Nona, Anda Ini Lucu! Sarra memanggil taksi yang lewat, namun tidak berhenti, membuat ia semakin cemas saja.Sampai menunggu lima menit lamanya barulah ia mendapatkan taksi.Sarra segera menyebut alamat perusahaan suaminya. Taksi segera melaju membelah jalanan yang cukup ramai sore itu, terdapat beberapa titik macet hingga membuat taksi terpaksa ikut berhenti.Sarra benar-benar tampak tidak tenang, dalam hati terus merapal doa agar ia tidak terlambat datang menyelamatkan suaminya.Sarra menyerahkan tiga lembar uang tanpa bertanya lebih dulu berapa ongkos taksinya. Tentu saja hal itu membuat sang sopir tertawa girang, ini lebih dua kali lipat dari ongkos yang seharusnya.Sarra segera berlalu memasuki lobby gedung pencakar langit milik Harry, saking ingin cepatnya ia sampai lupa tidak merapikan rambutnya hingga ia, terlihat seperti wanita rumahan yang tidak pandai berdandan. Kedua resepsionis perempuan menatapnya aneh, dari kejauhan mereka telah melihat kedatangannya."Permisi! Sa
Bicara Dengan Rivera Begitu melihat pintu terbuka, Harry yang sedang di gerayangi oleh Angela langsung menendang wanita itu kuat hingga terjungkang ke belakang, secepat kilat Harry menghampiri sang istri dan memeluknya erat.Sembari berpelukan, tatapan tajam tidak pernah Sarra putuskan dari Angela yang terdiam di sana dengan tanpa busana. Wanita itu menyunggingkan senyum liciknya."Aku sudah tidur dengan, Harry," katanya tanpa rasa malu.Sarra mengepalkan tangannya, di dorongnya tubuh Harry agar menjauh darinya, hal itu membuat Angela terseny puas, dia tidak peduli seperti apa tatapan security yang berdiri di pintu serta dua wanita resepsionis tadi.Sesekali security tersebut menelan ludahnya kasar.PlakTanpa di duga Sarra melayangkan tangannya ke pipi Angela yang tidak tahu malu.Ia salah mengira, berpikir kalau Sarra, akan membenci Harry hingga melepaskan pelukan pria itu, tapi ternyata tidak, Sarra justru datang menamparnya."Wanita rendahan menjijikkan! Suamiku tida
Apa Bibi Sedang Menyuruhku? Dari cara Dokter Sam menatap Rivera, sopirnya tahu ada sesuatu yang berbeda dari sekedar rasa penasaran.Di balik senyum itu ia menginginkan jadi seorang ayah dan suami. Pasti sangat menyenangkan. Pikirnya."Jangan bilang apa yang sedang kupikirkan ini benar," tegur sang sopir yang sudah sangat akrab denganya. Dokter Sam tertawa, "Mungkin saja," jawab Dokter tampan itu dengan enteng.Mobil pun melaju tanpa menunggu perintah Dokter Sam, "Hei, aku belum menyuruhmu pergi."Aku takut Kau semakin gila berada di sana," jawabnya tanpa menghentikan laju mobil.Ck"Dasar supir sialan! Tidak bisa melihat aku senang," gerutu Dokter Sam.Sopir itu hanya terkekeh dan membawa Dokter Sam pulang ke rumah.^^^^^^Tidak ada yang perlu Harry sesali saat ini selain kepercayaannya pada sang ibu yang tega ingin menjerumuskannya dengan menjebaknya dengan Angela. Dia sangat bersyukur karena Sarra hadir meski sedikit terlambat saat Angela nyaris mendapatkan dirinya."L
Dimitri Bisa Mati Perjalanan mereka cukup lancar dan tidak kaku seperti biasanya, kali ini ada perbincangan meski tidak terlalu akrab."Cukup jauh, kenapa Kau memillih tempat itu?" Patricia merasa mereka sudah berkendara lebih dari satu jam."Pemilik sebelumnya terlilit hutang dan memutuskan untuk menjualnya murah," kata Dimitri seraya fokus ke jalanan."Ternyata selain pengusaha sukses, Kau juga suka bisnis seperti itu." Patricia tahunya Dimitri bukanlah pengusaha kelas kecil."Apa salahnya mencoba dan yang Kau katakan itu tidak benar, aku bukan pengusaha sukses lagi." Dimitri sadar siapa dirinya sekarang, dia bukanlah bagian dari keluarga Nyonya Winter lagi. Dia memang memiliki usaha, meski belum sebesar perusahaan sebelumnya."Lagi?" Patricia jadi teringat ucapan ibunya tadi. Apa benar yang ia katakan? "Ya, seperti yang ibumu bilang tadi, aku tidak berada di perusahaan itu lagi." Dimitri memang sempat mendengar hal itu tadi."Kau terlihat biasa, bukankah selama ini
Panggil Aku Kakak Kini mereka berempat telah duduk berjejer di depan ruangan Patricia. Sarra menceritakan permasalahan yang menimpa Dimitri saat berencana akan menikahi Rivera.Antonio diam menyimak, dia tidak bisa menyalahkan Dimitri lagi. Semua adalah takdir dan ini bermula saat pria itu kehilangan Rivera waktu itu, saat Antonio membawa Rivera kembali ke Minnesota dan ia juga sempat menjebloskan Dimitri ke dalam penjara dengan tuduhan penculikan terhadap Rivera yang saat itu masih berstatus istrinya."Kau tidak perlu khawatir, setelah Patricia melahirkan Kau akan bercerai dari adikku."Sarra menatapnya dan memukul kecil lengan suaminya yang berkata tidak masuk akal. Bagaimana mungkin ia mengatakan hal seperti itu. Memutuskan pernikahan antara Patricia dan Dimitri. Harry balas menatap istrinya, "Yang kukatakan benar, karena kebodohan Patricia, Dimitri jadi meninggalkan tunangannya. Andai aku tahu saat itu, aku tidak akan menculiknya." Harry menyesali keputusannya, tapi ju
Maafkan Aku Rivera! Dimitri yang tersiksa karena rasa bersalah memutuskan untuk pergi lagi meninggalkqn rumah sakit, dia mencari tempat untuk menghilangkan sejenak beban pikiran yang menyiksa. Dimitri kembali menenggak alkohol meski dengan jumlah yang sedikit. Sementara Patricia di rumah sakit tidak bisa tidur. Wanita itu tampak gelisah karena Dimitri belum juga kembali sampai saat ini.Padahal Harry bilang kalau Dimitri sudah pulang sejak tiga jam yang lalu. Tak di pungkiri ia menjadi khawatir terhadap pria itu. Apa lagi mereka sedang menghadapi masalah dengan ibunya Paula. "Nyonya Dimitri, belum tidur?" Suster datang ingin mengganti cairan infus Patricia."Saya belum mengantuk, Sus," jawabnya tanpa bisa menyembunyikan rasa cemasnya.Suster tersebut meninggalkan Patricia setelah selesai melakukan tugasnya.Entah pukul berapa Patricia tertidur tadi malam, yang pastinya pagi ini Dimitri belum juga muncul di ruangannya. Entah kemana pria itu pergi. Patricia merasa tidak se
Kau Lupa Sudah Mencuri Benihku? Di luar ruangan sang pengacara langsung menghubungi kliennya, Paula. Ia mengabarkan tentang pengakuan Patricia yang tidak menyalahkannya.Paula menyeringai bahagia. "Sudah ku duga, anak yang kubesarkan itu tidak mungkin membiarkan aku mendekam di dalam penjara. Hah! Dimitri-Dimitri, Kau berani mengusik Paula. Maka tunggu pembalasanku!"Wajah itu penuh dendam saat menyebut nama Dimitri. Entah apa yang merasuki wanita paruh baya itu, semua orang di anggap musuh olehnya. "Baiklah, aku akan segera ke kantor polisi," kata pengacaranya. "Ya, cepatlah, aku sudah bosan berada di sini." Paula sudah tidak sabar ingin segera keluar dan menyusun rencana baru untuk Sarra dan Dimitri tentunya.Pengacara tersebut pergi lebih dulu meninggalkan polisi yang masih berada di dalam ruangan Patricia. "Patricia kenapa tidak jujur?" Dimitri sungguh tidak menyangka Patricia mengatakan kebohongan tanpa mendiskusikannya dengan dirinya. "Aku berkata jujur dan dia
Kembalilah Bersamaku Jadwal Rivera telah usai, ia tengah membereskan barang yang akan ia bawa ke dalam tas. Ingatannya terus tertuju pada Antonio.Ia merutuki dirinya yang menjadi serba salah bila berdekatan dengan mantan suaminya itu. Rivera menyentuh dadanya. Seketika senyum terkembang di bibirnya.Namun sesaat ia ingat, dia seperti wanita yang tidak punya harga diri bila mengharapkan mantan suaminya itu lagi. Hubungan mereka telah usai, jadi atau tidaknya ia menikah dengan Dimitri faktanya mereka telah berpisah. Rivera berusaha mengenyahkan pikirannya. Ia segera melangkah keluar, tersenyum saat berpapasan dengan para suster dan dokter lain.Rivera merogoh isi tasnya mengambil kunci mobil di dalam, saat suara orang bertengkar terdengar di telinganya. Rivera menahan langkahnya takut kalau dua orang berlainan jenis itu melihat dirinya. Rivera bersembunyi di balik mobil ambulance yang sedikit lebih tinggi dari mobil lainnya."Sam, Kau tidak bisa mengabaikanku, aku ini calon istri