Share

Bab 3. Hinaan

Setelah berhasil menenangkan diri, Delia sibuk membereskan kekacauan yang dibuat oleh Rafael dan Gladis selama satu setengah jam.

Ia pun menghempaskan diri ke sofa sembari menyeka keringat yang turun di keningnya.

Delia cukup lega menyelesaikan apa yang diperintah Rafael. Ia juga sudah memasak sesuai perintah keduanya.

Namun, baru lima menit Delia merasakan damainya hidup, tiba-tiba Gladis bangun.

Wanita kejam itu berjalan dengan angkuh menuju kitchen set. Dan tak lama, Rafael ikut menyusulnya.

Delia memilih beranjak dari sofa kemudian berjalan ke kamar mandi.

"Huh makanan apa ini!"

Delia mendengar suara Gladis yang seolah mencemoohnya, tapi kali ini Delia tidak peduli. Ia sudah lelah dengan pasangan gila itu.

"Makanan sampah!" ujarnya lagi.

"Aku tidak mau makan masakan istrimu, bagaimana kalau kita makan di bawah saja?" rengeknya sambil mengayun-ayunkan tangan Rafael.

"Ya, aku juga tidak sudi menyentuh masakannya."

Delia tidak tuli. Namun, ia tidak bisa melakukan apa-apa, selain meredam semuanya sendiri.

Dibanding marah, perempuan itu memutuskan untuk segera mendinginkan kepalanya.

‘Segera mungkin, aku harus pergi dari tempat ini,’ tekadnya kuat.

****

Siangnya, ketika matahari tepat di atas kepala, Delia memutuskan untuk pulang. Tidak ada yang tau jika dirinya pergi, ia sengaja melakukannya secara diam-diam.

Dengan membawa beberapa baju yang ia pakai semalam, wanita itu masuk ke dalam sebuah mobil taxi yang baru ia pesan beberapa menit yang lalu.

Sedangkan Rafael dan Gladis masih ada di restauran hotel.

"Del...."

Suara dari seseorang itu membuat Delia mendongak, "Kamu pulang sendiri?" tanyanya sembari celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang.

"Iya Delia pulang sendiri ma, Rafael ada urusan," jawabnya acuh, ia sudah menduga akan mendapat pertanyaan itu dari Mona-ibunya.

Wanita paruh bayah itu menaikkan sebelah alisnya, namun ia tidak terlalu ingin mencecar anaknya dengan banyak pertanyaan.

"Apa kamu bahagia menikah dengan Rafael?"

"Ya. Delia bahagia ma," bohongnya.

Mana mungkin ia menceritakan yang sebenarnya kepada Mona.

Jawaban dari sang anak membuat Mona tersenyum lebar, "Kan.... Apa mama bilang, kamu pasti bahagia bersama Rafael!"

Delia hanya mengangguk kemudian pamit untuk masuk ke dalam kamar.

"Bahagia?" lirihnya.

Ia merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamarnya, mengingat wajah Mona yang begitu sumringat saat mendengar jawaban Delia.

"Sampai kapan aku akan berhohong seperti ini?"

Delia mulai sedikit mempertanyakan perasaannya terhadap Rafael.

Apakah masih sama seperti tujuh tahun yang lalu?

'Sesak rasanya ...' batinnya sembari menatap lurus ke depan.

Sedangkan di tempat lain Rafael menjadi geram ketika tidak menemukan keberadaan istrinya. Emosinya memuncak mengetahui Delia pergi.

"Sialan! Beraninya dia pergi!"

Mendengar kekasihnya mengamuk, Gladis ikut memastikan apa benar Delia pergi.

"Ya, dia tidak ada sayang,"

Masih menggunakan baju yang sama Rafael menyambar kunci mobilnya, ia hendak menyusul istrinya. Ia tidak mau Delia pergi tanpa sepengetauannya.

"Sayang, kamu akan pergi ke mana?" Wanita yang tidak terlalu tinggi itu menghadangnya.

Tetapi Rafael tidak peduli, ia harus segera menemukan Delia dan langsung membawanya pulang.

Mobil bmw keluaran terbaru melaju membelah jalanan ibukota. Tujuan utama Rafael menuju rumah mertuanya. Ia yakin istrinya berada di sana.

Setelah mobil berhenti di halaman rumah Delia, ia segera turun.

Pria itu merapikan bajunya sebentar sebelum melangkah masuk ke dalam.

Tok! Tok! Tok!

Tak lama pintu terbuka, sosok Mona menyambutnya.

"Oh kamu rupanya Raf, sini masuk-masuk," Wajah Mona seketika sumringah saat melihat menantunya datang.

"Terima kasih ma.,"

Di depan Mona, Rafael menunjukkan bahwa dirinya sangat mencintai Delia. Padahal itu hanya alibinya, agar kedua mertuanya percaya bahwa Delia akan sangat bahagia bersamanya.

"Kata Delia, kamu ada urusan Raf.,"

Rafael tersenyum tipis, "Sudah selesai ma. Makanya saya langsung ke sini, menjemput Delia."

"Ya namanya pengantin baru, maunya dekat-dekat terus," goda Mona.

Ia mengangguk meski dalam hatinya ia muak berbasa-basi mengenai Delia.

"Kamu mau makan apa Raf?"

"Ah sudah ma, tadi sebelum ke sini saya sudah sarapan," sahutnya. "Ma saya izin mau ke Delia dulu."

"Iya-iya, langsung aja kamu masuk ke dalam kamarnya Raf. Sejak datang dia ada di sana.,"

Rafael mengangguk lalu berlalu menuju kamar yang terletak di lantai dua.

Tanpa mengetuk Rafael langsung membuka pintu kamar Delia dengan kasar, "Kau berusaha kabur dariku hah?"

Delia tergagap ketika mendengar suara bariton yang ia kenal.

Buru-buru ia bangun, "Raf untuk apa kau ke sini?"

"Untuk apa?" sahutnya dengan nada dingin. "Kau pikir aku akan membiarkanmu bebas?" Ia menarik sudut bibirnya ke atas.

"Apa maksudmu?"

Rafael berjalan mendekat lalu menarik paksa Delia, "Secepatnya kita pulang!"

"Tunggu!" Dengan berani ia menyentak tangan Rafael. "Pulanglah jika kau ingin pulang, aku hendak mengemasi beberapa bajuku dulu!"

Mendengar jawaban Delia yang semakin berani membuat Rafael geram. Ia berjalan mendekat ke arah Delia dengan rahangnya yang mengeras dan tatapan tajam.

"Apa yang akan kau lakukan Raf?" lirihnya ketakutan.

Ia berusaha untuk mundur. Hingga tubuhnya menubruk tembok, detik itu juga Delia tidak lagi bisa berkutik.

Jarak mereka sangat dekat, bahkan Delia bisa merasakan deruan nafas milik pria tersebut.

"Ap-apa kau ingin membunuhku sekarang?" cicit Delia sembari menutup mata, ia tidak berani menatap wajah suaminya.

Rafael tersenyum tipis, "Tenang, aku masih ingin bermain-main denganmu."

Setelah itu ia menarik dagu Delia dengan jarinya, "Jangan sekali-kali kau membantahku!"

"Kau tidak akan bisa kabur dariku! Kau dengar!" gertaknya.

Delia mengangguk takut-takut, "Ya aku dengar."

Rafael langsung menyeretnya keluar.

Dan ketika pintu terbuka, terlihat Andrew berdiri tepat di depan kamar Delia sembari menatap dirinya juga Rafael dengan tatapan curiga.

Seketika wajah Delia pucat, ia benar-benar takut jika sepupunya itu mendengar bentakan Rafael, "Drew, apa kau sudah lama berdiri di sana?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status