“Apa?” tanya Asri.
“Kau jelek kalau bangun tidur,” kata Aryanaga. Entah itu pujian atau hinaan, tapi lebih seperti hinaan.
“Emang,” jawab Asri.
“Meskipun begitu aku suka,” ucap Aryanaga.
Anjir, pagi-pagi udah nge-flirt! Asri langsung kembali ke kamar kosnya. Menyesal ia langsung keluar kamar pagi ini.
“Aku tunggu di meja makan, sarapan bareng ama orangtuamu!” ucap Aryanaga.
Asri yang sudah masuk ke kamarnya segera membangunkan Tyas. Dia bergegas mandi, setelah itu gantian Tyas yang mandi. Asri segera ganti baju untuk masuk kuliah. Seharian ini jadwalnya penuh, maka dia harus memastikan semuanya baik-baik saja dan tidak kekurangan suatu apapun.
Asri mempersiapkan buku-buku yang dia bawa, peralatan make-up, setelah itu dimasukkan semuanya ke d
Seorang laki-laki sedang duduk di sudut alun-alun Kota Batu. Dia adalah Edo Susantyo. Terlihat uap tipis mengepul dari mulutnya. Dia merasa kesal, karena sudah tiga batang rokok dia habiskan hanya untuk menunggu anak buahnya untuk segera menemuinya di tempat yang terlihat banyak para pengunjung di sana. Dari kejauhan ada bianglala besar. Apabila naik ke benda tersebut, maka nyaris seluruh kota Batu bisa terlihat dari atas sana. Beberapa orang laki-laki tak lama kemudian mulai menghampirinya. Kontras sekali penampilan mereka dengan penampilan necis Edo. Ada alasan khusus kenapa lelaki berjambang tipis ini sampai harus berada di Kota Batu, yang notabenenya masih brada di dalam wilayah Malang Raya. Apalagi kalau bukan mengejar mantan kekasihnya, Asri.“Bagaimana?” tanya Edo. Dia matikan lalu menginjak putung rokoknya.“Ketemu bos. Fix ini dia,” jawab salah satu di antara orang-orang tadi.
“Bajingan!” umpat Asri. Demi apapun yang ada di dunia ini, saat ini Asri benar-benar emosi berat. Dia sudah bertengkar dengan orang tuanya. Ia sudah kehilangan ponsel, perutnya lapar dan satu-satunya harapan dia malah sekarang merangkul perempuan lain.“Brengsek!”Gadis berkacamata ini terus mengikuti Edo sambil menjaga jarak. Ia tak mau Edo mengetahui kalau sedang diikuti. Setelah Edo ke meja resepsionis, Asri terus memperhatikan dari jauh sambil menjaga agar tidak ketahuan. Sorot matanya menatap tajam nomor kunci yang sedang diserahkan oleh resepsionis kepada Edo. Kamar nomor 302.Segala hal negatif langsung menyerang kepala Asri. Gadis ini mulai berpikir keras, kenapa Edo tak bisa dihubungi? Apakah mungkin gara-gara bersama perempuan ini? Siapa perempuan ini? Keluarganya? Tidak mungkin. Kenapa juga mereka berciuman, sambil masuk ke dalam hotel? Sinting. Asri masih belum ya
Malang, sekarangSore harinya Asri sudah selesai kuliah. Ia hendak langsung pergi ke kantor.“Pergi kerja?” tanya Tyas.“Iya dong,” jawab Asri.“Aku anter?” tawar Tyas.“Nggak ngerepotin?”“Nggak kok, santai aja. Lagian aku juga mau nonton film sekalian,” jawab Tyas sambil nyengir.“Ih, nonton film sendirian,” ledek Asri. “Segera saja sana cari pasangan!”“Yee, koe sendiri juga nggak punya pasangan. Eh, sudah punya ya. Si Arya,” kekeh Tyas.Asri mencubit pipi Tyas. “Nggak, belum resmi.”“Kapan diresmikan?” terdengar suara yang mengejutkan keduanya. Tampak Aryanaga ada di d
Aryanaga sampai di kantor Asri. Ternyata di tempat itu sekarang sedang ramai, teman-teman kerja Asri yang mendengar keributan keluar semua. Mereka juga sedang merawat Tyas yang tampaknya syok. Tyas melihat Aryanaga yang berada di luar pagar, segera memanggilnya.“Arya!” panggil Tyas.Aryanaga masuk ke halaman kantor. Tampak wajah Tyas yang berantakan, dia benar-benar terlihat syok.“Kau tak apa-apa?” tanya Aryanaga.Tyas mengangguk.Dwi dan Wulan yang ada di tempat kejadian bertanya-tanya dengan orang yang baru saja masuk ke halaman rumah. Aryanaga memakai kemeja batik dengan celana khaki. Yang membuat Tyas masih takjub adalah hanya lima menit setelah tadi dia menelpon, cowok itu tiba-tiba saja sudah ada di tempat ini.“Masnya siapa?” tanya Dwi.“Dia pacarnya Asri,&rd
Orang-orang melongok melihat ke depan. Dari kejauhan terlihat seseorang berdiri di tengah jalan. Siapa orang yang berani masuk ke jalan tol dan berdiri di tengah jalan? Ada dua kemungkinan, pertama, orang yang memang ingin cari mati. Kedua, bukan orang.“Tabrak aja. Nggak usah pedulikan!” perintah Edo.Sang sopir pun menginjak pedal gas dalam-dalam. Mobil pun melaju dengan kencang untuk menabrak siapapun yang ada di tengah jalan itu.Orang yang berada di tengah jalan tol itu adalah Aryanaga. Cowok itu sudah berdiri di sana. Hanya saja ada yang berbeda dari Aryanaga. Dia sudah menjelma menjadi wujud hybrid—setengah naga setengah manusia. Kulitnya bersisik dengan warna biru kemerahan, kepalanya muncul sepasang tanduk. Di punggungnya ada sepasang sayap kecil. Asri samar-samar melihat siapa yang ada di tengah jalan. Lampu di jalan tol tak begitu teran
“S-sebentar, b-bagaimana bisa terjadi? Kau Damar? Tidak mungkin! Damar itu kadal, trus kau ini manusia. Manusia apa sebenarnya kau ini?”“Sudah kubilang ceritanya panjang. Kau mau aku menceritakan semuanya?”Asri mengangguk. Jantungnya berdegup kencang seperti orang yang lari marathon. Kalau misalnya Aryanaga adalah Damar, maka Asri sudah tahu jawaban teka-teki kenapa Aryanaga tahu tentang alerginya. Masalahnya adalah bukan saja alerginya, tetapi seluruh keluh kesahnya, bahkan juga apa yang tersembunyi dari dirinya diketahui semua oleh Damar, si kadal kecil yang beruntung.Aryanaga pun mulai bercerita.“Aku adalah Putra dari Raja Naga Primadigda. Ya, benar sekali aku adalah anak naga. Ayahku adalah raja naga dan ibuku adalah manusia biasa. Wujudku yang kau lihat tadi adalah setengah naga setengah manusia. Ada suatu peristiwa yang membuatku disihir
Asri terbangun dari tidurnya. Dia merasa kamar yang dia tempati bukan kamarnya, sebab tidak ada barang-barangnya sama sekali. Ini kamar siapa? Yang lebih mengejutkannya dia merasa tidak sendirian di kamar ini. Aryanaga!Asri buru-buru bangun lalu mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi kemarin. Bagaimana ia bisa berada di kamar cowok ini? Asri memperhatikan apakah ada yang kurang dari dirinya.Aryanaga terbangun. Dia memperhatikan Asri yang masih memeriksa badannya, barangkali ada cupang-cupang cinta. “Tenang saja, aku bukan cowok yang menggunakan kesempatan di dalam kesempitan. Kau masih utuh.”Terkejut. Wajah Asri memerah.“K-kenapa tidak kau taruh aku di kamarku saja?” protes Asri. “Jadinya kan aku tidak mikir yang tidak-tidak.”“Kalau kau ada di kamarmu, tidak aman. Aku ingin melindungimu, jadi kau harus dek
Di sebuah gedung terbengkalai tampak seseorang sedang duduk di antara salah satu pinggiran balkon. Gedung itu sebenarnya merupakan salah satu gedung bekas yang dulunya hendak diperuntukan untuk bangunan mall, tapi karena vendor proyeknya terkena kasus, akhirnya gedung itu terbengkalai begitu saja. Orang itu melihat ponselnya sambil menggeser-geser layar membaca berita. Dari bawah tampak beberapa bayangan gelap menghampiri.“Dunia manusia cukup unik, bila dibandingkan dengan dunia kita,” gumam lelaki itu. “Terus terang, aku sangat kagum dengan teknologi yang bernama ponsel.”“Yang Mulia, sudah siap untuk bergerak?” tanya salah satu bayangan hitam.“Anak itu masih seperti bocah. Dia tak tahu apa yang sedang dihadapinya. Mengumbar kekuatannya, hancurkan sana, hancurkan sini. Aku sudah menduga tak akan susah menemukan Aryanaga,” lanjut lelaki tersebut, &ld