“Bagus, sudah berani pulang diantar pria lain?”Kania yang baru saja masuk kedalam rumah langsung dikejutkan dengan keberadaan mama mertuanya. Wanita itu baru saja pulang dengan diantar oleh Naren setelah keduanya selesai bercerita di cafe sepulang dari kantor tadi.“Siapa yang barusaja mengantarmu pulang? Jadi seperti ini kelakuanmu kalau suamimu tidak ada dirumah? Bebas pergi dengan pria lain.”“Mama salah paham, tadi itu Naren yang anterin Kania pulang. Kebetulan Naren kerja dikantor mas Raga jadi dia nawarin buat antar pulang.”“Cih alasan. Kenapa tidak pulang dengan suamimu? Bahkan suamimu juga sekantor denganmu. Bilang saja kalau kamu ini memang gatal suka pergi dengan pria lain.” Tepat setelah mengatakan hal ini nyonya Anggun langsung melangkahkan kakinya pergi.Kania hanya bisa menghela napasnya panjang. Ibu mertuanya selalu saja menuduhnya yang tidak-tidak. Ingin menjelaskannya pun percuma, wanita paruh baya itu tidak akan pernah percaya karena Kania selalu saja salah di mata
Saat ini Kania sedang dalam perjalanan menuju kantor bersama Raga. Selama perjalanan Kania tidak berhenti tersenyum mengingat dirinya dan Raga sudah melakukan kewajiban yang biasanya dilakukan sepasang suami istri. Menyadari istrinya sejak tadi tidak berhenti tersenyum membuat Raga langsung menoleh. “Ngapain kamu sejak tadi tersenyum terus? Seneng ya lihat aku kena amukan papa tadi pagi?” Tanyanya kemudian. Raga merasa jika alasan yang membuat Kania sejak tadi tidak bisa berhenti tersenyum adalah karena melihatnya mendapat amukan dari papanya tadi pagi.“Nggak kok. Mas Raga lupa ya apa yang sudah terjadi semalam?”“Apa? Oh jangan bilang kamu yang sudah mengadu ke papa kalau aku pulang mabuk?” Mendapat tuduhan seperti itu lantas Kania langsung menggeleng. Wanita itu berani bersumpah jika bukan dirinya yang memberitahu tuan Salim. Bahkan Kania juga bingung kenapa tuan Salim bisa tahu kalau semalam Raga pulang dalam keadaan mabuk karena seingatnya ia sudah membawa Raga kekamar dengan a
“Beresin kerjaanmu, aku tunggu dimobil!”Kania yang tadinya sedang fokus mengerjakan pekerjaannya dibuat kaget saat tiba-tiba Raga masuk kedalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Dengan tatapan bingung Kania melirik jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 9 pagi. Bukankah masih cukup lama untuk jam istirahat? Lalu kenapa tiba-tiba suaminya memintanya membereskan pekerjaannya dan menunggunya di mobil? Pikir Kania.“Mau kemana mas? Ini masih pagi untuk jam makan siang.”“Bisa tidak turuti saja perintahku tanpa bertanya? Aku kasih waktu 5 menit, kamu sudah harus menyusul ke mobil.” Tepat setelah mengatakan hal ini Raga langsung melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Kania, meninggalkan Kania yang tampak masih kebingungan memikirkan kenapa suaminya memintanya untuk segera membereskan pekerjaannya sekarang juga.Beberapa saat yang lalu tuan Salim mendatangi Raga diruangannya. Melihat kedatangan papanya tentunya membuat Raga cukup terkejut. Pria itu takut papanya masih in
“Mas Raga kemana sih daritadi dihubungin nggak bisa. Dikantor juga nggak ada lagi tadi!”Sejak tadi Kezia tidak bisa berhenti mengomel karena Raga sangat sulit dihubungi. Siang tadi wanita itu sudah sempat mendatangi kantor Raga tapi ternyata Raga tidak ada disana.“Aneh, nggak biasanya mas Raga susah dihubungin. Apa jangan-jangan dia sengaja ngehindarin aku karena nggak mau tanggung jawab nikahin aku?”Seketika semua pikiran-pikiran buruk pun keluar dari isi kepala Kezia. Wanita itu takut jika dugaannya itu benar, tentang Raga yang sengaja menghindar agar tidak jadi menikahinya.“Apa aku kerumahnya saja? Tapi kalau sampai pak tua itu lihat aku datang kerumahnya yang ada aku bisa diusir. Ckk mas Raga juga kemana sih!”:::Ditempat lain tepat pukul 10 malam Raga dan Kania akhirnya sampai dikampung halaman tempat kedua orang tua Kania tinggal. Hampir 10 jam lamanya keduanya menempuh perjalanan dari Jakarta dengan menggunakan mobil. Sebenarnya bisa saja mereka pergi naik kereta atau pes
“Mas Raga mau kemana? Ini sudah malam loh.”Sekitar 1 jam yang lalu Raga dan Kania baru saja sampai di Jakarta. Mereka sampai pukul 7 malam, dan sekarang setelah waktu menunjukkan hampir jam 8 malam Kania melihat suaminya sudah berpakaian rapi dan terlihat ingin pergi. Melihat hal itu Kania pun langsung bertanya kemana suaminya itu akan pergi malam-malam begini.“Aku ada urusan diluar sebentar, nanti tidur duluan saja tidak usah menungguku.”“Urusan apa? Mas mau menemui Kezia kan?” Tanya Kania dengan tatapan penuh kecurigaan.Bukannya ingin memfitnah suaminya atau menuduh tanpa alasan, tadi saat Raga sedang berada dikamar mandi, Kania sempat melihat ada cukup banyak panggilan dan pesan yang masuk dari Kezia tepat saat ponsel suaminya itu sedang di charger. Kania yakin sekarang suaminya pasti ingin menemui Kezia dengan dalih ada urusan diluar.“Kita baru sampai, mas Raga juga pasti capek nyetir seharian. Sebaiknya besok saja temuin Kezia nya, sekarang mas Raga istirahat karena besok ju
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah 1 bulan berlalu sejak Raga dan Kania pulang dari kampung halaman rumah orang tua Kania. Semenjak itu sikap Raga jadi berubah semakin dingin pada Kania. Bukan hanya Kania, Kezia pun juga mendapat perlakuan dingin dari pria itu.Bukan tanpa alasan kenapa Raga tiba-tiba bersikap seperti itu terlebih pada Kezia yang selama ini pria itu bahkan tidak pernah cuek padanya.Alasan yang membuat Raga berubah menjadi dingin adalah karena beberapa alasan, salah satunya adalah karena pusing memikirkan kehamilan Kezia dan ancaman papanya tempo hari. Ancaman jika dirinya ketahuan bertemu dengan Kezia sekali lagi saja maka papanya akan benar-benar mencoret namanya dari ahli waris kekayaannya.Ditengah aktifitasnya mengerjakan pekerjaan kantor, Raga dikejutkan dengan ponselnya yang tiba-tiba berdering. Terlihat nama Kezia yang saat ini sedang menghubunginya.Bingung, mungkin kata itulah yang bisa mendeskripsikan apa yang saat ini Raga rasakan. Pria itu bi
“Mas Raga? Mas ada yang mau aku kasih tahu ke kamu. Aku sedang..,”“Darimana saja kamu? Enak habis keluyuran bersama pria lain sampai baru pulang jam segini?”Kania yang baru saja pulang dari rumah sakit dan hendak memberitahu kabar kehamilannya pada suaminya itu seketika langsung terdiam tat kala mendapat bentakan. Wanita itu cukup terkejut saat Raga menuduhnya pergi bersama pria.“Tadi Naren bilang kamu pulang lebih awal karena pusing, tapi kenapa saat aku pulang kamu tidak ada dirumah? Dan sekarang dengan santai kamu pulang jam segini? Pergi sama siapa kamu? Naren?”“Mas, aku..,”“RAGA!!” Belum sempat Kania melanjutkan ucapannya guna menjelaskan kemana ia pergi tadi, suara teriakan tuan Salim memanggil nama Raga terdengar sangat keras, bahkan suaranya itu cukup terdengar keras sampai dikamar Raga dan Kania yang berada dilantai 2.Tanpa pikir panjang Raga pun segera turun kebawah untuk menemui papanya dengan diikuti oleh Kania dibelakangnya. Begitu sampai bawah, betapa terkejutnya
“Mas Raga.”Raga yang baru saja menyesap kopi miliknya langsung menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namanya. Pria tersenyum tat kala seseorang yang sejak tadi ia tunggu akhirnya datang juga.“Kania, duduklah.”Yup Kania. Saat ini wanita itu sedang berada disebuah cafe guna menemui sang suami yang beberapa saat lalu menghubunginya kemudian mengajaknya bertemu.Terhitung sudah 1 minggu lamanya Raga diusir dari rumahnya. Selama 1 minggu itu juga Raga tidak diperbolehkan datang ke kantor oleh papanya. Raga benar-benar terancam dikeluarkan namanya dari ahli waris keluarganya. Karena tidak ingin hal itu sampai terjadi, akhirnya Raga memutuskan untuk meminta bantuan Kania membujuk papanya agar mau memaafkannya.“Kania, kamu apa kabar?” Tanya Raga basa-basi.Mendengar suaminya menanyakan kabarnya tentu membuat Kania tersenyum kecut. Oh bukankah jarang sekali bahkan hampir tidak pernah suaminya itu menanyakan kabarnya? Lalu lihatlah sekarang, tiba-tiba pria itu menanyakan kabarnya. Ap