"Aku-" Perkataan Nada terhenti ketika Ethan memegang dan menggenggam tangannya.
Nada terdiam dengan sorot mata lekat memperhatikan pria tampan dengan penampilan sederhana di hadapannya yang mengakuinya sebagai istri. Bagaimana detak jantungnya? Jangan ditanya! Sebagai wanita normal, detak jantung Nada jelas meningkat dan berpacu sedikit cepat dari irama normal.Pada akhirnya keduanya saling beradu pandang dan tidak lagi menghiraukan orang lalu-lalang melintasi mereka. Meski tempat mereka berdiri saat ini adalah sebuah gang, tetapi jalanan kecil itu tidak bisa dikatakan sepi. Apalagi saat ini jam pulang kerja, di mana sebagian pekerja sedang melakukan perjalanan pulang."Biar aku bawakan." Ethan membuyarkan pandangnya mereka dengan mengambil alih tas tangan Nada."Tidak perlu!"Nada awalnya menolak dan melarang, tapi Ethan telah berhasil mengambil alih tasnya dan tidak lagi mau memberikan tas itu padanya, hingga akhirnya Nada pun terdiam dan pasrah. Dia tidak ingiNada telah membuat Ethan tidak bisa berkata-kata lagi, bahkan wajahnya terasa panas karena sentuhan tangan lembutnya. Ethan memaki dalam hati, bisa-bisanya Nada masih bertanya padanya, ada apa dengan wajahnya? Bahkan Nada sendiri yang telah membuat wajahnya terasa panas dan merah.Bukan hanya memaki Nada saja, tetapi Ethan juga memaki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia gugup sampai wajahnya merona hanya karena sentuhan lembut dan perhatian Nada."Tidak, aku tidak sakit." Ethan dengan cepat mengelak dengan menyentuh lembut punggung tangan Nada yang masih nempel di wajahnya. Kini Ethan malah meresponnya baik untuk menghilangkan rasa gugup yang sudah terlanjur terlihat oleh Nada.Baru kali ini dia kalah pada Nada. Biasanya dia yang menggoda Nada dan senang membuat wajah istrinya itu merona karena tersipu malu, tapi sore ini dia yang mengalami semua itu. Untungnya Ethan seperti bunglon, dengan cepat dia bisa mengubah aura wajahnya dan kembali menjadi pria yang cuek dan t
"Jangan kabur!" Ethan marah.Saat pria itu menabrak dirinya dan hampir jatuh, hal itu masih bisa dimaklumi dan dibiarkan, tapi pria itu telah menabrak Nada dan hampir membuat istrinya jatuh. Ethan tidak bisa diam saja. Setelah menangkap dan memastikan Nada aman, Ethan bermaksud ingin mengejar dan memberi pelajaran pada pria itu, tapi ...."Ethan, tidak perlu." Nada menahan dengan menarik tangannya. Dengan gerakan kepala menggeleng, Nada memperkuat larangannya."Tapi dia hampir mencelakaimu," protesnya."Tidak, bukankah kamu telah membantuku? Mungkin dia sedang buru-buru." Nada menenangkan dan meyakinkan Ethan untuk mengurungkan niatnya.Ethan menghela napas panjang. Nada tidak seperti yang dia dengar dan seharusnya istrinya itu menbiarkan dia mengejar dan memberi pelajaran setimpal atas apa yang telah dialaminya. Wanita yang dinikahinya itu bukan wanita yang egois dan pendendam.Mereka kembali melanjutkan perjalanan sesuai dengan tujuan setelah Ethan menenang
Ethan dan Nada langsung menghentikan tawa jenaka mereka dan menoleh ke sumber suara."Wuih, biasa saja dong mukanya. Nggak usah kaget begitu!" seloroh Danica menunjukkan wajah menghina.Nada mengarahkan pandangnya pada Ethan sejenak. Laki-laki di sampingnya itu memiliki wajah yang tenang dan tampak sangat santai. Ethan seperti tidak terpengaruh sama sekali pada keberadaan Danica dan pengihanaan Danica yang meremehkan mereka.Ethan hanya menanggapi dan membalas tatapan Nada dengan sorot mata dingin. Bisa dikatakan tidak mengandung arti apa pun yang dikatakan untuk Nada. Melihat Ethan tampak tenang, Nada pun menghela napas panjang. Dia melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Ethan, lalu kembali mengarahkan sorot mata pada Danica bersama seorang pria. Sepertinya pria itu pacar baru Danica.Melihat Nada dan Ethan diam, malah terlihat santai menanggapi ucapannya, Danica tidak menyerah."Nada, kenapa makananmu dari dulu tidak pernah berubah? Kembang gula
"Maaf, Tuan. Saya terlambat datang."Ethan mengangguk pelan."Sebaiknya kita pulang," ajak Ethan pada Nada.Ethan dengan lembut menuntun Nada untuk mendekati mobil mewah itu, tapi baru satu langkah kaki mereka bergerak, tiba-tiba ...."Punya uang dari mana kamu menyewa mobil mewah itu? Paling-paling juga setelah beberapa meter dari sini, kalian turun lagi dan tanpa sepengetahuan kami, kalian jalan kaki," hina Danica.Penghinaan ini mampu membuat Ethan dan Nada menghentikan langkah mereka. Keduanya langsung menoleh. Ethan menatap geram dan marah atas penghinaan Danica yang diberikan pada Nada."Ethan, apa yang dikatakannya benar. Kita jalan kaki saja dan naik kereta," ucap Nada lesu.Ethan merangkul pundak Nada dan mengusapnya lembut. Jarak tubuh mereka sangat rapat. Ethan menguatkan dan menghibur Nada lewat usapan tangannya."Benar, bukan yang aku katakan? Orang miskin sepertimu, tidak pantas naik mobil mewah itu. Atau jangan-jangan, demi menjaga geng
Perjalanan naik bus ke perusahaan yang terletak di pusat ibu kota membuat Nada merasakan lelah. Apalagi dia harus bangun sangat pagi, menyiapkan sarapan dan harus berangkat pagi agar tidak tertinggal bus, tenaganya terkuras.Untuk menghilangkan rasa lelah dan kantuk pada wajahnya, Nada beranjak dari duduknya dan berjalan menuju toilet. Dia ingin mencuci wajah dan menambahkan riasan tipis agar tampak lebih segar."Hei, bukankah ini karyawan baru?" Nada dikejutkan oleh suara seorang wanita di sampingnya. Dia pun mengangkat wajah basahnya dan menoleh ke sumber suara."Kamu karyawan baru?" tanya wanita itu lagi."Ya. Perkenalkan, aku Nada!" Nada dengan ramah memperkenalkan dirinya. Dia juga mengulurkan tangan pada wanita itu setelah mengeringkan air pada wajahnya.Entah salah apa yang telah dia perbuat pada wanita itu. Dia sendiri merasa tidak pernah bertemu dan tidak mengenalnya, tapi saat melihatnya, mata dan ekspresi wajah wanita itu tampak tidak menyukainya.
Sama seperti hari kemarin. Hari ini pekerjaan Nada sangat sibuk, bahkan untuk makan siang saja, Nada sampai terlambat. Kalau bukan karena Mery yang mengajak dan menghentikan pekerjaannya, bisa jadi sampai sore Nada melupakan hal penting itu.Setelah makan siang, Nada kembali sibuk dengan desain-desain yang harus dia selesaikan. Apalagi Ike dengan sengaja melimpahkan tugasnya. Dia tau wanita itu melakukan hal ini karena ingin membalaskan dendam Erin. Kalau bukan karena Mery dan tidak ingin mencari keributan, Nada pasti tidak akan mengerjakan apa yang diinginkan Ike.Hari ini sepertinya dia akan terlambat pulang lagi, tapi kali ini bukan karena desain dari Ike. Nada ingin menyelesaikan desain dari pemikirannya sendiri."Nada, belum pulang?" sapa James mendekati meja kerja Nada dengan sorot mata heran. James penasaran kenapa Nada masih sibuk di saat yang telah pulang."Hei, James," sapa balik Nada sembari melayangkan perhatiannya pada James sebentar, lalu kembali p
"Tuan, kamu mendengar apa yang diinginkan istriku?" Ethan berbicara pada makelar dengan kedipan mata tipis-tipis agar tidak terlihat oleh Nada.Makelar itu tampak sedikit gugup dan kaget atas ucapan dan kode yang diberikan oleh Ethan. Masalahnya pria itu adalah anak buah Ethan yang menyamar sebagai makelar. Mereka pikir Nada akan percaya begitu saja pada sandiwara mereka dan tidak banyak tanya tentang apartemen itu.Dugaan mereka, khususnya Ethan salah besar. Istrinya itu ternyata lebih cermat dan memiliki perhitungan yang matang sebelum mengambil keputusan. Seharusnya Ethan sudah tidak kaget lagi karena selama beberapa waktu tinggal bersama Nada, wanita yang didengarnya adalah wanita glamour dan matre, Nada telah beberapa kali menunjukkan sikap berbanding terbalik dengan apa yang dia dengar."Kebetulan pemiliknya sudah tidak tinggal di sini. Biar aku coba hubungi," jawab pria yang berperan sebagai makelar.Pria itu mengambil ponselnya dan berjalan ke luar apartemen
Perasaan gugup dan terpesona yang merasuki diri Nada pun demikian. Melihat wajah tampan di hadapannya semakin mendekat, wajahnya semakin terasa panas dan gerah. Deburan ombak dalam dirinya pun semakin menghantam."Aku ... aku kebelet pipis." Nada dengan cepat menghindarkan wajahnya ke arah samping ketika ujung hidung mereka yang sama-sama mancung hampir bertemu.Ethan pun akhirnya tersadar dari rasa hanyutnya. Dia merasa malu dan mengutuk diri sendiri. Untungnya Ethan adalah rajanya ekspresi wajah. Dengan pandai dia menyembunyikan perasaan itu di balik topeng tenang berbalut senyum tipis."Pantas saja hidungmu berkeringat," lirih Ethan.Dasar Ethan selalu mencari gara-gara dan memancing di air yang keruh. Seharusnya dia bisa dengan mudah melepaskan Nada dan membiarkan istrinya itu pergi ke kamar mandi. Sayangnya hal itu tidak dia lakukan.Dengan lembut jemari Ethan mendekati wajah Nada. Sebelum mengusap lembut keringat di ujung hidung Nada, terlebih dahulu jemari