"Banyak jangan bercanda, tidak mungkin rumah ini disita," ujar Sevan. Lelaki itu tidak percaya jika rumah tempat tinggalnya akan disita, meski bukti telah ada. Namun Sevan berharap jika rumahnya tidak benar-benar disita."Ini sudah ada buktinya, Pak. Batas waktu yang kami berikan sudah habis," ujarnya seraya menunjukkan bukti. Sevan pasrah, memang semuanya benar. Dan kini Sevan harus berpikir untuk kedepannya seperti apa, terlebih saat ini Nagita tengah hamil."Kami harap besok rumah ini sudah kosong, kalau begitu kami permisi." Setelah mengatakan itu mereka beranjak pergi.Sevan menghela napas, lalu kembali masuk ke dalam, melihat suaminya masuk ke dalam. Dengan segera Nagita menutup pintu dan ikut menyusulnya. Sevan harus bertanggung jawab karena telah menyebabkan rumahnya disita."Mas semua ini gara-gara kamu, sekarang rumah ini disita. Terus kita mau tinggal di mana." Nagita meluapkan isi hatinya, kesal dan juga marah telah menjadi satu."Kok kamu nyalahin aku, aku banyak utang ga
Sera sempat terkejut, bahkan bocah itu langsung memegang tangan ayahnya karena merasa takut. Sejenak Sevan terdiam, ia sadar kenapa ibunya sangat marah dan tidak mau menerima Nagita. Sewaktu masih menjadi menantunya, Nagita sama sekali tidak pernah memperlakukan ibu mertuanya dengan baik. Mungkin itu alasan Nita menolak mentah-mentah Nagita untuk tinggal bersamanya."Dasar nenek sihir, udah tua aja belagu. Enggak sadar apa, kalau di dunia ini cuma punya satu anak. Suami aja entah pergi ke mana," batin Nagita. Wanita itu benar-benar kesal dengan sikap mantan ibu mertuanya itu."Mas terus sekarang kita gimana, tidak mungkin kan kita tinggal di pinggir jalan," ujar Nagita yang benar-benar kesal dengan sikap mantan ibu mertuanya itu."Kamu masih ada uang nggak, kita cari kontrakan." Sevan memutuskan untuk mencari kontrakan, karena memang sudah tidak ada pilihan yang lain lagi.Nagita terdiam sejenak. "Terus nanti biaya lahiran aku gimana.""Ya sudah, sekarang mana surat-surat mobilnya. Bi
Sevan menggelengkan kepalanya berkali-kali, berharap jika yang ia lihat itu salah. Tapi nyatanya apa yang Sevan lihat semuanya benar. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Nagita bisa berbuat hal seburuk itu."Nagita, ini tidak mungkin." Sevan menggelengkan kepalanya. Rasa tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Nagita, tapi bukti mengatakan jika wanita itu telah melakukan perbuatan buruk itu.Sevan mengusap wajahnya dengan gusar, setelah itu ia menjatuhkan bobotnya di kursi. Karena penasaran, Sevan lantas membuka handphone milik Nagita, memeriksa isi di dalamnya. Sementara itu, Sera masih duduk dengan posisi menunduk."Siapa laki-laki ini," gumamnya. Saat Sevan cek, terdapat tiga video tak senonoh dalam handphone Nagita. Dan yang berada di dalam video adalah orang yang sama."Kamu benar-benar biadab, bisa-bisanya kamu melakukan ini." Sevan benar-benar tidak menyangka dengan kelakuan Nagita. Ternyata bukan hanya licik saja, tetapi juga murah*n."Bisa-bisanya Nagita mempertontonkan v
"Lepas, sakit tahu." Nagita berusaha untuk memberontak, tetapi tenaga wanita itu cukup kuat."Diam kamu! Wanita murah*n!" bentaknya. Nagita benar-benar tidak terima jika dikatakan wanita murah*n."Aku bukan wanita murah*n, asal kamu tahu. Suamimu lebih memilihku karena memang aku lebih cantik. Dan anak yang ada di perutku adalah anak suamimu. Seharusnya kamu sadar, alasan kenapa suamimu memilih untuk selingkuh, karena kamu jelek. Duit banyak tapi tidak bisa .... "Plak, plak, dua tamparan mendarat tepat di pipi Nagita. "Jaga mulut kamu ya, suamiku tidak mungkin tergoda sama ular sepertimu. Jika kamu tidak lebih dulu menggodanya, di mana-mana wanita murah*n pasti akan mencari cara untuk bisa menggaet suami orang."Nagita memegangi pipinya yang terasa panas, ia tidak terima dengan semua ucapan yang keluar dari mulut Wina, istri sah Haris, lelaki yang bersamanya. Bahkan anak yang Nagita kandung adalah benih yang Haris tanam. Mereka menjalin hubungan sudah cukup lama, dan sekarang Haris b
"Setelah kembali bangkrut, sekarang minta rujuk." Julia membatin, tak habis pikir dengan jalan pikiran Sevan."Maaf, Mas. Tapi aku tidak bisa, aku sudah cukup bahagia walaupun hidup tanpa suami," tolaknya. Julia tidak ingin kecewa untuk kedua kalinya, ia masih trauma dengan pernikahannya yang dulu.Sevan mendesah mendengar penolakan dari mantan istrinya. "Mungkin benar kamu bisa hidup tanpa seorang suami. Tapi apa kamu lupa, ada anak-anak yang masih sangat membutuhkan figur seorang ayah. Kamu tidak kasihan pada mereka."Mendengar hal tersebut Julia terdiam. "Aku akan menjadi ibu serta ayah untuk mereka."Sevan kembali mendesah. "Apa aku boleh bertemu dengan mereka.""Boleh, sebentar ya aku bawa mereka ke sini." Julia bangkit dan beranjak meninggalkan mantan suaminya di ruang tamu.Selang beberapa menit Julia kembali sembari membawa si kembar. Tentunya dengan dibantu oleh ibunya, melihat Julia kembali. Sevan bangkit terlebih ketika melihat si kembar, ingin rasanya ia memeluk dan menciu
Seorang pria berjas hitam keluar dari mobil yang terparkir di halaman samping. Sevan sampai tidak sadar jika ada mobil di sana. Lelaki itu berjalan menghampiri Sevan yang tengah berdiri di teras. Entah siapa dan apa hubungannya dengan ibunya, Sevan tidak tahu."Siapa kamu?" tanya Sevan."Perkenalkan, saya Andre. Putra sulung ibu Nita Maharani." Lelaki itu mengulurkan tangannya lalu menyebutkan nama. Sedetik kemudian Sevan terkejut, Nita Maharani adalah nama ibunya, tetapi kenapa Andre juga menyebutkan nama itu."Apa hubungan kamu dengan, mama." Sevan menatap tajam lelaki yang berdiri di hadapannya itu."Beliau mamaku, dan sekarang mama ada di rumah. Mama akan tinggal bersamaku." Andre menjelaskan. Sevan menggeleng, menolak jika lelaki di hadapannya adalah putra ibunya."Kamu jangan bercanda, mama tidak punya anak lain, selain aku. Sekarang katakan di mana mama," desaknya. Sevan yakin pasti ada yang tidak beres, tapi apa."Mama berada di rumah saya, karena beliau memutuskan untuk tingg
Setahun telah berlalu, selama ini Sevan hidup berdua dengan putrinya saja. Sevan harus bisa menjadi ibu dan juga ayah untuk Sera, bukan itu saja, ia juga harus berjuang untuk mencari nafkah. Sudah hampir setahun Sevan bekerja sebagai kurir.Memang gaji tidak seberapa, tetapi ia bersyukur karena masih mempunyai penghasilan. Setidaknya untuk biaya hidup dan sekolah Sera masih cukup. Pernah Julia menawarkan untuk bekerja di perusahaan miliknya yang berada di luar kota, tapi Sevan menolak.Saat ini Sevan benar-benar ingin hidup mandiri dan memulainya dari awal. Masih diperbolehkan untuk bertemu dengan anak-anak saja Sevan sudah sangat bersyukur. Lelaki itu sudah meminta maaf pada Julia dan keluarganya atas kesalahan yang pernah ia perbuat dulu.Sementara itu, Nita masih betah untuk tinggal bersama dengan Andre. Wanita itu merasa tenang setelah setahun lebih tinggal di rumah Andre. Pernah ada niat untuk menemui Sevan dan Sera, tetapi kondisi kesehatannya yang membuat Andre tidak tega."Say
Julia masih menatap pria yang tengah berjalan menghampirinya, bukankah tadi ia mengirim pesan untuk Rian, sepupunya. Tapi kenapa bukan Rian yang datang, melainkan Sevan, dari mana pria itu tahu. Julia memundurkan langkahnya saat Sevan mendekat. "Julia kamu nggak apa-apa kan?" tanya Sevan dengan raut wajah khawatir. Sementara itu Julia hanya mengangguk."Tega kamu, Mas. Untuk apa kamu masih peduli sama perempuan yang jelas-jelas sudah menggugat cerai kamu!" teriak Nagita. Ia tidak terima dengan apa yang Sevan lakukan. "Kamu pantas mendapatkan ini," ucap Sevan. Beruntung ia datang tepat waktu jika tidak pasti Nagita berhasil melancarkan aksinya. "Lihat saja, aku tidak akan pernah membiarkan kalian bahagia. Dan kamu Julia, aku akan merebut semua yang kamu miliki," janjinya. Nagita menatap Julia dengan tatapan yang tajam. Setelah itu, Nagita memilih pergi, tentunya bersama orang suruhannya. Hari ini benar-benar sial, niat hati ingin mencelakai Julia, tapi justru dirinya yang celaka. K