“Aku punya adik baru! Dia lucu dan cantiiiiik sekali!”Nathan memandangi David dari tempat duduknya. Anak itu terlihat iri mendengar bagaimana sang rival memamerkan adiknya yang baru lahir tadi malam dan membuat heboh seisi kelas.“Kenapa bukan cowok saja biar bisa diajak main bola?!” Anak lainnya menimpali dengan nada kekecewaan.“Aku tidak mau adik cowok! Pasti perhatian mama nanti dibagi-bagi.” David menjawab penuh percaya diri.“Memangnya kalau adik cewek tidak?”Anak laki-laki berperawakan tinggi itu terlihat berpikir, tetapi sedetik kemudian dia mengangkat bahu. “Aku tidak tahu, tapi sepertinya tidak!”David kemudian menolehkan kepala ke arah Nathan yang tiba-tiba merengut. Namun, hal itu justru membuatnya ingin mengejek dan melihat bagaimana Nathan kesal karena lagi-lagi dia lebih unggul.Dengan langkah kaki penuh kesombongan, anak itu melangkah menghampiri Nathan yang membuang muka sambil melipat kedua tangan di atas perut. Begitu tiba di hadapan Nathan yang diliputi perasaan
Apa kata Jillian tempo hari memang benar. Mereka berdua suami istri. Danu adalah suami Risa, sementara Risa adalah istri Danu. Tidak ada yang menyangkal kenyataan itu, kecuali perasaan dua orang yang terlibat pernikahan palsu tersebut.Danu tidak bisa membenarkan ucapan Jillian hanya karena dirinya berstatus menjadi suami sah Risa Ayudia, begitu pun sebaliknya karena tidak ada cinta di antara mereka. Hanya ada rasa tanggung jawab kepada anak bernama Nathan Dean Emellius yang hadir di antara mereka.Risa termenung saat berada di depan televisi. Jempolnya terus menekan satu tombol yang fungsinya untuk mengganti saluran, tetapi pikirannya kosong entah kemana. Baru setelah Danu duduk di sebelahnya, wanita itu tersentak.“Kau sedang memikirkan keinginan Nathan atau bagaimana?” tanya Danu sambil mengangkat gelas berisi teh yang rasanya hambar lalu menyeruputnya sedikit.“Aku tidak bisa bilang tidak karena kenyataannya begitu,” jawab Risa sambil menggeser duduknya, memberi jarak yang lebih j
Risa melepas gelungan rambutnya lalu beranjak turun menghampiri Danu yang berdiri tak jauh darinya. Begitu tiba di depan pria itu, dia langsung mengalungkan kedua tangan pada leher san mencoba mencium Danu yang lantas menolak dengan membuang muka. “Kau mabuk,” ucap Danu sambil menyingkirkan tangan Risa dari lehernya lalu kembali menuntun wanita itu ke ranjang. “Tidurlah. Kau mungkin akan menyesal saat mengingat apa yang kau lakukan sekarang.” Risa terduduk di ranjang dan Danu mendorongnya agar berbaring. Lalu setelah itu dia mengangkat kaki Risa agar sepenuhnya berada di atas ranjang dan kembali menyelimuti wanita itu rapat-rapat. Akan tetapi, ketika dia berbalik pergi, dengan cepat tangannya dicekal oleh ibu Nathan. “Aku sepenuhnya sadar sekarang,” kata wanita itu disertai helaan napas panjang. “Dan menyesal atau tidak, itu sesuatu yang harus kuhadapi sendiri.” Danu masih bergeming di tempat, sementara Risa tak juga melepaskan tangannya dan terus meminta sesuatu yang membuat dirin
“Melakukannya satu kali tidak lantas membuatku hamil begitu saja.”Risa mendesah penuh penyesalan saat terbangun pukul enam pagi. Dia duduk bersandar pada kepala ranjang dengan kaki menekuk, memikirkan mengapa dirinya berbuat nekat seperti itu mengatasnamakan keinginan sang anak. Padahal dia sendiri tidak yakin apakah itu karena Nathan atau keinginannya sendiri.Sebab pada kenyataannya, Risa benar-benar merasakan sesuatu yang membuatnya bahagia saat bercinta dengan Danu semalam. Bahkan mengingat-ingat bagaimana mereka saling meneriakkan nama satu sama lain saja sudah membuat jantungnya berdetak-detak tidak karuan.“Ah ….” Risa meremas rambutnya yang berantakan lalu menyibak selimut dan beranjak turun dari ranjang untuk segera keluar kamar.Bersamaan dengan wanita itu menutup pintu, Danu tiba di lantai bawah dengan pakaian rapi. Agaknya dia akan berangkat kerja lebih pagi dari biasanya, atau karena ingin menghindari situasi canggung yang terjadi karena apa yang mereka lakukan semalam.
Hari ketiga setelah Nathan libur panjang, Margareth tiba-tiba muncul di bandara dan meminta Risa menjemputnya. Wanita itu memakai celana panjang dan blus simpel warna biru muda, sementara rambutnya dibiarkan tergerai saat menemui sahabatnya yang datang tanpa kabar.“Aku ambil cuti tahunan dan dapat jatah dua minggu. Lumayan, bukan?” Margareth menaik turunkan kedua alisnya sambil tersenyum lebar.“Kalau begitu, selamat!” Risa membalas dengan senang. “Tapi, kenapa kau malah ke Indonesia, bukannya ke tempat lain yang belum pernah kau datangi?”“Loh, Nathan tidak bilang?” Margareth tampak heran, sementara Risa kebingungan. “Aku mau berlibur ke Lombok bersama Nathan selama satu minggu!”“Apa?” Risa melotot dan membuat orang-orang terperanjat mendengar suaranya yang lantang. “Kapan? Dia tidak bilang apa pun padaku!”“Besok pagi kami berangkat.”Risa berkacak pinggang setelah itu san menghela napas panjang. Menurutnya, Nathan mulai menjadi lebih dewasa hari demi hari. Anak itu bahkan sering
“Apa yang kau lakukan dengan duduk seperti orang bodoh di mobilnya?” Danu bertanya dengan perasaan yang masih kesal meski sudah hampir setengah jam Risa duduk di sebelahnya.“Dia hanya meminta maaf,” ujar Risa ketus.“Minta maaf untuk apa?” Danu mengernyitkan kening tanpa mengalihkan pandangan dari jalur mobil di depan.“Kakiku.”Danu menoleh ke kiri dan menepikan mobilnya. “Dia yang menyebabkan semua ini?”“Ya, tapi tidak perlu cemas. Aku sudah membalasnya dengan sesuatu yang lebih menyakitkan hatinya.” Risa tertawa kecil setelahnya dan meminta Danu untuk melanjutkan perjalanan meski ucapannya membuat pria itu penasaran.Danu sama sekali tidak percaya jika Laras tega melakukan hal buruk itu karena dirinya memutuskan untuk pergi dan datang kepada Risa demi Nathan. Jika dipikir-pikir kembali, dia sadar betul semua ini terjadi karena dirinya yang membuat Laras sakit hati, sementara Risa yang menerima akibatnya.“Aku minta maaf. Semua ini karena diriku,” ucap pria itu kemudian.“Semua su
Derit ranjang berbunyi memenuhi kamar, bersahutan dengan desah serta erangan dari dua insan yang tengah memuaskan hasrat satu sama lain di siang bolong seperti ini saat sinar matahari bisa dengan mudah menerangi ruangan dari jendela yang terbuka.Ini terjadi begitu saja setelah tiba di rumah. Perasaan emosional yang Risa rasakan membuat Danu sedikit lebih perhatian dan berakhir pada pergulatan panas di ranjang yang membuat sprei berantakan, juga pakaian berserakan di lantai.Embun keringat muncul di punggung Danu yang terus bergerak mengeluar masukkan miliknya pada kewanitaan Risa yang telanjang bulat, sementara lidahnya tak berhenti memberi rangsangan pada payudara istrinya yang terus meracau tak jelas.“Aku bilang pada Laras kalau kau sangat perhatian padaku,” ucap Risa di tengah-tengah perasaan membuncah, “dan itu membuatnya sangat marah.”Danu tak merespon meski sempat terganggu karena tiba-tiba Risa membawa nama Laras saat mereka sedang bercinta. “Jangan bicara lagi. Aku tak mau
Risa keluar dari kamar sambil mengikat rambut. Wanita itu sudah terlihat siap untuk pergi ke kantor meski sejak pagi dia merasa tidak nyaman pada perut hingga punggung. Rasanya nyeri dan itu sudah sering dirasakan setiap satu hingga dua bulan sekali.Setelah lebih dari dua bulan tidak datang bulan, Risa pikir dia berhasil hamil, tetapi pagi tadi ada bercak merah di celana dalamnya dan itu tanda bahwa tamu bulannya datang, serta harapan bisa hamil tentu masih belum tercapai.Duduk di sebelah Nathan, Risa mengecup kening anak laki-laki itu seperti biasa. “Kamu yakin sudah memasukkan semua buku yang harus dibawa hari ini?”“Sudah, Ma. Nathan sudah memeriksanya dua kali!” balas anak itu dengan nada tinggi, agak kesal karena sang ibu terus menerus bertanya hal yang sama setiap pagi.“Bagus. Kamu sudah besar sekarang, jadi mama tidak akan membantumu melakukan tugas harianmu. Mengerti?“Iya ….”“Omong-omong, apa kau merasa kurang sehat?”Risa mengalihkan pandangan kepada pria yang duduk di d