Madeline sudah hampir dibawa pergi. Tapi saat itu juga, seorang wanita anggun berjalan mendekati Mrs. Langford dan membisikkan sesuatu ke telinganya.Seketika itu juga, ekspresi Mrs. Langford berubah. Dia menatap Madeline dengan tatapan tidak percaya lalu berkata bahwa semua ini adalah kesalahpahaman.Madeline tidak tahu apa yang barusan terjadi. Saat ia menatap wanita itu, ia menyadari bahwa wanita itu memelototinya dengan jijik.Tatapannya membuat Madeline merasa sangat tidak nyaman. Akhirnya, Madeline pergi.“Maddie, tadi itu adalah ibu Jeremy. Jangan khawatir, sekarang. Kau tidak harus pergi ke kantor polisi lagi, tapi kau harus berjanji padaku untuk tidak melakukan sesuatu yang memalukan seperti ini lagi.”Meredith berkata dengan nada prihatin. Madeline berusaha memberi penjelasan, tapi ibu Jeremy pergi setelah menatapnya dengan tidak senang.Meredith menyeringai. Ia mengikuti wanita itu dan berdiri di samping ibu Jeremy. Mereka terlihat bagaikan sepasang ibu mertua penyayan
Sikap mesranya yang tiba-tiba itu membuat jantung Madeline berdegup lebih kencang. Wajahnya juga lambat laun menghangat.Ia mengangkat kepalanya untuk menatap Jeremy. Profilnya dari samping terlihat mengagumkan, tapi wajahnya tetap datar.“Kakek ada di sini.”Dia mengatakan empat kata itu dengan dingin dan Madeline langsung mengerti.Dia hanya ingin menampilkan aksi pasangan yang saling mencintai di depan Old Master Whitman. Hati Madeline menjadi dingin, dan ia merasa ini sangat ironis.Tidak ada orang luar di meja makan. Kalaupun ada, itu adalah Meredith.Old Master Whitman memiliki mata yang teduh. Akan tetapi, untuk beberapa alasan, Madeline merasa kalau beliau terlihat familier. Seolah-olah ia sudah pernah bertemu dengannya bertahun-tahun yang lampau.Yang membuat Madeline terkejut adalah bagaimana Jeremy mengabaikan perasaan Meredith dan lebih perhatian kepadanya hanya untuk membuat kakeknya senang.Tidak hanya membawakannya makanan, bahkan dia juga mengupaskan kulit udang
Jeremy selesai menonton videonya, dan sebuah ekspresi kosong terlihat di wajahnya. “Dari mana kau mendapatkan ini?” dia bertanya dengan suara dingin.Madeline merasa kalau pertanyaan itu tidak masuk akal. “Pentingkah tahu dari mana aku mendapatkannya? Bukankah kebenaran yang baru saja kau lihat itu lebih penting?”“Kebenaran?” Jeremy mengangkat kepalanya dan menghapus video itu dengan satu sapuan jarinya. Dia bahkan juga menghapus salinan cadangannya yang terletak di album ponsel.Madeline luar biasa terkejut dengan tindakan Jeremy. Dengan histeris ia berlari untuk mengambil kembali ponselnya. Akan tetapi, sudah sangat terlambat. Jeremy telah mengosongkan folder album yang sudah dihapus.“Kenapa, Jeremy? Kenapa kau melakukan itu? Apa kau tidak sadar betapa banyaknya orang yang mengkritik aku di media sosial sekarang? Itu adalah satu-satunya video yang bisa membuktikan aku tidak bersalah!”Madeline hancur.Namun, Jeremy malah mengejek dengan acuh tak acuh. “Apa hubungannya ketidak
Tuduhan pria itu mengaliri tubuh Madeline, dan ia merasa sangat ironis.“Bukankah kau sudah tahu tentang hal itu, Mr. Whitman?”Jawaban Madeline semakin membuat Jeremy marah. Dengan murka dia mengangkat dagu Madeline dan memelototinya dengan mata hitam tak berdasarnya yang dipenuhi kemarahan.“Jadi, kau pergi untuk mencari cinta lamamu, hmm?”‘Cinta lama? Maksudnya pasti Daniel.’Dulu Daniel adalah teman sekelas Jeremy. Mereka berdua dua tahun lebih tua darinya, adalah senior-seniornya.Saat Daniel menyatakan perasaannya ke Madeline pada saat upacara kelulusan, semua orang di sekolah mengira mereka akan mulai berpacaran setelah itu.Madeline tidak tahu kalau Jeremy juga percaya dengan gosip itu.“Madeline, aku bilang padamu, bahkan jika aku mengusirmu suatu hari nanti, jangan pikir kalau kau bisa melarikan diri ke pelukan laki-laki lain. Aku ingin melihat siapa yang berani memungut sampah yang sudah aku pakai sebelumnya!”Sampah.Dia mendeskripsikan dirinya dengan kata-kata d
Madeline mengira dia membuat pembalasan dengan cemerlang, namun, setelah mendengar kata-kata Meredith, ia merasa sudah dikalahkan dengan telak.Jeremy ada di sini bersama Meredith untuk memeriksakan kandungan Meredith.Kegiatan ini seharusnya adalah sesuatu yang dilakukan sepasang suami istri; Jeremy sudah memberikan prioritasnya kepada wanita lain.Meredith berjalan di depan Madeline dengan bangga. “Ada yang salah, Maddie? Kau kesal? Patah hati?”Madeline mengepalkan tangannya, tapi ia tidak membiarkan dirinya kehilangan ketenangan. “Tidak, aku cuma berpikir kalau kau tidak tahu malu.”Setelah berkata demikian, ia melemparkan tatapan tidak peduli ke arah wajah psikopat Meredith.“Meredith, kupikir aku tak akan bisa menemukan gadis lain yang tidak tahu malu dan bangga dengan hal itu seperti dirimu; seseorang yang menganggap dirinya terlalu tinggi padahal cuma wanita simpanan.”“Kau …”“Suatu hari, Jeremy akan tahu bahwa anak di dalam perutmu itu bukan anaknya.”Topeng kemunafi
Setelah beberapa saat, Jeremy tiba. Akan tetapi, bukan karena Madeline ingin menemuinya. Sebaliknya, dia datang untuk memarahinya dengan kejam.Pencahayaan di ruang pertemuan itu temaram. Meskipun begitu, itu cukup bagi Madeline untuk bisa melihat wajah Jeremy yang seram dan penuh kebencian.Madeline teguh pada pendiriannya. “Aku tidak mendorong Meredith. Dia menjatuhkan dirinya sendiri dengan sengaja. Tolonglah, percayalah padaku, Jeremy!”Setelah mendengar kata-kata Madeline, Jeremy mengulurkan tangannya. Tangan dinginnya mencengkeram belakang lehernya kuat-kuat, dan mendorong Madeline ke arahnya.Matanya hitamnya yang tak berdasar bagaikan sebilah pisau belati yang dingin, menatapnya tajam saat Jeremy menembakkan tatapan menyilaukan dan berkata, “Tidak hanya bukti, tapi ada juga saksi mata. Tapi, kau masih punya muka untuk mengatakan bahwa itu bukan perbuatanmu?”“Aku tidak melakukannya! Meredith menjebakku! Aku tidak mendorongnya! Bukan aku!” Madeline mengalami stres berat. Ia
Saat Madeline ingat dirinya sendiri yang babak belur, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.Setiap wanita ingin memberikan versi terbaik dari diri mereka untuk laki-laki yang mereka cintai. Akan tetapi, kapan pun ia bersama Jeremy, ia pasti berada dalam keadaan paling buruk dan paling compang-camping. Saat ini, ia bahkan dipenuhi luka yang Jeremy berikan untuknya“Siapa yang memberimu izin untuk masuk?” Jeremy berhenti di luar pintu.Madeline menatapnya. “Ini rumahku.”“Rumahmu?” Pria itu terkekeh merendahkan. “Kau pikir kau punya hak untuk menyebut ini rumahmu?”Sinar di mata Madeline memudar. Kata-kata Jeremy menusuk jantungnya bagaikan pecahan-pecahan kaca.“Kalau bukan karena kebaikan Mer, kau masih akan membusuk di penjara.” Kata-kata Jeremy bercampur rasa cintanya untuk Meredith.Madeline mengejek. “Yeah, kalau bukan karena ‘kebaikannya’, aku tidak akan berakhir di tempat seperti itu.”Jelas terlihat kalau Jeremy menjadi marah oleh apa yang barusan dia katakan. “Kau ma
Jeremy takut. Dia merasa seperti ada duri tersembunyi di jantungnya yang menusuknya tanpa ampun. Dia mengangkat Madeline tanpa ragu-ragu.Saat Meredith melihat kejadian itu dari dalam rumah, dia melangkah maju untuk menghentikan Jeremy. “Jeremy, ke mana kau akan membawa Maddie?”Namun Jeremy mengabaikannya dan melaju ke rumah sakit sambil memeluk Madeline.Sepanjang jalan, otaknya dipenuhi momen pertama kalinya dia bertemu gadis ini saat dia masih sangat muda. Momen itu lembut namun tenang dan membahagiakan. Momen yang terus diputar ulang di otaknya.Jantung Jeremy berdegup dengan paniknya. Entah bagaimana dia lupa kalau dia seharusnya masih dalam usaha penghinaannya kepada Madeline dan dengan panik dia membawa Madeline ke ruang gawat darurat.Madeline mengatakan kalau dia sedang hamil dan bayi itu adalah anaknya. Akan tetapi, tubuhnya sekarang ternoda oleh darah Madeline.Jeremy merasa seakan-akan dia dicekik oleh sesuatu yang tidak terlihat. Inilah pertama kalinya dia berharap Madel