Setiap kata yang Jeremy ucapkan bagaikan garam yang ditaburkan ke luka barunya yang masih berdarah. Rasa sakit yang menusuk tulang membuat sekujur tubuhnya mati rasa.“Hahahaha…” Madeline tertawa dengan sangat menyedihkan.Ternyata Jeremy memang sangat kejam hingga dia bahkan menghapus kehadiran anak itu.Ternyata dia sanggup menggiling tulang anaknya sendiri menjadi abu demi wanita iblis itu!Madeline pikir hatinya sudah mati. Ia pikir ia tidak akan bisa merasakan rasa sakit lagi.Akan tetapi, ia tidak menyangka luka itu mulai membakarnya saat ia bertemu lagi dengan pria ini.“Jeremy, aku tidak mengira kalau Madeline akan datang dan membuat masalah denganku sesaat setelah keluar dari penjara. Aku sangat takut. Aku takut sekali dia akan melukai anak kita lagi. Dia sudah membunuh bayi kita sebelumnya. Aku tidak mau itu terjadi lagi untuk kedua kalinya.”Meredith bersandar di dada Jeremy sambil terisak-isak berlinang air mata.Dia berbicara tanpa rasa bersalah, namun itu sudah jadi bukti
Meredith sudah menjadi salah satu sosialita dari empat keluarga kaya utama di Glendale. Kalau ada yang berani membuatnya marah, orang itu tidak akan bisa tetap tinggal di sana.Ia tidak mau Ava terkena masalah karena membelanya.Setelah merenungkan semua pengalamanya yang menyakitkan, Madeline memutuskan untuk memulai kembali.Ia hanya bisa membalas dendam untuknya dan putrinya bila ia bangkit dari semak berduri.Dua hari kemudian, Madeline pergi bekerja ke kantor barunya.Sebagian luka di wajahnya belum pulih, jadi Madeline memakai concealer untuk menutupi memar-memarnya.Saat ia tiba di kantornya, bahkan sebelum duduk, ia dipanggil ke ruangan Eve Garcia—atasannya.Eve terlihat seperti wanita karier yang kuat dan berkuasa. Dia memakai pakaian yang paling trendi dan wajahnya cantik. Akan tetapi, dia mempunyai ‘wajah jalang yang sedang bersantai’, jadi dia selalu terlihat sangat serius. Ini membuat Madeline sangat gelisah. Ia khawatir akan mengacaukan segalanya dan tidak lulus masa perc
Jadi benar, alasan kenapa ia bisa mendapatkan pekerjaan dengan sangat mudah adalah karena Meredith diam-diam menggunakan pengaruhnya untuk mempengaruhi orang lain dalam mengambil keputusan.Akan tetapi, Madeline tidak bodoh. Bagaimana mungkin Meredith bisa sebaik itu?“Berhentilah berpura-pura. Kau tidak merasa jijik, tapi aku iya.” Dengan perasaan jijik ia menepiskan tangan Meredith yang berusaha menjangkaunya.Meredith memutar badannya seakan-akan dia terlalu lemah dan rapuh. Lalu, dia bersandar di tubuh Eloise.Eloise melihat putrinya yang berharga disakiti, dengan kesal dia maju ke depan Madeline dan menamengi Meredith yang berdiri di belakangnya.“Madeline, jangan buta hingga tak bisa melihat apa yang baik buatmu! Kalau Mer tidak memohon padaku, aku tidak akan membiarkan seseorang seperti dirimu bekerja di perusahaanku!” Eloise berkata dengan gusar.“Meskipun kau bukan saudara kandung Mer, dia tidak pernah memulai perkelahian denganmu walaupun kau terus-terusan menyakitinya. Dia b
Mata Madeline menjadi redup tanpa semangat. Ia bisa melihat dengan jelas cincin yang dipakai Meredith dan itu adalah cincin yang ia desain!“Madeline, kau memang berbakat. Cincin ini terlihat cantik. Aku menyukainya, tapi yang terpenting, Jeremy yang memasukkannya ke jari manisku.”Meredith memamerkan cincinnya, rasa bangga dengan jelas tergambar di wajahnya.Madeline menekuk jari-jarinya dan memegang telepon yang telah merekam semua pembicaraan mereka dalam bentuk video. Ia tersenyum saat mengertakkan gigi-giginya.“Meredith, apakah kau baru saja mengakui kalau kau memanipulasi fakta sehingga aku dituduh melakukan plagiarisme meskipun akulah kreator aslinya?”Meredith mencibir. “Terus kenapa? Siapa juga yang akan mempercayaimu? Siapa kamu sok-sokan mau melawanku?”“Kurasa itu cukup.” Madeline menarik sudut-sudut bibirnya dan berbalik setelah berkata demikian.Saat Meredith melihat Madeline bersikap aneh, dia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Saat dia akhirnya menyadari apa
Jelas sudah, Jeremy sama sekali tidak menyangka Madeline punya keberanian untuk berbicara dengannya seperti ini.Awalnya dia ingin memberi Madeline sebuah pelajaran, namun tiba-tiba, ekspresi di matanya berubah. Nada bicaranya tidak sedingin biasanya. “Apa maksudmu dengan hidup tidak lama lagi?”Madeline tidak menyangka Jeremy memberi perhatian tentang hal ini. Tidakkah seharusnya dia meneriakinya dan memperingatkannya untuk tidak mengganggu Meredith?Ia tidak bisa menebak apa yang Jeremy pikirkan. Namun, ia tidak mau memberitahunya tentang tumor di tubuhnya.“Tidak ada apa-apa. Kau tidak harus merasa peduli dengan apa yang perempuan seperti aku ucapkan, Mr. Whitman.” Setelah Madeline selesai mengatakan itu, ia mendorong Jeremy menjauh. Mungkin itu efek psikologis, namun titik di tubuhnya dimana tumornya berada mulai terasa sakit.Akan tetapi, Jeremy tidak menyerah begitu saja. “Madeline, kau sangat keras kepala. Apa kau mencoba menampilkan aksi menyedihkan agar aku kasihan padamu?”Ma
Kalau benar dia, identitas apa yang dia pakai saat membantunya melunasi utangnya? Suaminya?Akan tetapi, harapan Madeline seketika musnah. Pria itu menyebutkan namanya—Daniel.Madeline segera menelepon Daniel. Setelah beberapa saat, pria itu datang.Saat Madeline menanyakan hal itu padanya, Daniel menghela nafas lega. “Aku pikir sesuatu yang buruk telah terjadi padamu, Maddie. Ternyata kau cuma mau menanyakan soal pelunasan utang. Itu bukan apa-apa. Tidak perlu dimasukkan ke hati.”“Tidak bisa begitu.” Madeline menatap Daniel dengan serius. “Dan, aku tak tahu kapan aku bisa membayarmu kembali. Terima kasih banyak.”“Tidak perlu buru-buru. Aku tidak membutuhkan uangnya dalam waktu dekat.”“Aku tahu, tapi—”“Maddie, kalau kau memang mau berterima kasih padaku, kau bisa traktir aku makan. Aku datang ke sini dengan perut kosong.” Daniel menginterupsi Madeline. Pria itu menatapnya dalam-dalam dengan tatapan lembutnya . “Aku senang bisa membantu meringankan bebanmu.”Madeline bisa mencium ar
Wajah Madeline memucat. Di dalam hati pria ini, ia memang sangat kotor dan babak belur.“Jeremy, jaga mulutmu dan beri respek pada Madeline!” Daniel menarik Madeline ke belakangnya dan atmosfer di antara mereka seketika menjadi ajang permusuhan yang sama.Jeremy terkekeh pelan. “Respek? Kau berduaan dengan seorang wanita yang sudah menikah di depan umum dan kau masih mencoba menceramahiku soal respek?Dia mengeluarkan kata-kata tajam, menunjukkan kalau dia bahkan tidak peduli pada perasaan Madeline.“Memangnya kapan kau memperlakukan Madeline selayaknya istrimu? Lagi pula, Madeline bukan lagi istrimu!” Daniel tidak takut pada pria ini. Dia sudah siap berkonfrontasi dengan Jeremy.Wajah Jeremy tertutup selapis udara dingin. Dia menatap Madeline dengan tatapan menyeramkan di matanya. “Beginikah caramu menggoda laki-laki di luar rumah?”Madeline merasakan hawa dingin deras mengalir ke tulang belakangnya. Ia tidak mengerti dengan keputusasaan di mata Jeremy.Jeremy mengulurkan tangannya da
Suara bass Jeremy yang dalam masih terngiang di telinganya, dan jantung Madeline berdegup kencang. Namun, ia tidak akan punya ekspektasi naif seperti yang ia punyai dulu.Sekarang, cintanya buat Jeremy telah dikalahkan oleh rasa bencinya.Madeline tidak menyangka kalau Old Master Whitman tidak mempermasalahkan dirinya yang dipenjara selama tiga tahun. Sebaliknya, beliau menyuruh Madeline untuk memulai lagi hidupnya dan menjalani hidup yang bahagia bersama Jeremy.Old Master Whitman adalah orang yang konservatif. Karena itu, akan bisa dimengerti kalau beliau sangat marah dan bahkan jijik dengan cucu menantunya yang sudah melakukan tindak kejahatan. Namun, saat ini, Madeline tertegun. Ia merasa bersyukur dan hatinya menghangat.Sosok Old Master Whitman juga mengingatkannya pada kakeknya yang telah wafat. Mereka berdua orang tua yang berhati mulia.Madeline ikut makan malam di Whitman Manor. Ia merasa kalau semua orang, kecuali Old Master Whitman, terang-terangan memandangnya dengan tatapa