"Sayang, bangun yuk!"
Ethan kembali naik ke atas tempat tidur, padahal dia sudah bangun dan sudah menyiapkan sarapan. Karena semalam mereka tempur hingga larut dan mengeluarkan banyak tenaga, makanya Ethan tidak membangunkan Nada. Dia yang mengalah dan membuat sarapan."Sebentar lagi," jawab Nada dengan suara sedikit parau khas bangun tidur.Nada kembali meringkuk di dalam selimut tebalnya. Bahkan kepalanya pun disembunyikan dalam selimut.Ethan yang tadinya duduk menghadap Nada, karena melihat istrinya malah semakin bersembunyi, akhirnya membaringkan diri di samping Nada dengan posisi miring. Satu tangan dijadikan penopang kepala agar tetap bisa jelas melihat istrinya."Sayang, apa semalam sangat melelahkan?"Nada membuka selimut bagian wajahnya. Dengan mata beratnya melihat Ethan. Bahkan caranya membuka mata pun tidak penuh, matanya menyipit."Sayang, kamu sakit?"Tiba-tiba Ethan menjadi khawatir setelah melihat wajah pucat dan mata sipit istriny"Kenapa tidak kamu saja yang pergi membelinya?" Nada melakukan protes kala Serly mengatakan akan menghubungi pengawal lainnya untuk membelikan rujak petis untuknya."Nyonya, tuan Ethan melarang saya meninggalkan Anda sendirian," jelas Serly."Hanya sebentar, bukan? Lagi pula aku tidak ke mana-mana. Ini rumahku, siapa yang akan mengganggu saat aku di rumah? Ethan juga belum pulang, mungkin sedikit sore baru pulang. Dia tidak akan tau." Nada tidak mau mendengar alasan apa pun yang diberikan Serly padanya. Dia hanya ingin makan rujak petis yang dibeli Serly, bukan orang lain, bukan pengawal yang lain.Serly terdiam. Sebenarnya dia ingin memberitahu Nada bila saudara perempuannya tadi datang dan hampir membuat ulah. Hanya saja dia tidak ingin Nada cemas dan khawatir, apalagi saat ini sedang sakit.Tanpa bicara, Serly bangkit dari duduknya. Bukan untuk membeli rujak pesanan Nada, melainkan ingin memastikan bila Danica sudah tidak ada lagi dan telah pergi."Serly, ada apa?" Ternyata Nada
"Beneran kamu nggak mau ikut aku?"Ethan merasa gelisah dan tidak tenang karena beberapa hari ke depan dia harus ke luar kota untuk masalah pekerjaan, sedangkan Nada tidak mau ikut dengannya dan memilih untuk tinggal di rumah sendirian."Tidak, Ethan. Aku sedang malas ke mana-mana," jawab Nada.Wajahnya sedikit maju mendekati Ethan untuk menghibur dan meyakinkan suaminya bila dia akan baik-bak saja selama ditinggal pergi. Meski beberapa hari ini merasa tubuhnya sedikit lemah dan seperti kehabisan tenaga.Kondisi Nada inilah yang membuatnya ragu dan khawatir untuk pergi ke luar kota meninggalkannya. Meski ada Serly yang akan selalu menemani dan menjaganya, tetap saja dia tidak akan tenang seutuhnya."Ikut saja, ya!" Ethan kembali merayu agar istrinya mau ikut dengannya.Masalahnya bukan hanya satu hari atau dua hari saja, Ethan akan berada di luar kota selama empat hari dan selama itu dia akan sangat sibuk. Andai pekerjaan ini belum disepakati dan direncanakan jauh-jauh hari, mungkin d
"Serly, apa yang terjadi pada istriku?" Wajah Ethan sangat panik dan cemas.Bagaimana tidak cemas dan khawatir? Baru juga membuat nyaman duduknya, Serly menghubungi Vidor dan mengabarkan bila Nada, istrinya tiba-tiba pingsan saat berjalan dan hendak masuk ke dalam mobil. Untung pesawat yang akan membawa mereka terbang belum berangkat karena masih menunggu jam pemberangkatan yang hanya kurang lima belas menit lagi.Setelah mendapat kabar itu, segera Ethan beranjak dari duduknya dan bergegas keluar dari pesawat. Langkah Ethan sempat dihentikan oleh pramugari karena pesawat telah dikunci dan akan segera berangkat. Namun Vidor menjelaskan, hingga akhirnya mereka diizinkan keluar dan akhirnya ditinggal."Maafkan saya, Tuan. Saya tidak bisa menjaga nyonya dengan baik," ucap Serly merasa bersalah.Ethan mengangkat wajah, menoleh menatapnya."Bukan salahmu. Kesehatan Nada memang sedang turun," ucapnya mengerti.Saat ini Nada masih di IGD sedang dilakukan pemeriksaan oleh dokter, sedangkan Eth
"Sayang, kenapa tidak bilang padaku kalau kamu hamil?" Ethan dengan lembut tanpa melepaskan genggaman tangannya dari tangan Nada. Bahkan tangan itu dibawa sellu menempel pada bibirnya, sedangkan satu tangan tidak henti-henti membelai anak rambut dan memainkan wajah mulus Nada. Tatapannya teduh penuh cinta dengan syukur. Bibirnya selalu menyunggingkan senyum bahagia."Aku mana tau kalau hamil," jawab Nada masih berbaring karena tubuhnya masih terasa lemah."Apa tidak ingat kapan terakhir tamumu datang?""Aku lupa kalau bulan ini belum datang bulan. Mungkin karena keasyikan tempur bersamamu, makanya tidak ingat kalau tidak mendapatkan tamu bulanan," jawab Nada tersipu malu.Dia pikir mungkin karena mereka sering melakukan hubungan dan terlalu terlena, hingga saat waktunya datang bulan, Nada melupakannya dan tidak berpikir bila dia hamil. Bisa dikatakan terlalu naif karena tidak mengingat kalau belum bulanan, hanya saja selama ini Nada tidak terlalu memikirkan hal itu. Toh, hamil dan mem
"Sayang, biar aku saja yang bangun. Kamu tidur saja lagi!"Ethan mencegah saat Nada hendak bangun pagi hari untuk membuat sarapan seperti biasanya. Dua hari sudah berada di rumah sejak pulang dari rumah sakit, Nada masih belum diperbolehkan masuk kerja oleh Ethan. Bahkan dia sendiri pun tidak masuk kerja, alias kerja di rumah. Yang repot ya Vidor. Asistennya itu harus bolak balik perusahaan dan rumah mereka hanya untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada hubungannya dengan tanda tangan dan pemikiran Ethan."Aku mau masak sarapan." Nada menolak untuk kembali tidur."Mulai hari ini aku yang akan masak sarapan untuk kita, untuk calon baby kita." Ethan kembali menyentuh pundak Nada dan menuntunnya kembali berbaring. Namun, Nada bukan wanita malas yang suka bangun siang dan terbaring di tempat tidur menunggu matahari tinggi. Tubuhnya akan terasa pegal dan lelah bila dia tidak segera beranjak dari tempat tidur."Ethan." Nada kembali bangun dan duduk. Kali ini menunjukkan wajah garang karena
"Jangan hiraukan dia, Sayang!" Ethan berajalan mendekati Nada, lalu mengambil ponselnya dan mematikan, lalu meletakkan kembali di atas meja. Setelah itu, dia kembali mencari pakaian untuk Nada.Karena kesal, ada nama Danica dalam ponsel suaminya dan Ethan tidak memberinya penjelasan, tapi malah mematikan ponselnya, Nada segera bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati lemari. Mengabaikan pakaian yang dipilihkan Ethan, mencari sendiri pakaiannya dengan wajah kesal, marah dan cemburu itu pasti."Sayang, aku sudah mengambilkanmu pakaian." Ethan terkejut melihat apa yang dilakukan Nada. Dia sama sekali tidak menyangka bila apa yang dilakukannya hanya karena nama Danica, istrinya itu marah, bahkan mengabaikannya."Aku bisa ambil sendiri," jawabnya ketus tanpa melihat Ethan.Ethan termangu. Bibirnya kelu. Seketika tubuhnya membeku. Mengetahui istrinya marah karena cemburu, Ethan tidak segera mendekatinya, tapi memberi waktu untuk istrinya tenggelam sebentar dalam rasa kesalnya.Setela
"Hei, barangku mau dibawa ke mana?" seru Nada.Baru juga masuk ke dalam ruang kerjanya, Nada dikejutkan oleh dua pria yang mengemasi barangnya, dokumen dan beberapa lembar kerjanya, termasuk beberapa desain miliknya. Nada langsung bergegas mendekati mereka dan berusaha mencegah mereka memasukkan dan mengangkut barangnya."Hei, jangan bawa barangku!" Rupanya kedua pria tadi tidak mendengar seruannya, makanya tidak menghentikan kerjanya. Mungkin karena serius bekerja menjalankan perintah dengan baik dan benar."Nyonya," sapa salah satu dari mereka kaget melihat keberadaan Nada di depan mereka."Mau kalian bawa ke mana barang dan pekerjaanku?" tanyanya dengan kesal dan mata melotot. Kedua tangannya berkacak pinggang.Dua pria itu saling beradu pandang, lalu kembali melihat Nada."Maaf, Nyonya. Kami hanya menjalankan perintah saja," jawab salah satu dari mereka."Perintah?""Benar, Nyonya."Nada menurunkan kedua tangannya bersamaan dengan menurunkan emosinya. Dia mengerti dan paham perin
"Sayang, aku pergi dulu. Kamu jaga diri dan jangan terlalu lelah bekerja! Kalau lelah, istirahat di ruanganku saja!" ucap Ethan saat mengantar Nada bekerja sampai di ruangannya.Pagi ini Ethan akan pergi bersama Vidor untuk menyelesaikan masalah pekerjaan yang lain. Dia tidak bisa menjanjikan akan pulang siang atau sore, hanya saja Ethan telah memberi pesan pada Serly untuk menjaga istrinya."Iya. Nanti kalau aku ngantuk, aku ke sana dan tidur," jawab Nada. Pagi ini dia menjadi penurut dan bersikap manis. Nada seperti Nada seperti biasanya menunjukkan pengertian.Ethan tersenyum sembari menyentuh wajah Nada."Andai semua pekerjaan bisa dilakukan di tempat saja, rasanya aku ingin 24 jam bersamamu," ucap Ethan dengan tatapan penuh daya tarik."Jangan terlalu lebay, Ethan! Istrimu ini bukan wanita lemah yang setiap saat harus kamu jaga."Nada pun membalas ucapan Ethan dengan cubitan pada ujung hidung Ethan. Karena saat ini mereka sedang berdiri dengan kedua tangan Nada melingkar pada leh