Pagi harinya, Marcus sudah siap dengan pakaian rapinya dan sekarang dia terlihat sedikit berbeda dari sebelumnya, karena mulai hari ini ia akan menjadi pemimpin perusahaan yang dulu dipegang oleh ayahnya. Langkah kaki Marcus terhenti sejenak saat melihat Rachel yang sedang menatapnya dengan sebuah senyuman yang terlihat sangat manis. Wanita itu, Rachel, ternyata sangat mengenalnya. Ia baru menyadarinya setelah kemarin malam melihat fakta bahwa Rachel adalah satu-satunya orang yang tahu tentang sesuatu yang paling ia benci. Karena hal itu, maka Rachel harus tetap di sana, bukan?
Pertanyaan itu berkeliaran di kepala Marcus. Jawabannya adalah ya, Rachel memang harus tetap di sana agar ia bisa merasa bahwa keberadaannya diinginkan dan agar ia melihat sosok dari orang yang sangat memahaminya. Namun, sanggupkah ia mengalahkan rasa takut tidak berdasarnya tentang luka?
“Kau terlihat luar biasa.” Rachel memberikan pujian untuk Marcus.
“Aku memang luar biasa.” Dan di
Bersambung ....
Dan Marcus saat ini tengah berada di pinggir Sungai Han. Pria ini duduk seorang diri dengan raut wajah yang terlihat seperti orang termenung. Marcus tidak ingin anak perempuan, bukan berarti membenci anaknya. Tidak seperti itu, Marcus hanya takut suatu saat akan menyakiti anaknya karena ia sendiri masih benci pada wanita. Ia tidak ingin suatu saat nanti anaknya melakukan kesalahan dan ia tidak dapat mengendalikan emosi karena pada kenyataannya emosinya mudah tersulut karena wanita. Beberapa saat setelahnya, ponsel yang ada di saku celana Marcus bergetar dan itu karena telepon dari William. Tanpa berpikir panjang ia langsung menjawab telepon dari William, seseorang yang sangat ia percaya karena sudah lama bekerja dengannya. “Kau sudah mengantar Rachel pulang?” Marcus yang lebih dulu bersuara ketika sudah terhubung dengan William “Saya tidak menemukan keberadaan Rachel.” Sebagai orang yang
Marcus akhirnya tiba di Busan dan saat ini sudah berada di depan rumah orang tua Rachel. Pria ini langsung menekan bel, kemudian tidak lama pintu terbuka. Yang membuka pintu adalah Aaron, ayah Rachel yang saat ini menatap Marcus dengan tatapan sangat tajam. “Aku sudah tahu semuanya. Aku akan mengembalikan uangmu, walau tidak sekaligus, tapi akan kupastikan semua uangmu kembali.” Aaron lebih dulu bicara, tepat ketika Marcus ingin mengatakan sesuatu. “Rachel ada di sini, kan?” tanya Marcus. “Hubunganku dan Rachel memang tidak begitu baik, tapi Rachel tetap anakku dan aku marah pada siapa pun yang merusak hidup anakku. Kau tidak menginginkan anak perempuan yang Rachel kandung, tidak apa-apa, aku akan merawatnya. Pergilah, jangan ganggu Rachel lagi.” Aaron bicara dengan ketus dan ingin menutup pintu, tapi dengan cepat ditahan oleh Marcus. “Bukan begitu maksudku. Aku hanya ....” “Perg
“Apa kau sedang mabuk sekarang? Setiap mabuk kau selalu mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti.” Rachel membalas ucapan Marcus. “Aku 100 persen dalam keadaan sadar. Aku minta maaf karena meninggalkanmu begitu saja saat di rumah sakit. Aku terlalu terkejut saat itu dan aku juga takut akan menyakiti anak kita suatu hari nanti. Sekarang, aku datang bukan untuk mengajakmu menyingkirkan anak kita. Percayalah padaku, aku mohon.” Marcus mencoba meyakinkan Rachel dengan segala upayanya. “Lalu, apa alasanmu datang kemari? Kau bahkan sampai mengaku sebagai rumahku. Aku sungguh tidak mengerti kenapa aku harus hidup seperti ini. Kenapa aku harus mengandung anakmu? Kenapa aku harus tinggal denganmu? Kenapa aku harus bergantung padamu? Dan kenapa kau memberi pengecualian padaku? Aku mencoba untuk memahamimu dan segala traumamu karena kau selalu diam. Tapi sekarang, aku lelah. Kau selalu melakukan segala hal sesukamu, termasuk meninggalkanku begitu saja
“Kau ingin menikahi Rachel?” Aaron berucap beberapa saat setelah Marcus menyampaikan maksud baiknya. “Ya, aku ingin meminta restu untuk menikahi Rachel. Aku akan menjaganya dengan baik.” Seumur hidupnya, tidak pernah sekalipun Marcus berpikir akan berkata seperti ini. Tapi keinginannya untuk memiliki dan menjaga Rachel membuat Marcus akan melawan segala rasa takutnya. Dibanding trauma, rasa takut kehilangan Rachel jauh lebih menakutkan untuknya. Aaron menghela napas dan tersenyum pada Marcus. Semalam, rasa marah mendominasi dirinya saat melihat Marcus, setelah tahu apa yang sudah pria itu lakukan pada hidup Rachel. Hari ini, Aaron merasa lebih baik saat melihat Marcus sebagai pria yang bertanggungjawab. “Aku merestui kalian karena Rachel terlihat sangat mencintaimu. Aku harap, kau benar-benar akan menjaganya dengan baik,” ucap Aaron. “Terima kasih. Aku akan menjaga Rachel dan anak kami dengan baik.” Ini adalah janji Marcus pada ayah Rachel. “A
Setelah kemarin ke makam ibunya. Sekarang, William pergi ke makam seorang pria yang seumuran dengannya. Di sana tertulis nama Hong Seung Jo, orang yang sangat berarti untuknya. “Aku datang,” ucap William, lalu meletakkan bunga di atas makam Seung Jo. Tidak hanya bunga, tapi ia juga meletakkan satu kotak coklat kesukaan Seung Jo. Air mata yang sejak tadi terlihat memenuhi mata William, akhirnya tumpah karena tidak sanggup ia ditahan lagi. William menangis di sebelah makam Seung Jo. Selalu begini jika sudah datang ke tempat ini. “Selamat ulang tahun.” William berucap disela tangisannya. •••• Seoul, Korea Selatan. Marcus dan Rachel sudah kembali berada di Seoul. Saat ini, Rachel sedang berbaring di ranjang dan tidak lama Marcus masuk ke kamar itu, lalu tidur di sebelahnya dan memeluknya dari belakang. Sedangkan yang dipeluk tidak memberikan respon apapun. Bukan ini yang Marcus ingink
Alex, pria itu dilarikan ke rumah sakit karena tiba-tiba kesakitan dan memegangi dadanya. Menurut hasil pemeriksaan dokter, Alex mengalami masalah dengan jantungnya. Pria itu menderita aritmia dan perlu penanganan lebih lanjut. Karena merupakan seorang tahanan, Alex tentu mendapat pengawalan super ketat. Tapi ini tidak terasa begitu ketat bagi William yang saat ini sedang memakai masker dan sudah siap dengan pakaian seperti seorang dokter untuk selanjutnya masuk ke kamar rawat inap Alex. Agar lebih mudah dan aman, William tentu di bantu oleh Min Ji dan juga seorang pria yang bertugas berpura-pura menjadi pacar Min Ji. Yang terjadi adalah Min Ji muncul dari salah satu lorong rumah sakit, bertengkar hebat dengan seorang pria, dan akhirnya di tampar hingga terjatuh. Keributan seperti ini membuat dua polisi yang berjaga di depan kamar rawat inap Alex langsung menghampiri Min Ji yang terlihat tidak berdaya bahkan terluka. Saat itu juga, Wil
Foto Alex yang tengah tersenyum kini berada si tengah-tengah karangan bunga di salah satu ruangan yang di sebuah rumah duka. Di ruangan itu juga ada Marcus yang sejak tadi selalu saja menatap foto Alex. Meski Alex sudah sangat jahat padanya, tapi ikatan persaudaraan tetap ada untuk selamanya. Itulah yang membuat Marcus sedih hingga ia menangis dalam diam. Marcus sudah mencoba untuk menahan air matanya, tapi ia tidak bisa. Marcus bahkan tidak tahu akan sesakit ini rasanya saat mengetahui kalau Alex meninggal dunia. Pertahanannya benar-benar hancur hingga kini ia hanya bisa terduduk lemah dengan kepala yang tertunduk dan menangis. “Aku memang membencimu, tapi aku tidak pernah ingin melihatmu seperti ini. Ini menyakitkan, bahkan setelah kau jahat padaku.” Marcus berucap di sela tangisannya, membuat Rachel yang berdiri di belakang pria itu ikut meneteskan air mata. Tentu saja ini menyakitkan bagi Marcus terlepas dari apa yang telah terjadi. Rachel tahu bagaimana
Mobil Marcus berhenti di depan sebuah rumah dan pria ini tidak langsung turun dari mobilnya, ia tampak diam selama beberapa saat karena belum punya cukup keyakinan untuk melakukan ini. Namun, ia tidak ingin menyesal karena tidak memperhatikan ibunya. Setelah hampir 10 menit Marcus hanya diam di dalam mobil, kini ia keluar dari dan berjalan menuju ke rumah ibunya. Rasa marah itu belum hilang dari hatinya, tapi Marcus tidak ingin terus terjebak dalam rasa marah. Ia juga perlu meminta restu atau Rachel tidak akan mau menikah dengannya. Baru saja Marcus akan menekan bel, pintu sudah lebih dulu terbuka. Memperlihatkan Seo Yi yang terkejut melihat kehadiran Marcus. Seo Yi baru saja akan mememui putranya itu untuk menanyakan hasil autopsi Alex, tapi dia sudah muncul di sini. “Ibu baru akan menemuimu dan kau ....” “Tinggallah denganku.” Marcus menyela ucapan ibunya, hingga membuatnya sangat terkejut. “Apa?” tanya Seo Yi yang takut salah dengar.