Tunggulah Kehancuran Kalian Malam itu keduanya banyak bercerita tentang hidup mereka, Felix tidur dengan Bi Minnie."Jadi sebenarnya yang kubutuhkan bukan psikiater, tetapi suami tampanku ini." Patricia memeluk satu lengan Dimitri sesekali mengendusnya dengan hidung."Kau baru menyadarinya?" Dimitri mengusap kelala istrinya.Siangnya Patricia dan Dimitri datang ke rumah Harry, guna meminta maaf karena sudah membuat kakaknya marah.Mereka di persilahkan masuk oleh pelayan, Felix langsung minta di turunkan dan mengambur ke arah Sarra.Wanita hamil itu menyambutnya lalu menaikkan Felix ke pangkuannya, sedangkan Harry tetap dengan wajah datarnya."Kakak, aku datang untuk minta maaf!" Patricia mulai berucap, "Aku memang salah sudah membuat semua jadi rumit.""Baguslah kalau Kau menyadarinya," balas Harry, ia masih terlihat ketus.Sarra memegang tangannya dan memberi kode agar suaminya juga, meminta maaf pada Dimitri.Harry menggeleng pertanda tidak mau, Sarra memelototinya seraya meng
Pagi ini Sarra sengaja menyiapkan sarapan untuk suaminya karena ini hari spesial Harry.Yah suaminya tengah berulang tahun dan Harry bahkan belum menyadarinya, Sarra sendiri ingin melayani suaminya sejak pagi ,salah satunya dengan membuat sarapan kesukaan suaminya.Setelah mengantar Harry ke depan, Sarra kembali ke kamar. Ia membuka ponselnya, mulai berselancar mencari tempat romantis untuk makan malam. Sarra memilih indor karena malam hari, ia takut kedinginan dan tidak baik untuk bayinya. Sarra memesan tempat di salah satu gedung yang di khususkan untuk tempat acara, semisal kejutan dan acara lainnya. Setelah semua di pastikan pas, ia pun memesannya, Sarra meminta ruangan itu di hias dengan nuansa romantis dan dikelilingi oleh bunga dan lilin.Hari ini dia pergi ke luar melakukan perawatan dan sengaja tidak akan pulang ke rumah. Sarra ingin menyajikan yang terbaik untuk suaminya.Terkadang ia tersenyum membayangkan keromantisan yang akan terjadi malam nanti. Malam yang aka
Kembali Ke Minnesota Kata-kata Harry yang menyebutnya perempuan murahan, sampah dan penipu terngiang-ngiang di telinga Sarra. Lagi-lagi ia menangis, menenggelamkan wajahnya di atas bantal.Tak peduli pada malam yang kian beranjak, Sarra tidak bisa terpejam walau sedetikpun.Seolah tak pernah ujian itu meninggalkan rumah tangga mereka. Apa yang salah? Padahal mereka saling mencintai.Entah ini sekedar ujian atau memang suatu pertanda bahwa mereka memang tidak pantas hidup bersama. Mulai sebelum menikah sampai Paula tiada selalu saja ada masalah.Sebentar saja mereka merasakan kebahagiaan dan ketenangan.Cahaya matahari perlahan menerobos ventilasi udara, pertanda gelap telah berlalu, tetapi tidak dengan wanita hamil itu. Entah kapan kabut hitam itu pergi menjauh dari kehidupannya.Sarra menggerakkan tubuhnya lalu duduk perlahan. Ia pergi ke kamar mandi, membersihkan diri dan mengganti bajunya. Patricia memang memberinya baju lebih dari satu.Sarra turun ke bawah dengan wajah se
Kenapa Harry Tidak Ikut? Malam hari Harry pulang ke rumah dengan tubuh yang sangat lelah, di tambah dengan pikiran yang kecewa karena merasa dihianati.Harry sengaja lembur agar tidak banyak waktu di rumah hingga membuatnya bersedih dan selalu memikirkan Sarra.Harry naik ke lantai atas menuju kamarnya. Harry mengendurkan dasinya seraya menaiki anak tangga.CeklekPelayannya terlonjak kaget dan langsung memegangi dadanya saat pintu terbuka, begitu juga dengan Harry, matanya langsung menyorot penuh curiga melihat sosok yang sedang berjongkok di dekat laci."Apa yang Kau lakukan di sini!" tanya Harry penuh selidik."Ehmm, sa-saya baru saja menyimpan pakaian ke dalam lemari, Tuan," jawabnya gugup seraya menunduk. Jantungnya saat ini berdetak sangat kuat, dia sangat ketakutan. Harry menatap bagian penyimpanan baju, sedangkan pelayannya menunduk di depan laci dekat meja rias istrinya. "Tu-tuan, saya permisi!" Ia menunduk meninggalkan kamar itu.Harry masih bergeming di tempatnya.
Apa Kurang Jelas Buktinya? Lerina memilih baju hamil sebanyak tiga buah, ia juga memilih sendal yang nyaman untuk ibu hamil. Semuanya untuk adik iparnya. Ia bahkan tidak membeli apa-apa buat mereka.Queen yang aktif mulai memukul-mukul setir mobil dengan tangannya, Han menahan tangan anak itu agar diam, dia sedang sibuk dengan ponselnya.Queen berusaha melepaskan tangannya dari kungkungan tangan daddynya, ia pun berhasil dan kini sasarannya adalah ponsel Han."Queeen!" Han menegurnya, lalu ia sedikit meniggikan ponselnya. Kini bayi yang memakai gaun bunga-bunga berlengan kensi itu malah bertepuk tangan.Han meletakkan ponselnya dan membalik tubuh Queen agar menghadap padanya."Queen berisik!" Han mencolek hidungnya. Putri bungsunya itu tertawa dan berusaha menangkap jari daddynya. Han mengulanginya lagi dan Queen sampai mengeluarkan suara.Sean yang gemas pun tak mau ketinggalan, ia mendekat dan mencubit kedua pipi adiknya yang gembul.Bukannya tertawa, Queen malah menangis, Ha
Kalian Bertengkar? Harry langsung masuk ke dalam kamarnya dan melihat sekeliling ruangan, harus dari mana ia mulai mencarinya. Harry kemudian mengingat fose foto Sarra yang ada di ponsel sopirnya itu.Foto itu selalu berlatar belakang lukisan. Ya, Harry masih ingat dengan jelas.Sudah di pastikan ada di meja rias atau laci. Harry segera memeriksa kedua tempat itu, meraba dengan halus agar tidak ada yang terlewat sedikitpun sambil matanya terus mencari.Tidak ada yang mengganjal tangannya, Harry kembali berdiri, sambil berpikir apa yang dikatakan oleh adiknya tadi.Bisa jadi ada yang bekerja sama dengan Angela. Tentu tidak mudah mengetahuinya. Cctv?Harry ingat dengan benda penolong itu, mungkin dapat memberikannya sebuah petunjuk. Harry masuk ke ruang kerjanya dan menyalakan pc lantas memeriksa cctv yang ada di rumahnya. Di situ pasti terlihat, pelayan mana yang sering masuk ke kamarnya.Harry membuka untuk dua minggu kebelakang tepatnya cctv yang mengarah di tangga men
Putriku Sangat Gendut Laporan sudah di terima oleh polisi, tinggal membuat surat penangkapan terhadap Angela. Harry menyerahkan sepenuhnya pada pengacara karena ia akan membereskan beberapa pekerjaan di perusahaan agar bisa segera menyusul istrinya Ke Minnesota."Sayang!" ucapnya kala, melihat foto istrinya itu. Harry tercekat mengingat perlakuan kasarnya malam itu, meski hanya sebentar dapat dipastikan Sarra sakit hati karenanya."Apa kubilang, jangan mudah percaya, caritahu kebenarannya lebih dulu, cegah kakak ipar pergi." Patricia mendatangi kakaknya ke perusahaan, "sekarang, nomornya saja sudah tidak bisa di hubungi." Dia kembali marah pada kakaknya.Harry duduk terdiam tidak melawan apa yang di katakan oleh adiknya, semua memang karena kebodohan dia, wajar bila Sarra memutus komunikasi, tetapi kenapa dengan Patricia juga."Bagaimana si wanita ular itu? Apa sudah di tangkap?" Patricia juga tidak mau melewatkan hal ini. Menurutnya Angela harus di hukum."Mereka sedang berlib
Jangan Konyol, Sarra! Sarra sedang menikmati makan malamnya dengan ayah dan ibunya, mereka bercerita banyak kecuali tentang masalah Sarra, kedua orang tua itu sepakat tak ingin membahas hal itu karena tak ingin putri mereka sedih memikirkannya."Ibu, aku berencana pergi liburan ke Maldives," ucap Sarra. Sontak kedua orang tua itu menghentikan kunyahan mereka lalu menatapnya."Kau bercanda?" Laura mengeryitkan dahinya. "No, aku serius. Kata kakek meski aku lama hamil tetap saja dapat hadiah di Maldives." Sarra ingat saat kakeknya berjanji dengan sebuah pulau sebagai hadiah.Kakek Zoku baru saja memberitahunya tentang pulau itu. Itulah sebabnya Sarra ingin segera ke sana sekaligus menghibur dirinya. Melupakan sejenak kesedihan yang mendera."Jangan konyol Sarra! Kau tahu kondisimu, di sana jauh dari rumah sakit, bagaimana kalau terjadi hal yang tidak di inginkan?" Laura tentu saja tidak setuju dengan kondisi putrinya saat ini."Ayolah, Bu. Kata dokter anak-anakku sehat, ja