Jaga Batasanmu, Nona! Rivera masih saja memikirkan tentang pembicaraan nenek dari Dokter Sam tadi. Wanita itu ternyata bukan ingin melabraknya, namun justru sebaliknya sampai-sampai oa tidak menyadari Dokter Sam sudah berdiri di dekatnya. Rivera menoleh dan terlonjak sambil memegangi dadanya."Bagaimana pertemuanmu dengan nenekku?" Dokter Sam terlihat semringah. Dia lah yang meminta neneknya datang ke rumah sakit bukan ibunya."Oh, baik." Rivera menjawab singkat. "Apa yang kalian bicarakan?" "Dokter pasti sudah tahu," tebak Rivera. Dokter Sam memegang tengkuknya yang tidak gatal.Melihat ekspresi Rivera yang biasa saja cukup melenyapkan senyumnya."Dokter, Tuan Antonio datang melakukan chek-up!" Seorang suster menghampiri mereka."Ya, saya akan segera ke sana," kata Dokter Sam. Ia meninggalkan Rivera sendiri.Antonio sudah menunggu diruangannya, pria itu sudah tampak lebih sehat, luka lecetnya juga sudah sembuh. "Semua baik, tidak ada yang perlu ditakutkan."Antonio duduk
Kepanikan Rivera Sampai keesokan harinya Rivera, masih dilanda curiga oleh tetangga baru itu. Sebelum berangkat ke rumah sakit ia terus mengingatkan Bibi Minnie agar berhati-hati terhadap pria itu."Iya. Bibi pasti akan menjaga Alyona, pergilah!" Bibi Minnie mengambil alih Alyona dari gendongan ibunya. Rivera yang belum puas pun kembali mencium pipi Alyona hingga bayi itu mengeluarkan suara dan tangannya menyentuh pipinya. "Kau tidak mau dicium ibu?" Rivera memasang tampang marah. Alyona kembali berkicau seolah sedang menjawab pertanyaan ibunya. Mereka berdua tertawa melihat kelucuan Alyona. "Bay sayang!" Rivera melambaikan tangannya. Bi Minnie membalasnya dengan lambaian dari Alyona.Mobil Rivera sudah menghilang, tinggallah mereka berdua di rumah. Bi Minnie menatap rumah di depan sebentar lalu mengunci pagar."Hei, Minnie, kenapa mengunci pagarmu?" Suara tetangga yang sebayanya datang."Oh, hehe." Bi Minnie menjadi sedikit tidak enak."Komplek ini aman, Kau tidak perlu
Pria Misterius Antonio izin pulang karena malam sudah semakin larut, Alyona dan Bi Minnie pun sudah tidur lebih dulu."Aku pulang," kata Antonio pamit."Sudah jam sepuluh, mungkin tidak ada taksi yang bersedia datang ke sini." Rivera menatap jam di dinding.Antonio hanya menggedikkan bahunya."Kau bawa saja mobilku," usul Rivera."Kau juga membutuhkannya bukan? aku akan mencari jalanku sendiri." Antonio menolak. Sampai sekarang dia tidak mengatakan bahwa dirinyalah tetangga baru mereka.Antonio tertawa mengingat tadi Rivera, menceritakan tentang tetangga misterius itu."Kenapa Kau tertawa?" Rivera mengeryit."Ah, tidak aku hanya teringat dengan putri kita. Sekarang dia bertambah lucu," katanya beralasan, padahal dalam hatinya menertawakan Rivera yang mencurigai tetangganya."Pergilah, malam semakin larut." Rivera mengingatkan Antonio yang belum beranjak pergi. Baru akan melangkah suara dering ponsel Rivera terdengar. Rivera segera mengambilnya di atas meja.Nomor baru? Rivera
Maafkan Aku, Rivera! Baru saja Antonio akan merebahkan tubuhnya di samping sang putri, suara dering panggilan membuatnya kembali bangkit. Ia meraih benda pipih itu lalu menempelkannya di telinga."Ya Ayah?" sapanya. Ayahnyalah yang sedang menelponnya."Antonio, apa maksudmu menunda kepulangan? Kau tidak tahu bagaimana sekretarismu kewalahan mengurus perusahaanmu."Antonio menjauhkan sedikit ponselnya dari telinga."Kalau mau berlibur cari pengganti Win yang bisa Kau percaya." Tommy terdengar kesal di sana."Bukankah Ayah masih di sana?" Antonio malah menjawab dengan santai."Kau pikir aku pengangguran yang bisa Kau suruh mengurus perusahaanmu? Aku juga punya perusahaan yang harus ku urus.""Ayah, sebentar lagi saja. Aku sedang tidak ingin berada di sana." Bukannya merasa bersalah justru Antonio meminta waktu sedikit lagi."Antonio jangan macam-macam! Jangan melakukan hal buruk atau mengganggu rumah tangga mantan istrimu." Selain perusahaan inilah yang Tommy khawatirkan, men
Kenekatan Dokter Sam. "Maaf, Bi! Katakan pada Antonio aku sudah ada janji makan malam bersama keluarga pemilik rumah sakit. Aku tidak mungkin membatalkannya, sedangkan aku bekerja di rumah sakit itu." Rivera menyampaikan penolakannya. Rasanya tidak etis membatalkan janji dengan Nyonya Lucy karena Antonio. "Apa tidak sebaiknya Nyonya saja yang mengatakannya?" Bi Minnie tidak tega menyampaikan pada Antonio karena ini adalah idenya dan Berta. "Aku tidak sempat, sekarang aku harus pergi. Aku titip Alyona lagi, Bi!" kata Rivera yang sudah selesai merias wajahnya.Ia tampak lebih muda dan fress seperti masih remaja. Rivera menyampirkan blezer ke bahunya untuk menutupi bahu yang terbuka karena ia memakai gaun dengan atasan terbuka."Hati-hati Nyoya!" Bi Minnie mengiringi kepergian Rivera. Setelah mobil menghilang ia pun beranjak ke rumah Antonio. Melihat pria itu yang sudah rapi, Bi Minnie menjadi kasihan dan tidak tega menyampaikan bahwa Rivera telah pergi."Aku sudah melihat mob
Menjebloskan Rivera Dalam Penjara Seperti biasa Rivera berangkat ke rumah sakit setelah bermain sebentar dengan putrinya. Sebelum pergi ia menoleh ke arah Rumah Antonio.Sampai di rumah sakit ia segera masuk ke ruangannya untuk melihat daftar pasien yang harus ia periksa hari ini."Dokter, tolong gantikan Dokter Sam hari ini! Ada beberapa pasiennya yang harus di periksa sedangkan beliau tidak masuk hari ini." Suster yang biasa menemani Dokter Sam datang.Rivera yang memang baru saja selesai itu pun menjawab, "baiklah, ayo!" katanya. Rivera sudah menduga hal ini kalau dokter itu tidak akan masuk hari ini karena lebam di wajahnya pasti sangat kentara.Suster tersebut membawanya ke ruangan para pasien, memeriksa satu persatu. Setelahnya Rivera kembali ke ruangannya untuk beristirahat sejenak.Baru saja akan mendudukkan dirinya, sebuah ketukan terdengar dari luar."Masuk!" ucapnya dari dalam."Dokter, ada yang ingin bertemu dengan anda," lapor salah satu suster di rumah sakit i
Menikahlah Denganku! "Antonio Bardi!" Antonio menyebutkan namanya saat polisi bertanya."Ini adalah Nyonya Kimberly, ibu dari korban yang melaporkan penganiayaan ini." Polisi memperkenalkan Nyonya Kimberly.Ia berusaha terlihat tenang, meskipun sebenarnya hatinya merasa tidak akan baik-baik saja. Belum lagi tatapan tidak ramah Antonio."Saya yang menganiaya putra anda, saat ia akan melecehkan Dokter Rivera." Antonio mengakui perbuatannya di depan polisi dan Nyonya Kimberly."Bagaimana mungkin anda mengatakan pelecehan sedangkan mereka calon suami istri?" Polisi angkat bicara, menyampaikan seperti laporan Nyonya Kimberly."Siapa yang mengatakan mereka calon suami istri?" tanya Antonio sengit.Polisi itu langsung melirik Nyonya Kimberly yang mendadak jadi bingung. Dia belum tahu siapa Antonio, sedangkan dia hanya mengarang cerita agar Rivera segera ditangkap."Wah, kenapa diam? Pasti karena anda telah mengarang cerita? Saya tahu pasti siapa Rivera dan putra anda. Bagaimana kalau s
Kembali Kecewa Rivera terdiam cukup lama sampai rasanya Antonio ingin bangkit berdiri, namun sebisa mungkin ia hempas fikiran untuk menyerah, mungkin tidak dengan hari ini, tapi dia, tetap akan berusaha demi putrinya tercinta."Aku bersedia!"Sampai dua kata itu terucap ribuan bunga seolah bermekaran di taman hati Antonio. Matanya terpaku menatap kesungguhan dari ucapan Rivera.Wanita itu mengangguk meyakinkan bahwa ia benar-benar setuju dan menerima lamaran mantan suaminya itu.Antonio pun berdiri di ikuti oleh Rivera, mereka berdua semakin merapatkan tubuh mengikis jarak tubuh, sampai Antonio sedikit merunduk untuk dapat mencecap bibir manis Rivera.Pagutan lembut penuh dengan kehangatan serta cinta, tak kuasa bila Rivera tak membalasnya, mereka seolah berada di antara taman surga yang indah.Bi Minnie ternyata melakukan panggilan video kepada Dimitri. Pria itu menangis saat menyaksikan hal iru, tetapi kali ini dia tidak akan egois lagi. Rivera berhak untuk bahagia bersama