Mayumi kembali sambil membawa nampan dengan gelas berkaki berisi minuman. Dia membawanya pada tamu yang sampai saat ini masih mengobrol dengan tuan rumah. Sementara Grace dan Frans, Mayumi tidak melihatnya. Mungkin mereka sedang menghabiskan waktu berdua di tempat lain, begitu pikir Mayumi.“Menurutmu apa Frans dan Grace akan menikah?” tanya Jessy yang masih duduk bersama Drako.“Aku tidak tahu.”“Sepertinya Frans memang tidak mencintai Grace sama sekali,” ucap Jessy lagi. “Aku rasa Frans masih belum bisa melupakan Rose.”Drako masih mencoba untuk tidak peduli dengan kalimat itu. Tidak jauh di sampingnya, Rachel ikut bicara. Wanita itu meneguk lebih dulu minumannya.“Cinta pertama memang terkadang sangat sulit untuk dilupakan.”“Benar juga,” sahut Jessy. “Rose itu cinta pertama Frans, tapi malan Rose lebih mencintai kamu.” Tatapan Jessy kini mengarah pada Drako yang masih terdiam acuh.“Kamu sedang tidak berniat berselingkuh dari Jessy kan?” tanya Rachel dengan nada menyelidik.
Mayumi merentangkan kedua tangannya sambil menguap. Dia kemudian mengerjap-ngerjapkan kedua matanya sebelum akhirnya membelalak dan spontan terduduk.“Astaga!” dengan cepat Mayumi kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang ternyata polos tidak berpakaian.“Apa yang sudah terjadi?” pekik Mayumi kemudian. Mayumi menyapu mengangkat selimut dan menundukkan kepala masuk ke dalam selimut. Benar, dirinya tidak memakai apa pun sekarang.“Semalam ….” Mayumi terbengong seraya mencoba mengingat-ingat kejadian semalam.“Kamu sudah bangun?”Mayumi kembali terperanjat mendengar suara dari arah kamar mandi. Frans muncul dari dalam sana hanya mengenakan handuk yang melingkar pada pinggangnya seperti biasa. Mayumi sudah tidak terlalu kaget, tapi saat ini kondisinya sedang berbeda. Di sini, di atas ranjang Mayumi hanya tertutup selimut.“Tu-Tuan ….”Frans melempar handuk satunya ke arah keranjang yang ada di dekat pintu kamar mandi. “Tidak usah khawatir. Semalam, Emely yang membantu ka
“Kenapa wajahmu berubah kusut begitu tadi?” tanya Jessy.Drako diam saja dan masih focus menyetir. Meski begitu, sebenarnya pikiran dia sedang terbang entah ke mana. “Apa kamu cemburu melihat Frans dengan pelayan itu?” tanya Jessy lagi.Drako menoleh sekilas. “Apa maksud kamu? Aku sedang tidak mood untuk bicara hal yang tidak penting sekarang.”Jessy tersenyum miring kemudian mencangklong tasnya. Dia menoleh ke arah Drako dan menatapnya datar. “Aku tahu seperti apa kamu, Drako. Kamu akan coba mengambil apa yang menjadi milik Frans.”Drako menelan ludah tapi tetap mencoba tenang dan seolah tidak peduli. Dan Ketika mobil sudah menepi dan Jessy sudah turun, Drako kembali melaju tanpa mengucapkan kalimat sepatah pun.“Brengsek!” umpat Jessy sambil menendang jalan beraspal. “Apa istimewanya pelayan itu sampai kamu juga mau mengambilnya?”Jessy sudah terlalu dibuat kesal hari ini. Kelakuan dan sikap Drako benar-benar sudah membuatnya ingin menyerah saja. Mencintai orang yang tidak b
Saking kesal dan kecewanya melihat sang suami bercinta dengan Wanita lain, Rachel langsung berlari ke luar meninggalkan hotel. Dia bahkan sampai melupakan teman kencannya sendiri. Perlakuan sama, tapi terkadang tidak ada yang mau disalahkan. Andai kata Johny tahi sang istri juga sedang berkencan, tentu ia akan marah, tapi sayangnya nasib sial malah menimpanya.Jessy yang masih di dalam kamar hotel, sudah kembali memakai pakaiannya. Dia menata rambutnya yang berantakan di depan cermin. Sudah sedari tadi ia mengomel tanpa ada lawan bicaranya sejak ditinggal begitu saja oleh Johny. Tadi pria tolol itu berlari hanya memakai celana kolor, lalu kembali dan memakai pakaiannya lalu pergi begitu saja.“Aku malah senang karena akhirnya Bibi Rachel tahu. Biar para lelaki itu bisa memutuskan akan memilih aku atau tidak.”Setelah tampilannya sudah kembali rapi, barulah Jessy meninggalkan kamar tersebut. Entah ke mana dia akan pergi, mungkin menuju restoran untuk makan siang.“Brengsek kamu!” s
Sekitar pukul Sembilan pagi—saat rumah kosong—Sarah menemui Mayumi. Sarah mengajak Mayumi mengobrol di taman belakang karena kebetulan memang Mayumi sedang ada di sana menyapu dan merapikan tanaman.“Aku tidak mengganggumu, kan?”Mayumi tidak keberatan, tapi ia hanya merasa gugup sekarang. Tidak perlu bertanya, Mayumi tahu apa yang pasti akan dibicarakan Nyonya besarnya itu. Intinya Mayumi tidak bisa menghindar sekarang.“Tidak, Nyonya.” Mayumi membungkuk sopan masih sambil memegangi sapunya.“Kemari sebentar.” Sarah melambai satu tangan, lalu menepuk kursi kosong di sampingnya. “Aku ingin bicara dengan kamu.”Mayumi menelan ludah. Wajah ramah Nyonya besarnya itu tampak begitu serius. Mayumi meletakan sapu dan gunting tanaman di tempat semula ia berdiri lalu melangkah mendekat. Mayumi tidak duduk di kursi, melainkan di atas rerumputan.“Duduk saja di atas,” ucap Sarah.Mayumi tersenyum. “Tidak, Nyonya. Akan tidak sopan kalau aku duduk sejajar dengan majikanku. Tidak enak diliha
Johny membungakan mulut Mayumi menggunakan satu telapak tangannya, sementara satu tangannya lagi masih melingkar erat pada perut Mayumi. Mayumi sudah mulai menangis, tapi Johny tidak kunjung melepaskannya. Beberapa kali Mayumi berteriak tadi, tetap saja tidak ada orang yang datang.“Diam atau aku akan melakukan lebih dari ini,” bisikan penuh ancaman itu kembali Mayumi dengar.Tidak peduli bagaimana perut terasa sakit karena dekapan yang begitu kuat, Mayumi terus coba memberontak. Dia masih belum bisa berteriak karena mulutnya masih didekap. Tidak lama setelah itu. Johny memutar tubuh Mayumi dan melemparnya di atas ranjang. Johny menarik dasi yang ia kenakan, lalu dengan cepat ia ikatkan pada mulut Mayumi supaya tidak berteriak saat dirinya mulai beraksi.Mayumi terus mencoba untuk membuka mulutnya meski ia hanya bisa mengeluarkan suara erangan yang tidak kuat. Di bawah—sementara kedua tangan sudah diikat menggunakan kemeja—Mayumi menendang-nendang kedua kakinya berharap bisa terle
Semua orang menatap Mayumi dengan iba. Tatapan mereka semua seolah tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Namun, dari pengakuan dan cara bicara Johny dan Rachel, membuat mereka menggelengkan kepala. Di sini, Jeff sangat percaya kalau Mayumi sudah melakukan hal itu pada Johny, tapi Sarah justru tidak terlalu percaya. Entah kenapa hati dia mengatakan, tidak.Peter yang sebenarnya tahu, dia enggan bicara. Bocah itu selalu mencari aman. Sekarang pun setelah melihat perdebatan yang belum usai itu, Pete memilih menghindar atau pergi saja. Sementara Drako, dia juga tidak sepenuhnya percaya.Sambil menatap Mayumi yang masih duduk di lantai sambil menunduk, Drako berkata, “Apa kamu benar-benar melakukan itu, Mayumi?”“Kenapa kamu harus bertanya itu?” tanya Johny dengan nada menyalak. “ Kamu tidak mempercayai ayah?”Drako mendesah lalu menatap ayahnya. “kita semua juga butuh penjelasan dari Mayumi, kan?”Ketika Jeff akan maju dan mau bicara, dengan cepat Sarah menariknya. Sarah berk
Dua hari setelah kepergian Mayumi dari rumah ini, rumah kembali terlihat seperti biasanya. Hanya sedikit terlihat berbeda antara Johny dan Rachel. Mereka berdua masih saja saling diam bahkan terlihat tidak saling menyapa. Yang lain pikir mungkin karena masalah dua hari yang lalu.“Aku tidak melihat Jessy akhir-akhir ini,” kata Sarah. “Kalian baik-baik saja kan?”Drako mengangkat wajah sambil masih mengunyah makanannya. “Aku dan dia sudah berakhir.”Mereka semua langsung tercengang kecuali Johny dan Rachel.“Kenapa? Kupikir kalian akan segera menikah?”“Aku masih belum memikirkan tentang pernikahan. Dan lagi, Jessy sepertinya kurang cocok denganku.”Saat ini Drako belum tahu hubungan antara Jessy dengan ayahnya. Drako mungkin tidak akan peduli karena pada dasarnya dia sendiri sudah bosan dengan Jessy. Wanita itu selalu hidup mewah dan kurang mandiri.Lucu sekali, dulu Drako tidak terlalu mementingkan akan hal itu. Asal cantik dan bisa memuaskan, maka itulah Wanita yang tepat. Na