"Kamu mau pergi kemana melati?" tanya Devan. "Aku tidak akan pergi kemana-mana mas!" sahut gadis itu. "Aku akan pergi tidur di bawah." "Kenapa kamu tidur di lantai?" "Lalu aku harus tidur dimana mas? dikamar ku ini tidak ada sofa. Lagi pula aku akan memakai tikar sebagai alasnya!" ujar gadis itu. Devan pun segera bangkit dan menghampiri istrinya itu. "Kamu bisa tidur di kasur, lagi pula ini adalah kamar milikmu!" ujar Devan. "Tidak mas, aku bisa tidur dimana pun sementara kamu ini pasti tidak akan sanggup jika harus tidur di bawah lantai. Sebaiknya kamu tidur saja sekarang karena saat ini sudah mulai larut malam!" "Kita akan berbagi tempat tidur malam ini!" ungkap Devan dengan cepat. "Apa kamu tidak salah bicara mas?" sahut Melati yang nampak gugup. "Tidak, aku tidak salah bicara. Kita akan berbagi tempat tidur jadi kamu tidak perlu tidur di lantai seperti itu!" "Tapi tempat tidur milikku ini tidak terlalu besar mas!" "Tidak masalah, aku akan buatkan pembatas di tengah-teng
Devan langsung bergegas masuk ke dalam kantornya, dan untung saja dia sampai tepat waktu. "Van untung saja Lo udah dateng sebelum pada client!" ujar Radit. "Jadi mereka belum sampai?" sahut Devan. "Belum, tapi mereka sudah deket sini palingan juga sebentar lagi sampai!" "Huhhhh syukurlah!" ujar Devan sambil menghela nafasnya karena merasa lega."Lo kenapa sih bisa telat gini, biasanya kan Lo itu selalu on time?" tanya Radit. "Gue bangunnya kesiangan, makanya bisa telat kayak gini!" sahut pria itu. "Emangnya istri Lo gak bangunin Lo apah?" "Gimana mau bangunin gue, orang kita berdua sama-sama kesiangan!" Radit pun tertawa kecil dengan apa yang di katakan sahabatnya itu. "Kenapa Lo malah ketawa gitu?" tanya Devan. "Ya engga apa-apa sih, gue ngerti kok kenapa kalian bisa kesiangan bangun pasti karena semalam....!""Apaan sih Lo, jangan berpikiran yang aneh-aneh deh!" ujar Devan menghela pembicaraan Radit. "Ya engga apa-apa kali bro, lagian jugakan kalian itu udah suami istri k
Melati pun langsung masuk ke dalam ruangan kerja suaminya itu. Dia melihat sekeliling ruangan dan melihat ke arah foto suaminya yang ada diatas meja, gadis itupun mulai tersenyum memandangi suaminya di balik foto.Lalu tak lama kemudian, dia dikejutkan dengan seorang wanita yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan milik suaminya itu. "Devan lihat aku bawakan kamu makanan kesukaan kamu!" ujar wanita itu yang langsung terhenti ketika tahu di ruangan itu tidak ada Devan justru yang ada disana seorang wanita yang dia ketahui itu istrinya Devan. Melati pun memandangi wanita yang tepat sedang berdiri di depannya. Dia mencoba mengingat wanita itu karena wajahnya seperti tidak asing baginya. "Hhhmm maaf apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya gadis itu polos. "Aku Sheril, kamu pasti Melati istrinya Devan bukan!" sahut wanita itu dengan gugup. Melati pun mulai mengingatnya, dia sadar kalau wanita yang saat ini berdiri di ruangan suaminya itu adalah mantan kekasih suaminya. Mereka berdua
"Apa yang tadi kalian berdua bicarakan?" tanya Devan sinis."Siapa?" sahut gadis itu polos. "Bukankah tadi kamu dan Sheril berada di ruanganku tadi, lalu apa yang kalian bicarakan? tidak mungkin kan kalian tidak bicara apa-apa!" ujar pria itu cepat. "Oh Iyah mas, tadi kami berdua memang sempat bicara.""Membicarakan soal apa?" "Aku hanya meminta dia untuk tidak lagi mengantarkan makanan buat kamu, karena sudah ada aku yang akan melakukannya." ujar gadis itu cepat "Aku hanya tidak ingin membuatnya menjadi repot saja, apalagi kamu pasti tidak nyaman bukan jika ada dia di sekitar kamu!" "Serius kamu bicara seperti itu?" "Iyah mas, apa kamu tidak percaya padaku! lagi pula aku inikan istri kamu mas. Mana ada seorang istri yang mau suami nya di dekati oleh wanita lain apalagi wanita itu berasal dari masa lalunya." sahut gadis itu cepat.Mendengar hal itu Devan pun seketika langsung terdiam dan melihat Melati dengan tatapan yang tajam. "Kenapa kamu menatap aku seperti itu? apa aku sala
Pria itu pun tidak tinggal diam, dia terus saja mengikuti Melati meski gadis itu sudah pergi menjauh darinya. "Ayoh Mel cepetan, mas Rifaldi malah ngejar kita!" ujar Linda yang mulai panik. "Iyah Lin aku takut banget mas Rifaldi bakalan ngelakuin hal nekad!" "Melati tunggu..!" teriak pria itu yang terus mengejar Rifaldi. Namun seketika langkah nya langsung terhenti karena Radit menghadang nya dari depan. "Apaan sih Lo? minggir!" pinta Rifaldi cepat. "Engga, gue engga mau!" sahut pria itu menolak. "Gue gak ada urusan yah sama Lo, sekarang gue minta Lo minggir dan jangan halangi jalan gue!" "Kenapa memang nya?" Lo mau ngejar Melati hah?" tanya Radit. "Itu bukan urusan Lo yah, mendingan sekarang Lo urusin saja hidup Lo sendiri!" sahut Rifaldi cepat. "Ya jelas lah ini tuh jadi urusan nya gue, karena yang Lo kejar itu istri dari sahabat gue yaitu Devan. Dan harusnya Lo gak usah gangguin Melati lagi karena dia itu udah jadi kakak ipar Lo?" "Maksud Lo apaan ngomong kayak gitu ke gu
Sore harinya Devan sudah pulang ke rumah orang tuanya Melati, disana juga gadis itu terlihat sedang merapihkan barang-barang miliknya. " Tadi Radit kasih tahu aku katanya Rifaldi ganggu kamu!" ujar pria itu. "Iyah mas, tapi aku tidak apa-apa kok!" sahut Melati."Memangnya apa yang sudah dia lakukan sama kamu tadi?" "Mas Rifaldi engga nyakitin aku kok mas, tadi katanya dia cuman pengen bicara sebentar sama aku, tapi akunya yang gak mau dan terus menolaknya karena mas Rifaldi terus saja memaksa. Untung nya saja ada Linda yang dateng bantuin aku mas!" "Kalau sampai Rifaldi ganggu kamu lagi sebaiknya kamu kasih tahu aku!" pinta pria itu. "Iyah mas, aku hanya tidak ingin kamu jadi terkena masalah atau bertengkar dengan mas Rifaldi." "Kalau saja Radit gak lihat kamu di kejar Rifaldi mungkin aku gak aka tahu soal kejadian ini, Melati lihat aku." pinta pria itu sambil memegang lengan Melati. "Aku hanya takut sesuatu terjadi sama kamu, karena nantinya aku yang akan disalahkan. Sudah jadi
Besok paginya seperti biasa Devan sudah siap akan berangkat ke kantor. Melati juga tengah membuatkan teh hijau untuk suaminya itu. "Mas ini teh nya!" ujar gadis itu. "Iyah Terima kasih, oh Iyah apa kamu sudah bilang pada ayah dan ibu kamu kalau kita akan pulang sore nanti?" tanya Devan. "Sudah mas, aku sudah memberi tahu ayah dan ibu!" sahut Melati. "Baguslah, nanti setelah aku pulang dari kantor kita akan langsung pulang. Jadi sebaiknya kamu bereskan barang-barang mu itu dari sekarang!" pinta pria itu. "Iyah mas, kamu tenang saja setelah kamu pulang nanti pokoknya semuanya sudah beres!" ujar gadis itu. "Oh Iyah mas, kalau kamu sudah selesai nanti langsung ke meja makan yah. Hari ini aku sudah selesai membuat sarapan!" "Iyah baiklah, sebentar lagi aku akan selesai. kamu duluan saja nanti aku menyusul!" Gadis itu pun hanya menunduk tanda setuju. Di tempat yang sama juga secara kebetulan Sintia meminta pada suaminya untuk pulang hari ini. "Mas, nanti sore aku ingin kita pulang
Sore harinya Melati sudah siap dengan beberapa barang bawaannya. Devan juga sudah pulang dari kantornya. "Melati, ibu pasti akan merindukan kamu kembali nak!" ujar wanita paruh baya itu. "Iyah Bu, Melati juga sebenarnya masih ingin menginap disini untuk beberapa hari lagi. Tapi Melati juga tidak bisa lama-lama disini jadi Melati harus pulang Bu!" sahut gadis itu cepat. "Kamu masih bisa main setiap hari kesini Melati, kamu juga bisa minta antar supir kalau aku sedang sibuk bekerja!" ungkap Devan. "Terima kasih yah nak Devan, karena nak Devan sudah mau mengajak Melati untuk menginap di rumah kami ini." ujar Pak Rian. "Sama-sama,, ayah dan ibu juga bisa kapan pun untuk datang berkunjung ke rumah kami. Bila perlu menginap juga disana." sahut pria itu. "Iyah nak Devan, kapan-kapan kami pasti akan datang berkunjung kesana sakalian silahturahmi dengan Pak Hardi dan yang lainnya." "Ya sudah kalau gitu Melati jalan dulu ya yah Bu." ujar gadis itu. "Ayah sama ibu baik-baik yah disini dan