Lily Hamil Anak Paman Patutlah Neve juga menginginkan Sean ternyata mereka pernah menjadi sepasang kekasih. Begitulah pikiran Lucia saat ini. Lucia menjadi pendiam sejak Sean menceritakannya malam tadi, seolah tidak percaya dengan kejujuran Sean bahwa mereka tidak pernah berciuman ataupun menghabiskan waktu bersama.Sean tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Lucia saat ini."Masuklah ke kelasmu, jam makan siang datang saja ke cafe depan kampus, aku ada janji dengan klien." Sean menghantar Lucia sampai ke pintu kelasnya sebelum dia sendiri masuk ke kelasnya yang ada di lantai dua.Lucia mengangguk, Sean mengusak rambutnya manja, hingga mengundang protes dari Lucia. Mereka pun berpisah untuk mengikuti pelajaran masing-masing. Sean keluar lebih dulu, dia sudah di tunggu oleh orang yang ingin menyewa ballroom hotelnya.Sepasang paruh baya, mereka ingin menikahkan putri mereka dan memilih hotel Sean sebagai tempat resepsi.Mereka ingin pihak hotel yang menyediakan semuanya, s
Bertahanlah Kakek Alberto pulang ke rumahnya yang ada di kota, satu-satunya harta yang masih tersisa yang belum ia jual."Sebenarnya Tuan Alberto tampak baik, tapi kenapa gampang sekali terpengaruh?" Lucia bertanya pada suaminya yang fokus menyetir.Mereka akan kembali ke apartemen, rencananya besok akan mempertemukan Alberto dan Lily."Terlalu ingin membahagiakan orang yang di sayangnya, jadilah dia seperti itu." Sean menilainya begitu, semua karena Neve hingga Alberto tega berbuat jahat padanya."Intinya dia benar-benar tidak baik," kata Lucia lagi yang masih ingin membahas hal ini, "Hati yang baik pasti menolak apapun itu bentuk kejahatan meski untuk mendukung orang tersayangnya sekalipun." Begitulah yang ada di pikiran Lucia dan itu sudah seharusnya. Sean setuju yang dikatakan oleh istrinya, tapi kadar kebaikan orang kita tidak tahu, pada dasarnya semua ada sebab dan akibatnya dari perbuatan manusia itu sebdiri. "Semoga saja sudah berubah setelah ini dan kita hanya perlu
Lucia Masuk Rumah Sakit Sepeninggal Dario dan kakeknya, Lily dan ayahnya ribut karena Lily menolak untuk ikut pulang. Posisi rumah Dario yang di kelilingi kebun dan jauh dari tetangga jadi tidak ada yang menyadari keributan itu."Lily, ayo pulang!" ajak ayahnya lagi untuk kesekian kali. Lily menggeleng, "tidak ayah, aku tidak akan pulang," tolaknya dengan tegas. Lily membayangkan dirinya akan di kurung atau paling buruknya di suruh menggugurkan kandungan.Kesabaran sang ayah sudah menipis, ia pun menarik Lily dengan paksa dan menyeretnya hingga melewati ladang kentang milik kakek Dario.Lily menjerit minta di lepaskan hingga membuat murka ayahnya semakin besar, sampai di dekat jalan raya ia hempaskan tubuh Lily hingga anaknya itu terjatuh, ia lalu pergi tak peduli pada putrinya yang tampak kesakitan.Lily meringis memegangi perutnya dengan kedua tangannya hingga perlahan kesadarannyapun hilang.Di salah satu bilik rumah sakit Dario baru saja selesai menyuapi sang kakek."Kita pula
Penyakit Jantung Bawaan Jarum jam seakan berputar lamban untuk sebuah penantian Sean. Rasa cemas serta pengharapan untuk keselamatan istrinya membuat Sean lupa mengabari keluarganya di belahan bumi yang lain.Ternyata cukup lama Lucia tidak sadarkan diri, tidak ada yang bisa menghubunginya. Sean juga merutuki dirinya yang meninggalkan ponselnya di ruangannya, semata demi totalitasnya dalam menyambut tamu, tapi inilah yang terjadi, istrinya jadi lambat ditangani. Padahal baru hari ini mereka tidak bersama hal buruk sudah terjadi pada Lucianya. Terlihat tangan itu berulang kali mengusap wajahnya, begitu juga dengan Nyonya Marylin yang sudah seperti orang tua bagi Lucia. Dia pun enggan pulang sebelum mengetahui kondisi Lucia pasca operasi. Setelah tidak bisa menghubungi kontak suami, teman Lucia ternyata menghubungi kontak Nyonya Marylin hingga wanita pemilik panti itu tiba lebih dulu di rumah sakit dari Sean. Dia sama khawatirnya, dalam hatinya terus menggaungkan doa agar Luci
Mungkinkah Lucia dan Luisa Kembar? Lucia semakin semangat untuk sembuh setelah kedatangan wanita yang sudah ia anggap seperti ibu itu. Meski keadaannya seperti saat ini, dia tak lupa bersyukur kini semakin bertambah orang yang menyayanginya.Nyonya Marylin menyuapinya dengan telaten, Sean tersenyum menatap sang istri yang sudah mulai bisa tersenyum meski tipis."Aku sudah tidak sabar bertemu dengan ibu mertuamu," kata Nyonya Marylin setelah Lucia menceritakan kedatangan kedua orang tua suaminya itu."Tunggulah sebentar, Mommy akan datang pagi ini." Lucia menahannya pulang demikian juga Sean hingga tidak berapa lama pintu di buka dari luar, tampaklah sosok Han dan Lerina.Han menyapa wanita pemilik panti itu, mereka sudah kenal sejak dulu, "Nyonya, perkenalkan ini istriku, Lerina," kata Han seraya menunjuk istrinya.Lerina maju, ia menjabat tangan wanita tua itu lalu mereka saling memeluk, "Lerina!" sebutnya."Panggil aku Marylin," balas Nyonya Marylin ramah."Sekarang aku meng
Akhirnya Bertemu Polisi terus menyelidiki kasus yang menimpa Lucia. Kini semua cctv kampus kembali di buka dari semua sisi.Hal yang mencurigakanpun tampak, seseorang keluar dari arah gudang, dialah sosok pemakai hoodie hitam dan masker di dekat tangga yang sengaja menyenggol Lucia. Mereka menekan tombol pause untuk memperhatikan lebih detail lagi."Buka rekaman sebelumnya!" titah salah satu polisi.Bawahannya itu lantas menggeser menit-menit sebelumnya hingga tampaklah sosok wanita memakai rok mini masuk ke dalam gudang, ia tampak awas seolah mastikan tidak ada yang melihatnya masuk. Tidak ada yang lain hanya dirinya saja dan yang keluar dari gudang adalah sosok berhoodie tadi.Mereka memeriksa lagi setiap menitnya hari itu, tidak ada yang lain hanya dua sosok itu saja."Fiks, wanita itu adalah yang menyamar menjadi pria, dapat disimpulkan bahwa kejadian ini sudah terencana." Polisi memberikan kesimpulannya.Pihak kampus pun di suruh mengenali siapa wanita tadi. Mereka me
Nyonya Valdez Adalah Ibumu Setelah mempertimbangkan semuanya, Sean meminta pada Nyonya Valdez untuk membahas masalah ini setelah kondisi Lucia membaik. Dia takut kesehatan Lucia terganggu karena terlalu memikirkan hal ini.Sebagai suami dia tahu apa yang terbaik untuk istrinya saat ini, bukan karena tidak senang dengan pertemuan orang tua dan putrinya.Nyonya Valdez dan suaminya pun memaklumi, yang penting mereka ingin membuktikan lagi dengan tes dna agar semuanya jelas.Seperti rencana sebelumnya. Dua hari setelah itu Luisa pun menggelar pernikahannya di hotel milik keluarga Sean.Lalu hari berikutnya Lucia di izinkan pulang, tinggal bayinya saja yang masih harus di rawat di rumah sakit. Dokter mengatakan mereka harus tetap dalam inkubator selama kurang lebih satu bulan. Itupun akan di pastikan bila kondisi mereka telah stabil. Lerina dan Han menunggu di apartemen, mempersiapkan penyambutan untuk menantu mereka.Sean pergi menyelesaikan pembayaran biaya rumah sakit istriny
Tertangkapnya Neve Berita menghilangnya Lucia sudah sampai ke telinga Nyonya Marylin dan seluruh penghuni panti juga keluarga Valdez. Mereka turut resah karenanya.Luisa dan Alex yang sudah menjadwalkan bulan madu memilih untuk menundanya.Melihat kerisauan orang tuanya terhadap wanita yang diduga kembarannya itu, Luisa jadi tidak enak hati untuk pergi."Bu aku rasa lebih baik menunda bulan madu, aku akan menunggu sampai Lucia ditemukan," ucap Luisa. Kini mereka duduk di sofa ruang tamu."Tanyakan pada suamimu, jangan membuat keputusan sendiri." Nyonya Valdez tidak mendukung, tapi tidak juga melarang. Dia mengerti kondisi pengantin baru seperti Alex dan Luisa. "Baginya tidak masalah, yang penting masalah ini selesai, Bu," tutur Luisa yang sudah mendiskusikan ini dengan suaminya. Alex tidak masalah, yang penting berada di dekat Luisa setiap hari sudah lebih dari bulan madu katanya. Nyonya Valdez senang mendengarnya, ia merasa Luisa beruntung mendapat suami yang tepat. Alex se