"Kenapa diam? Asal kamu tahu, aku tak punya banyak waktu untuk mengurus hal semacam ini. Segeralah tanda tangan atau kesempatan kamu bersama dengan Clayton cukup sampai hari ini," ucap Lidya.
Wanita paruh baya yang wajahnya terlihat garang itu menggertak Hanna. Hanna seperti tak punya pilihan, ia pun akhirnya menandatangani surat perjanjian tersebut.Lidya menarik kertas yang sudah di tandatangani Hanna. "Kalian akan menikah akhir pekan ini," ucapnya."Maka kami akan menikah di pekan berikutnya," ucap Rebecca.Lidya hanya melirik sekilas ke arah Rebecca. Ia tidak terlalu suka dengan gadis tersebut. Bagi Lidya, Rebecca adalah gadis yang sombong dan terlalu berani padanya, karena Kelvin yang selalu mempertahankannya. Namun meski demikian, Lidya juga tak bisa memaksa Kelvin untuk menjauhinya. Itu karena Kelvin yang mengancam tidak akan meneruskan mengurus perusahaan, jika ia tak di izinkan bersama Rebecca.Sementara Hanna hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Ia tidak tahu bagaimana selanjutnya menjalani kehidupan yang penuh liku-liku ini. Menikah dengan orang yang sangat ia benci, dan harus tinggal satu rumah dengan orang-orang yang terasa sangat asing baginya.Hari pernikahan tiba. Hanna dan Kelvin menikah, dan saat itu juga awak media sudah berbaris untuk meliput berita tentang pernikahan mereka.Hanna menyembunyikan rasa sedih dan kecewanya di balik senyuman palsu yang terlihat oleh semua orang. Sementara Clayton merasa sangat senang karena akhirnya ia memiliki seorang ayah.Clayton menarik lengan Kelvin. Ia menatap ke arah pria yang kini berdiri di samping ibunya. "Papa, apa aku boleh memanggilmu dengan sebutan itu sekarang?" tanya Clayton pada Kelvin.Melihat masih begitu banyak orang di sekitarnya, Kelvin pun menggendong Clayton. "Tentu saja sayang, aku adalah papa kamu mulai detik ini," jawabnya.Clayton pun langsung memeluk Kelvin. "Akhirnya Clay punya papa seperti teman-teman," ucap Clayton sambil memeluk Kelvin dengan.Ada rasa hangat yang belum pernah Kelvin rasakan saat memeluk Clayton. Namun keegoisan Kelvin menepis rasa tersebut. Ia menurunkan Clayton dari gendongannya, dan ia hanya tersenyum kecil pada anak tersebut.Lidya terlihat penuh senyum malam ini. Di depan kamera ia terlihat seperti orang yang paling bahagia malam ini. Tentu, setidaknya hari ini pandangan orang-orang pada keluarganya akan lebih baik. Nama keluarga besar Wirautama yang sempat tercemar, oleh isu pemerkosaan pewaris tunggal keluarga mereka, pada seorang gadis membuatnya mengalami banyak kerugian.Tak sedikit para klien dan beberapa pemegang saham di semua bisnisnya memaksa Lidya agar mencabut hak warisnya pada Kelvin. Mereka mengatakan jika pewaris bisnis keluarga Wirautama tak pantas dilanjutkan oleh orang yang tak bertanggung jawab.Dan itu menjadi alasan Lidya untuk mencari Hanna, apa lagi setelah Lidya mendengar jika Hanna melahirkan cucu keluarga Wirautama.Sekarang akan lebih banyak orang yang membuang pandangan buruk mereka pada keluarga besarnya. Nama baik keluarganya kembali bersih, dan dan itu membuatnya merasa lebih lega.Di sisi lain, Rebecca kini tengah menyesap wine di apartemennya, sambil menyaksikan pesta pernikahan Kelvin dengan Hanna yang di siarkan secara langsung di salah satu stasiun televisi. Ia terus memperhatikan mereka dari kejauhan, dengan penuh dendam."Aku pastikan wanita tua itu akan segera menendangmu dari keluarga Wirautama. Dengan demikian, sebagai satu-satunya istri Kelvin, aku bisa bebas menguasai semua hartanya," ucap Rebecca dengan seringai di bibirnya.***"Clay,malam ini kami pulang bersama omah, ok?" ucap Lidya pada Clayton."Clay mau ikut mama," jawab Clayton sambil menoleh ke arah Hanna yang masih mengenakan gaun pengantin."Clay, mama dan papa akan menginap di hotel malam ini. Bukankah Clay bahagianya sudah punya papa? Emm, bagaimana kalau besok omah temenin Clay beli mainan baru?" buruk Lidya kembali. Ia terdengar seperti seorang wanita yang sangat menyayangi mengatur dan cucunya.Clayton tak menjawab, ia justru kembali menoleh ke arah Hanna. Tentu saja itu membuat Hanna mendapat lirikan tajam dari Lidya.Hanna yang paham akan lirikan tersebut pun langsung mensejajarkan tubuhnya dengan Clayton. Ia mengusap pipi sang anak dengan lembut sambil tersenyum."Clayton sayang, Clay yang nurut ya sama omah. Besok mama sama papa pasti pulang kok," ucap Hanna."Memang kenapa sih, mama sama papa harus menginap di hotel? Kenapa nggak langsung pulang saja, biar bisa bobo bareng Clay di rumah?" tanya Clay dengan polosnya.'Mama juga pengennya seperti itu sayang,' batin Hanna. Ia pun tersenyum menutupi rasa sakitnya. "Kalau mama sama papa langsung pulang, nanti mama di marahin sama om-om garang itu, terus Clay nanti nggak jadi punya papa lagi," sahut Hanna sambil menunjuk selalu satu anak buah keluarga Wirautama yang berbadan tinggi besar."Om itu galak ya ma?" tanya Clay yang di jawab anggukan Hanna. "Clay nggak mau om galak itu marahin mama," imbuhnya."Kalau begitu Clay harus nurut," sahut Hanna sambil tersenyum.Clay mengangguk, lalu ia pun melangkah ke arah Lidya. "Omah, kata mama Clay harus nurut supaya om galak itu nggak marahin mama sama papa," ucapnya."Anak pintar. Kalau begitu ayo kita pulang sayang, omah sudah capek dan ngantuk," ucap Lidya sambil mengulurkan tangannya pada Clayton. Mereka pun berlalu meninggalkan Hanna dan Kelvin.Kelvin melirik ke arah Hanna. "Kita ke kamar," ucapnya dengan nada suara yang super dingin.Hanna tak memberi jawaban sepatah katapun, tapi ia mengikuti langkah Kelvin yang berjalan menuju kamar hotel tempat mereka menginap malam ini.Keduanya sama-sama terpaksa tidur satu kamar malam ini. Selain mereka adalah pasangan pengantin baru yang serasi di mata media, dan harus melewati malam pertama mereka di kamar hotel yang sudah disediakan. Lidya pun menuntut mereka untuk tidak membuat kecurigaan sedikitpun di mata publik.Mereka saling jaga pandangan yang penuh kebencian. Hingga akhirnya mereka masuk ke dalam kamar.Hanna sempat tersentuh dengan kamar pengantin yang di hias begitu indah dan romantis. Bunga mawar merah yang disusun menyerupai bentuk hati sungguh terlihat indah.Sreettttt…..Pemandangan indah tersebut hilang seketika saat Kelvin menarik selimut dengan kuat, membuat bunga yang indah bertebaran dan berantakan.Hanna sedikit merasa kecewa karena pemandangan indah tersebut harus hilang, tapi apa yang bisa ia lakukan. Tak mungkin ia menegur Kelvin.Hanna melihat sekelilingnya, ia mencari tas isi baju gantinya yang seharusnya ada di kamar tersebut."Di mana tas bajuku?" tanyanya.Kelvin hanya menoleh tanpa memberikan jawaban. Ia langsung membuka jas penggantinya, melemparnya sembarang arah, lalu berbaring di atas ranjang.'Ck, apa dia tuli?' batin Hanna menatap kesal pada Kelvin. Ia pun mencari ke setiap pojok ruangan hingga akhirnya ia menemukan tas bajunya.Daster yang memang selalu ia pakai setiap kali ia tidur menjadi pilihan. Hanna segera mengganti pakaiannya dan berbaring di sofa. Tak ada bantal ataupun selimut yang ia gunakan, dan ia pun menggunakan gaun pengantin sebagai selimut untuk menahan hawa dingin di ruangan tersebut.Rasa lelah tak membuat Hanna segera memejamkan matanya. Ia merindukan Clayton, karena ini adalah kali pertamanya ia melewati malam tanpa sang buah hati.'Bahkan aku
"Kita pulang," suara Kelvin berhasil mengagetkan Hanna.Hanna pun menoleh ke arah Kelvin. "Kamu dari mana?" tanya Hanna. Ia menatap Kelvin dengan penuh keberanian."Jangan kamu pikir setelah berstatus sebagai istriku, maka kamu wajib tahu kemana aku pergi. Ingat, pernikahan ini hanya sebuah status yang tak akan pernah bisa mengubah pandanganku terhadap," ucap Kelvin dengan tatapan sinis."Aku tahu, dan aku hanya sekedar bertanya. Jika kamu tidak berkenan menjawab juga aku nggak akan memaksa," sahut Hanna. Ia melangkah menuju tas bajunya hendak mengambil baju ganti. Tidak mungkin juga kan dia keluar dari hotel mengenakan daster yang ia gunakan untuk tidur."Kamu sangat berani padaku," ucap kelvin membuat Hanna menghentikan langkah di dekatnya, dan mereka pun saling berdiri memunggungi."Apa yang harus aku takutkan dari seorang pria pengecut sepertimu?" sahut Hanna.Jawaban Hanna pun berhasil memancing amarah Kelvin. Ia mengangkat tangannya hendak menampar Hanna, tapi terhenti di udara
Hanna merasa kesal dengan jawabn Rena. Ia pun semakin mendekat ke arah Rena sambil menyunggingkan senyuman."Aku tahu kamu tidak bisa menghargai siapa aku di sini, karena aku bukan wanita yang diharapkan keluarga ini. Tapi untuk menungguku angkat kaki dari sini, maka kamu harus bisa lebih bersabar," ucap Hanna.Hanna pun melangkah melewati Rena dengan menabrak lengan gadis tersebut. Hanna langsung menaiki tangga dan menuju kamar Kelvin. 'Sepertinya kesabaranku harus di atas rata-rata untuk menghadapi mereka semua,' batin Hanna.Ia berdiri di depan pintu kamar Kelvin. Hendak mengetuknya, tapi penuh keraguan.'Apa aku harus masuk ke dalam kandang macan ini?' batin Hanna.Setelah berpikir beberapa menit, Hanna pun akhirnya mengumpulkan keberaniannya dan mengetuk pintu.Tok tok tok Ketukan pintu pertama tak di hiraukan, tak ada jawaban dari dalam sana. Ia pun kembali mengetuk dan hasilnya sama. Akhirnya Hanna pun membuka pintu secara perlahan tanpa menunggu persetujuan Kelvin.Hanna tak
Kelvin menghampiri Hanna, ia menoleh ke arah Clayton sebelum berbicara dengan Hanna. "Clay, kamu masuk mobil dulu," ucapnya meminta Clayton untuk masuk ke dalam mobil. Clayton pun menurut, ia menunggu sang ibu di dalam mobil.Kelvin kembali menoleh ke arah Hanna, tatapannya terlihat seperti sangat enggan melihat wanita di hadapannya saat ini. Namun bagaimana pun juga ia harus mengatakan sesuatu pada Hanna."Setelah aku menikah dengan Rebecca, aku akan pindah ke villa, dan itu artinya kamu harus ikut denganku agar mama tidak komplain terus menerus. Namun harus kamu ingat, saat kita tinggal bersama nanti, jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti seorang istri, tapi kamu juga harus ingat jika kamu punya tanggung jawab untuk menjaga nama baik Wirautama, atau kamu akan tahu akibatnya," ucap Kelvin pada Hanna."Ada lagi yang ingin kamu katakan?" tanya Hanna, tapi Kelvin hanya menatapnya dingin. Hanna pun mengangkat dua bahunya "Ok, aku harus segera mengantar Clayton," imbuhnya
Rebecca menatap dengan tatapan sinisnya, ia merapikan baju dan rambutnya lalu melangkah penuh percaya diri.Beruntung aktivitas di ruangan Kelvin sudah usai, kalau tidak, mungkin akan menjadi cerita panjang."Selamat pagi nyonya Lidya Wirautama?" ucap Rebecca menyapa Lidya yang hendak melangkah."Kamu sudah disini sepagi ini?" tanya Lidya dengan nada ketus. Ia memang tak menginginkan Kelvin menikah dengan Hanna, tapi ia juga tak menginginkan Kelvin menikah dengan wanita di hadapannya saat ini.Bagi Lidya, Rebecca tak lebih dari seorang wanita murahan yang hanya mengincar harta. Namun sayangnya, Lidya pun tak bisa membuat Kelvin menjauhi Rebecca, dan menikah dengan wanita yang diinginkannya."Tante, bukankah sebentar lagi aku akn menjadi menantu tante juga? Tapi kenapa tante masih angkuh padaku? Ketahuilah tante, jika hanya aku wanita yang bisa membuat Kelvin bahagia," ucap Rebecca penuh senyuman.Lidya hanya menyunggingkan senyuman lalu kembali melangkah, tanpa peduli ocehan Rebecca.
Rebecca menghampiri Kelvin, dan seperti biasa ia langsung duduk di pangkuan Kelvin. "Sayang, kenapa kamu tidak jadi membelikan mobil untukku hari ini?" tanya Rebecca dengan suara manjanya."Mama melarang kita terlihat berduaan di luar. Ini akan berpengaruh dengan banyak hal karena publik tahu jika aku sudah menikah," jawab Kelvin.Rebecca menghentikan tangan Kelvin yang meraba tubuhnya. "Kenapa kedekatan kita semakin diberi jarak?" ucapnya dengan memasang wajah sedih."Itu karena wanita itu ada di antara kita sayang," jawab Kelvin. Kelvin hendak mencium Rebecca, tapi di tolak oleh Rebecca.Rebecca berdiri dari pangkuan Kelvin, lalu menghempaskan tubuhnya di sofa, di samping Kelvin."Itu artinya setelah menikah nanti aku harus berperan seperti istri simpanan?" Rebecca menoleh ke arah Kelvin dengan tatapan yang tak biasa."Kamu tetap prioritas," sahut Kelvin sambil menarik pinggang Rebecca. Namun saat itu juga Rebecca menahannya. "Aku bad mood," ucapnya."Ok," sahut Kelvin. Ia sangat
"Apa kamu tidak berfikir jika tawaranku juga baik untuk Clayton?" Hanna tersenyum menanggapi ucapan Lidya. "Aku lebih tahu apa yang terbaik untuk anakku, nyonya," sahut Lidya lalu melanjutkan langkahnya.Lidya tak menghentikan Hanna lagi, ia hanya menahan kesal, lalu menatap bingkai foto di meja kerjanya. "Andai kamu masih ada disini, semua tidak akan serumit ini," ucapnya.Langkah hanna terhenti saat hendak masuk ke kamar Clayton. Ia mendengarkan Clayton yang tengah diajak bicara dengan Rena."Tapi mama papa Clay kan baik, omah juga sayang Clay," ucap Rena."Papa sama omah sayang Clay, tapi mama lebih sayang sama Clay," sahut Clay. Entah apa yang mereka bicarakan sebelumnya, tapi Hanna memutuskan untuk mendengarkannya."Tapi nanti kalau mama sudah nggak tinggal lagi di sini bagaimana?" tanya Rena kembali."Clay akan ikut mama," jawab Clayton."Jangan dong. Di sini kan Clay di sayang banyak orang, punya rumah besar, mobil mewah, bahkan kamar Clay banyak mainan yang bagus dan mahal. M
"Cepat buka pintunya!" teriak Kelvin lagi. Dari nada suaranya, ia terdengar tengah terbakar amarah."Kenapa dia?" gumam Hanna. Ia pun turun dari ranjang, melangkah dengan malas menuju pintu kamar untuk membukanya.Klekkkkk….Kunci pintu kamar pun dibuka.Braakkk….Kelvin langsung mendorong pintu tersebut saat mendengar Hanna yang sudah membuka kunci pintunya. Ia mendorong dengan kuat hingga Hanna pun mundur karena kaget."Kamu kena— ahk!" pekik Hanna yang tak bisa menyelesaikan ucapannya, karena Kelvin langsung mendorongnya ke tembok. Kelvin setengah mencekik hingga Hanna kesulitan untuk berbicara. Hana memukul tangan Kelvin, berharap pria tersebut melepaskan cengkraman tangan di leher Hanna."Kamu benar-benar gadis pembawa sial. Sejak bertemu denganmu hingga saat ini ia, aku selalu berhasil sial karenamu," ucap Kelvin pelan tapi penuh penekanan.Hanna bisa mencium aroma alkohol yang menyengat dari nafas Kelvin. Ia yakin jika saat ini Kelvin berada dalam keadaan mabuk."Lepaskan aku,