasa melakukan aktivitas di rumah. Mulai dari memasak hingga mencuci seluruh pakaian penghuni rumah. Untungnya sudah memakai mesin cuci, jadi bisa lebih meringankan ketika harus dibarengi dengan aktivitas lainnya.

Sedangkan Mas Fathan sendiri sudah kembali pergi lagi melalui tempat yang sama sebelumnya di waktu subuh tadi. Ia juga sekalian membawa baju ganti serta perlengkapan mengantarnya dan berencana akan pulang ke rumah sore harinya usai bekerja.

"Arum!" 

Aku menoleh ke arah Mbak Mira yang tiba-tiba muncul di sebelahku. Tatapan matanya tampak begitu serius seakan ada sesuatu hal yang ingin ia sampaikan.

"Ada apa, ya, Mbak?" jawabku sembari tetap memotong-motong sayuran. 

Entahlah, kemunculan Mbak Mira di pagi buta ini membuat jantungku deg-degan tak karuan. Aku takut kalau saja ia tahu jika Mas Fathan tadi malam sebenarnya pulang, tetapi memang sengaja tidak menampakkan diri dan memilih bersembunyi di dalam kamarku.

"Aku mau tanya sesuatu ke kamu," kata Mbak Mira dengan nada agak ketus.

Ku letakkan pisau yang berada di tanganku. Dengan terbata-bata aku lantas menjawab, "ta-tanya apa, Mbak?" 

"Soal Mas Fathan!" kata Mbak Mira yang menatapku serius.

Mendengar perkataan Mbak Mira barusan membuatku sedikit terkejut. Pertanyaan apa yang ingin ia ajukan perihal suami kami itu ? Atau jangan-jangan ia tahu akan keberadaan Mas Fathan tadi malam? Astagfirullah ... Bagaimana ini???

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status