"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Hanna.Ayunda pun tersenyum. "Tunjukan siapa kamu sebenarnya. Hanna, wanita yang ceria dan kuat. Mampu menempuh jalan yang penuh kerikil di tepi jurang, dan menghadapi badai kehidupan yang kejam ini. Kamu harus tunjukkan bahwa kamu bukan wanita yang lemah dan mudah kalah, Hanna. Mungkin saat ini kamu bukanlah orang yang diharapkan keluarga Wirautama, tapi kamu harus yakin jika suatu saat, kamu adalah orang yang paling berharga untuk mereka," jelas Ayunda memberi nasihat pada Hanna."Hahaha, kamu jangan berlebihan. Mana mungkin aku bisa melakukannya, sementara aku sama sekali tak berharap mereka menganggapku ada dalam keluarga mereka," sahut Hanna.Ayunda menepuk jidatnya. "Memangnya kamu mau tertekan seperti ini terus?""Ya nggak sih." "Terus?"Hanna hanya mengangkat kedua bahunya, untuk merespon ucapan Ayunda. "Yu, aku merasa lelah jika terus mengingat semua yang terjadi dalam hidupku. Dari waktu hilangnya masa depanku, keluargaku, saudara, teman
Hanna menoleh kembali ke arah Clayton. "Jika Clay nggak nurut, nanti mama semakin kena marah. Sekarang Clay ke kamar dulu sama mbak Atik, dan harus nurut, ok?" Kali ini Clay mengangguk dan langsung melangkah ke kamar didampingi Atik.Hanna duduk di sofa, sendirian menghadap ke arah Kelvin dan Rebecca. "Jadi apa yang ingin dibicarakan?"Lidya menghela nafas, raut wajahnya terlihat tak senang. Hanna yakin jika diskusi ini bukan keinginannya."Kami akan segera menikah," ucap Rebecca yang membuka obrolan."Aku tahu, aku sudah mendengarnya lebih dari lima kali. Aku sampai hafal di luar kepala dan terasa membosankan," sahut Hanna. "Eemm, lalu apa masalahnya?" lanjutnya."Aku akan menjadi istri kedua Kelvin, tinggal di rumah ini bersamamu, tapi pastinya dengan perlakuan yang berbeda," imbuh Rebecca.Hanna memutar bola matanya, lalu terkekeh. "Lalu apa masalahnya? Aku tidak peduli akan seperti apa kamu diperlakukan di rumah ini. Lebih spesial dariku…? Aku tahu itu pasti terjadi, karena aku sa
Lidya menoleh ke arah Hanna, menatap gadis yang tengah menunggu keputusannya. Lalu ia pun menatap ke arah Kelvin. "Kelvin, bagaimana menurutmu?" tanya Lidya."Selama itu tak mengganggu hubunganku dengan Rebecca," jawab Kelvin, ia menatap ke arah Hanna penuh kekesalan. Ia tak habis pikir jika gadis di hadapannya itu sangat berani."Tenang saja, aku bisa menjamin hubungan kalian aman dari gangguanku," jawab Hanna sambil mengedipkan sebelah matanya.Kelvin hanya membuang pandangannya, ia merasa kesal pada Hanna yang berani meminta banyak hal, sedangkan ia hanya orang yang kebetulan di butuhkan.Sementara Rebecca yang tak bisa bicara banyak hanya bisa berdecak kesal dalam hati. 'Seharusnya Jeremy segera menyingkirkan gadis sialan ini, sebelum dia mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Aku harap si tua bangka itu tidak setuju dengan permintaannya.'"Aku sepakat," ucap Lidya. Hal tersebut membuat Rebecca terbelalak. "Tante, apa anda membiarkan gadis kampung ini memeras anda?" ucap
Hanna masuk ke dalam kamarnya, ia bersandar di pintu yang sudah tertutup lalu memejamkan mata. "Ayunda, aku rasa kamu benar. Aku harus menikmati alur dari cerita hidupku ini. Aku wanita yang kuat," gumamnya.Hari pernikahan Kelvin dan Rebecca pun tiba. Hanya beberapa orang yang hadir sebagai saksi pernikahan mereka. Sementara Hanna berusaha memberitahu Clayton apa yang terjadi. Ia tak ingin anaknya salah paham dan memandang benci sang ayah. Meski Hanna sangat membenci Kelvin, tapi bagaimanapun juga Kelvin adalah ayah kandung Clayton, dan tak seharusnya seorang anak membenci ayahnya meski sifat dan kelakuan sang ayah yang sangat buruk."Jadi Clay punya mama dua?" tanya Clay pada Hanna. Mereka duduk di ruang tamu, tak ikut ke acara pernikahan Kelvin dan Rebecca yang dilakukan secara rahasia.Hanna pun hanya mengangguk pada Clay, meski hatinya merasa sangat berat. "Tapi Clay nggak mau punya dua mama," ucap Clayton sambil menunduk sedih. Hanna hanya bisa memeluk sang anak, tanpa bisa m
Semua Menatap ke arah Hanna yang tengah menuruni anak tangga. Bukan hanya Rebecca yang kaget dengan penampilan Hanna, Kelvin pun sangat terpukau dengan penampilan Hanna yang sangat berbeda dari biasanya.Sementara Lidya tersenyum melihatnya. Ia tidak salah pilih gaun untuk, Hanna. Gaun berwarna cream dengan payet yang indah membuat Hanna terlihat sangat anggun.Ditambah riasan dan rambut yang ditata dengan sederhana menambah penampilan Hanna terlihat sempurna."Ternyata aku tidak salah pilih pakaian untukmu," ucap Lidya."Setidaknya ini tidak akan mempermalukan anda di hadapan teman-teman anda nanti, yonya. Em, mungkin aku harus belajar memanggil anda dengan sebutan ibu?" sahut Hanna."Aku harap kamu tidak perlu belajar untuk melakukan peran yang baik," sahut Lidya. Lidya menoleh ke arah Kelvin. "Kita berangkat sekarang," ucapnya."Apa Kelvin juga ikut?" tanya Rebecca terlihat panik."Tentu. Bagaimana mungkin aku mengajak Hanna tanpa mengajak Kelvin?" jawab Lidya."Tapi ma, bukankah ka
Siapa yang tidak kaget dengan keberanian akan ucapan Hanna baru saja. Seorang Siska yang terkenal disegani setiap orang mendapat ucapan yang sangat tidak enak di dengar."Aku lihat kamu sangat pandai berbicara," ucap Siska. Ia melipat kedua tangannya menatap Hanna dengan tatapan tajam.Hanna melihat beberapa orang memegang ponsel ke arahnya. Ia tahu jika apa yang terjadi saat ini tengah direkam. Ia pun sedikit membungkukkan tubuhnya sambil tersenyum, itu sangat terlihat sopan."Maaf nyonya, aku bukanlah orang yang pandai bicara, tapi aku hanya mencoba mengatakan apa yang benar. Setiap orang punya masalalu yang kelam, menyakitkan bahkan mungkin sangat buruk. Namun semua orang memiliki kesempatan untuk memperbaikinya, jadi tak seharusnya masa lalu tersebut di ingat kembali sebagai bentuk hinaan, seperti yang anda lakukan," ucap Hanna kembali membuat Siska terperanjat.Lidya yang berharap bisa membuat nama baik keluarganya kembali, dengan membawa Hanna ke acara tersebut, sepertinya gaga
"Apa kamu berusaha pamer? Kamu pikir kamu pantas menjadi bagian keluarga Wirautama?" celetuk Rebecca.Hanna pun menoleh ke arahnya. "Itu urusanku," jawabnya sambil tersenyum.Jawaban Hanna berhasil memancing kemarahan Rebecca. "Apa kamu berusaha merebut posisiku?" hardik Rebecca."Aku tidak suka keributan di pagi hari," celetuk Lidya. Sepertinya ia mulai pusing dengan perdebatan Hanna dan Rebecca. Ia menatap ke arah keduanya bergantian. "Bisakah kalian menghabiskan sarapan tanpa berdebat?" "Aku hanya menjawab pertanyaan," sahut Hanna. Sementara Rebecca justru membuang pandangannya, ia menahan kesalnya dan hanya berdecak di dalam hati. 'Ini adalah hari pertamaku menjadi istri seorang Kelvin, tapi terasa sangat menyebalkan seperti ini.'"Clay, hari ini mau omah antar sekolah nggak sayang?" tanya Lidya pada Clayton yang sedari tadi hanya menjadi penonton."Sayang, mama hari ini mau pergi dulu. Nanti Clay berangkatnya di antar omah, terus pulangnya sama mbak Atik, ya?" ucap Hanna."Mama
"Kau menamparku?" ucap Hanna dan Rebecca hanya menatap dengan seringai di bibirnya. Hanna yang sudah basah kuyup dan pipi yang terasa perih merasa harus membalas, tapi ia tahu jika membalas dengan melukai maka akan menjadi masalah besar.Hanna melirik ke arah meja, tersenyum kecil dan langsung menyambar botol kecap. Dengan gerakan cepat Hanna pun menumpahkan kecap ke baju Rebecca."Hanna!" teriak Rebecca. "Apa kamu tidak tahu jika baju ini sangat—" teriakan Rebecca seketika berhenti saat mulutnya disumpal tisu okeh Hanna, yang diambil dari meja makan."Jangan teriak terus, boros suara," ucap Hanna yang langsung berlalu.Rebecca membuang tisu di mulutnya, dan yang menempel di giginya. "Aaahhkk!" teriak Rebecca, ia benar-benar dibuat kesal oleh Hanna. Tanpa disadari beberapa pelayan tengah tersenyum melihat pertengkaran mereka.Hanna masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Pipinya yang memerah pun dibiarkan, karena perlahan juga akan hilang dengan sendirinya.Sementara Rebecca pun l