"Ethan, jangan lakukan ini! Jangan ganggu aku!" Nada kaget ketika tiba-tiba Ethan memeluk pinggangnya dari belakang dan langsung meletakkan dagu di atas pundak di saat dia sedang memotong sayuran untuk sarapan pagi ini. Dia kesal karena Ethan mengejutkannya dan jarinya hampir terpotong, namun bahagia juga karena mendapat sapaan pagi dengan peluk dan cium dari suami tercinta."Lepaskan, Ethan!" Nada berusaha melepaskan tangan Ethan dari perutnya."Biarkan begini, Sayang. Aku merindukanmu," lirih Ethan dengan malas. Matanya terpejam."Aku tidak bisa masak kalau kamu begini.""Bisa. Anggap saja aku tidak ada!" Lagi-lagi Ethan berkata seperti orang ngelindur saat tidur.Nada mendengus panjang. Percuma mengusir dan bicara pada suaminya yang sedang manja-manjanya karena bisa dikatakan kehidupan mereka beberapa hari ini seperti pengantin baru yang baru menikah, mereka sedang kasmaran. Jadi, tidak mungkin Nada marah dengan sikap dan tingkah Ethan.Pagi yang sangat indah untuk pasangan muda
"Ethan, apa aku terlihat cantik?" Nada tidak percaya diri dan sangat gugup. Dia berdiri di depan cermin besar sembari memperhatikan dirinya sendiri.Casual bodycon dress tanpa lengan, dengan salah satu bagian pundaknya terbuka yang dipakai Nada malam ini jelas semakin memperindah lekuk tubuhnya, terlebih warnanya yang gelap berpadu dengan warna kulit Nada yang mulus dan bersih membuat pesonanya terpancar. Dress panjang dengan belahan hingga setengah paha memperlihatkan kaki jenjangnya yang menawan. Dipadu dengan high heels yang memiliki warna senada dan memperlihatkan jemari indah kaki Nada semakin membuat Nada tampil sangat cantik dan anggun. Ethan yang juga sedang merapikan penampilannya, saat mendengar pertanyaan istrinya, pria itu langsung menoleh dan berjalan mendekat. Dengan lembut menyentuh kedua sisi pundak Nada, lalu membawanya berputar saling berhadapan.Aura kecantikan Nada mampu menghipnotis Ethan. Dipadu dengan rambut halusnya dibiarkan tergerai dengan ujung sedikit ber
"Kak, aku tidak bermaksud seperti itu." Erina bangun dari duduknya, mendekati Ethan dan bergelayut manja pada lengan Ethan."Jangan panggil aku kakak kalau kamu tidak bisa menghargai Nada sebagai istriku!" Ethan dengan tegas menepis tangan Erina."Kak!" Erina terkejut mendapat penolakan Ethan. Wajahnya cemberut dengan tatapan kesal. Sayangnya, espresi yang dia pikir imut dan dapat meluluhkan hati Ethan sama sekali tidak berlaku saat ini. Setelah menepis tangannya, Ethan segera mengajak Nada duduk. Saat Ethan menarik kursi untuk Nada, tiba-tiba ...."Aku mau duduk di sini." Tiba-tiba Erina kembali membuat ulah. Melihat Ethan menuntun Nada duduk di depan tempat dia duduk tadi, Erina langsung menyerobot dan duduk di sana. Padahal dia sudah memiliki tempat duduk sendiri, di samping Syahna, mamanya.Erina melakukan itu karena dia ingin duduk di samping Ethan, karena bagaimanapun Ethan pasti duduk di dekat Michael. Dia tidak mau Nada duduk di samping Ethan, dia tidak menyukai Nada.Melih
"Kak, aku ikut kalian," ucap Erina menyusul langkah Ethan dan Nada.Ethan dan Nada tercengang. Keduanya menghentikan langkah, lalu saling beradu pandang mendengar permintaan Erina saat mereka hendak pulang. Apa yang dipikirkan Ethan tidak jauh beda dengan apa yang dipikirkan Nada. Mereka sama-sama geram dengan tingkah Erina selama mereka makan."Apa aku tidak salah dengar?" Ethan mencondongkan tubuh ke arah Erina."Tidak, Kak." Erina kembali mendekati Ethan dan lagi-lagi melingkarkan tangannya pada lengan Ethan, padahal sudah ada tangan Nada di sana, tetapi Erina menyingkirkan tangan Nada dan mengganti dengan tangannya."Aku ingin menginap di rumahmu," sambungnya dengan ekspresi manja.Ethan segera menepis dan melepaskan tangannya. Kembali meraih tangan Nada dan menggenggamnya."Apa kamu tidak memandang istriku?" tanyanya sembari melihat Nada dan tersenyum tipis."Hanya menginap saja. Bukankah kita adik kakak? Kenapa aku harus izin padanya?" Erina menunjukkan ekspresi tidak suka pada
"Ethan, buruan bangun!" Nada mengguncang tubuh Ethan."Bentar lagi, Sayang.""Ethan, ini sudah siang. Kita harus segera pulang. Aku harus kerja." Nada merasa tidak tenang karena hari sudah mulai siang dan dia akan terlambat datang ke perusahaan.Ethan yang masih meringkuk dalam selimut tebal membuka mata mendengar alasan Nada atas kecemasannya, lalu memandangi wajah istrinya dengan beku. Sesaat kemudian senyum manis mengembang pada bibirnya. Tanpa berkata-kata, Ethan mengulurkan tangan dan menarik Nada hingga jatuh di atas tubuhnya. Dengan erat Ethan memeluk dan mengunci pinggang Nada."Ethan, lepaskan!" Nada memberontak."Sayang, hari ini tidak perlu bekerja," ucap Ethan dengan suara lembut."Tidak bisa, Ethan. Kalau aku tidak bekerja, maka perusahaan akan memotong gajiku."Mata Ethan membuka lebar mendengar jawaban istrinya. Memang benar apa yang dikatakan Nada, di perusahaannya memang menerapkan aturan itu. Setiap karyawan yang tidak masuk kerja dadakan atau izin tidak jelas di lua
"Kak! Kakak!" panggil Erina sembari mengetuk pintu kamar di mana Ethan membawa pergi Nada.Erina kesal dan geram karena dua sejoli itu meninggalkannya tanpa memberitahu di mana dia harus tidur. Terlebih dia tidak membawa pakaian ganti. Tidak mungkin dia tidur menggunakan pakaiannya saat ini. Pakaian itu terlalu mini dan terbuka untuk dipakai tidur malam."Kak, aku tidur di mana?" Suaranya kembali terdengar nyaring bercampur kesal.Bukan jawaban yang dia dapat, melainkan suara syahdu dan merdu dua sejoli memadu kasih. Bahkan sesekali Erina mendengar suara manja Nada untuk Ethan. Mendengar hal itu, bukan hanya telinga yang terasa panas, melainkan hatinya juga ikut terbakar."Dasar wanita murahan!" makinya sembari memukul pintu kamar. "Licik sekali wanita itu! Hanya mendesah seperti itu, aku juga seharusnya bisa." Erina kesal. Dia pikir dengan datang ke rumah Ethan, dia dapat mencari perhatian Ethan dan merayunya agar mau kembali pulang dan tinggal bersama keluarganya, bersamanya. Terny
"Erina, kenapa matamu?" Ethan kaget saat pagi-pagi melihat ada lingkaran hitam tebal pada mata Erina. Sorot matanya pun sayu dan terlihat masih mengantuk berat, tapi dipaksakan untuk terbangun. Sembari bertanya pada Erina, Ethan mengarahkan ekor matanya pada Nada. Saat tatap mereka beradu, keduanya sama-sama menahan tawa dalam hati. Cepat-cepat Nada menghindari tatapan Ethan dan kembali mempersibuk diri menyelesaikan hidangan sarapan pagi di atas meja. Dia takut tidak bisa menahan tawa bila terus melihat wajah Erina yang kurang tidur.Melihat Ethan dan Nada memberikan gerak-gerik menyebalkan, Erina langsung menjatuhkan diri dan duduk dengan kesal di depan Ethan. Wajahnya cemberut dengan bibir manyun, bola matanya beredar antara Ethan dan Nada, namun saat melihat Nada, sorot mata itu tampak sinis penuh kebencian.Bagaimana tidak kesal? Semalam mereka tidak memberinya kamar untuk tidur sehingga harus tidur di sofa. Saat malam Nada mendekatinya, dia pikir akan memintanya pindah ke kama
Dengan rasa penasaran, Nada berjalan dan pergi ke ruang tamu perusahaan. Karena merasa tidak memiliki janji dengan siapa pun, dia pun melambatkan langkahnya ketika telah mendekati ruang tamu itu. Ada keraguan dalam dirinya yang datang secara tiba-tiba.Tanpa berniat masuk dan menemuinya, Nada menghentikan langkah tepat di depan pintu yang tidak tertutup rapat sehingga dia dapat melihat ke dalam dan memastikan siapa yang mencarinya. Mengintai seperti ingin mencuri, Nada menajamkan pandangnya ke arah dalam. Jantungnya berdetak lebih cepat dengan sudut bibir berkedut setelah melihat siapa yang mencarinya. Sejak awal tidak berniat menemui tamunya, setelah mengetahui siapa yang mencarinya, niat itu masih belum ada. Bahkan sama sekali tidak akan menemuinya.Nada berputar dengan cepat dan berbalik, lalu berjalan pergi dan berniat kembali ke ruang kerjanya. Hanya saja sebelum benar-benar pergi, terlebih dahulu dia mampir ke bagian informasi perusahaan dan memberikan pesan pada petugas."Non