Aku Sudah Dengar Semuanya Nek Setelah dari kantor catatan sipil, Lerina langsung kembali ke apartemen, dia tidak bisa untuk kembali bekerja. Dia benar-benar tidak siap untuk menerima apa yang baru saja terjadi. Di balik itu Han merasa merasa frustrasi, kenapa Lerina menolaknya? Namun dia tidak bisa bertanya. Waktu terus berjalan begitu cepat. Laura menghubungi Han, untuk memberitahukan tentang persiapan lamaran. Han tidak dalam posisi bisa menolak sekarang. Dia hanya diam dan itu di artikan oleh Laura sebagai tanda setuju. Dia tidak dapat menahan rasa bahagianya. Laura semakin bersemangat. Lerina baru saja sampai di apartemennya, dia masuk sendiri karena memiliki kuncinya sendiri. Lerina akan menyapa, namun berhenti saat dia mendengar sang nenek sedang bicara di dapur. Dia mendengar hal yang aneh. "Sabarlah sedikit, aku bahkan belum sehari di sini." "....." "Iya iya, tenang saja. Perusahaan itu akan jadi milikmu seutuhnya." "....." "Kau bilang saja pada mereka bahwa putri d
Daddy, Ayo Ke rumah Bibi Lerin! Han tidak bisa mengikuti keinginan ibunya. Karena dia tidak punya perasaan terhadap Sween. "Bu, aku minta maaf untuk ini, aku memang tidak punya alasan yang kuat, tapi aku tidak bisa," katanya. Saat ini ibunya memaksa untuk pergi ke rumah keluarga Sween untuk malakukan lamaran kecil. "Han, ini kesempatan untuk kita, apa kau tahu? Meski keluarga kita masih lebih tinggi dari keluarga Darwin, tapi percayalah kau akan beruntung, Nak. Sudah banyak yang menginginkan untuk melamar Sween tapi lihatlah, hanya kau yang di terima." Laura belum mau menyerah untuk meyakinkan putranya agar mau menuruti perjodohan ini. "Tuan! Tuan muda Sean memanggil anda!" ucap Nany yang baru muncul dari arah pintu kamar Sean. "Baiklah –Ibu, aku harus menemani Sean sekarang!" Han bangkit berdiri. Dia segera menuju kamar putranya. "Daddy!" panggil Sean. Dia menangis saat ini dan itu membuat Han jadi khawatir. Apakah putranya itu merasakan sakit lagi. "Ada apa, Nak? Apa kau butuh
Dalam Mimpi KalianSetelah memikirkan kejadian kemari. Lerina akhirnya memutuskan tetap pergi bekerja. Dia harus professional. Lagi pula dia tidak yakin dengan apa yang terjadi di kantor catatan sipil kemarin.Lerina sudah sampai di ruangannya dan Paman Peng muncul dari dalam ruangan presdir Zoku Holding. Lerina membungkuk dan mengucapkan salam "Selamat pagi!""Selamat pagi Lerina! Kurasa Kau langsung saja bacakan jadwal presdir hari ini."Baiklah!" Dia segera masuk kedalam dan mata mereka bertemu, Han mentapnya dalam. Entah apa maksud dari tatapannya itu.Lerina menunduk untuk memutus kontak mata mereka. "Selamat pagi Tuan!" sapanya kemudian."Hem!" Hanya deheman saja.Lerina membacakan jadwal hari ini dan setelahnya ia kembali ke mejanya. Lerina menghembuskan napas lega, entah kenapa dia jadi yakin dengan keputusannya kemarin saat menolak menikahi Han Zoku.Banyak yang harus di pikirkan bukan? Mengingat status Lerina yang hanya seorang sekretaris rasanya tidak pantas bersanding deng
Han Zoku Memang BerbedaManda Smith yang tadi pingsan di kamarnya sudah siuman kembali. Mereka memanggil dokter kerumah itu."Dia tidak makan dan kekurangan cairan, itulah penyebabnya menjadi pingsan," kata dokter menjelaskan.Dia menyusun kembali alat-alat medisnya ke dalam tas hitam miliknya. "Aku rasa kalian harus memberikannya makanan, tapi yang lembut saja dulu, karena perutnya terlalu kosong saat ini!" Dokter itu memberi saran.Dokter itupun permisi, pelayan mengantarnya sampai di depan pintu. Robin, Barbara dan Selena kompak menatap pada Manda."Aku tidak percaya Kau benar-benar pingsan, Bu. Pasti itu hanya akal-akalanmu saja kan?" Barbara mencengkeram rahang ibu mertuanya. Melihat hal itu Robin hanya biasa, tidak ada iba pada wanita yang sudah melahirkannya itu. Hal itulah yang membuat Barbara berani bersikap kejam pada Manda. "Ti-tidak, a-aku benar-benar lapar," jawabnya sedih. Sejak pulang dari apartemen Lerina, dia memang tidak di beri makan oleh anak dan menantunya ini k
Lerina Cepat Pergi Dari Sini Pagi harinya Robin mendatangi Gudang, dan Barbara mengikutinya dari belakang.Robin harus bertindak cepat kali ini, dia tidak punya banyak waktu. Para penanam saham di perusahaan itu banyak yang ingin menarik saham mereka karena status kepemilikan yang tidak jelas.Mereka ingin melihat sertifikat aslinya, namun Robi selalu mengelak, dia hanya punya surat kuasa hingga membuat para pemegang saham jadi ragu terhadapnya.ByurrrrLerina terkejut bukan main, dia baru saja disiram oleh pamannya Robin yang sudah berdiri dan menatapnya tajam. Robin melempar asal embernya lalu mengambil pecut yang ada disitu. "Lerina, aku minta baik-baik tanda tanganmu!" katanya sambil berjalan mendekat pada Lerina. Berharap gadis itu takut akan seriangainya dan pecut yang ada di tangannya. Cuih"Tidak akan," jawab Lerina."Baiklah, hanya ada dua pilihan, tanda tangan atau aku akan menyiksamu saat ini!" Robin memberi ancaman.Lerina diam saja. Bukannya tidak takut, tapi dia ingi
Apa Bibi Tidak Akan Menyuapiku? "Bibi!""Lerina!"Sepasang ayah dan anak itu terkejut dan langsung berlari menghampiri Lerina. Han mengangkat kepalanya di atas pahanya."Lerina! Lerina!" Han menepuk-nepuk pelan pipinya."Daddy lihat tangan bibi terluka!" Sean menunjuk tangan Lerina yang lecet dan memar akibat cambukan dari Barbara.Han melihatnya, dia jadi tahu wanita ini sedang tidak baik-baik saja sekarang dan dia kembali memperhatikan wajahnya dan mendapati luka tipis di sudut bibirnya. Dia segera mengangkatnya dan membawanya ke mobil. Mereka menuju rumah sakit sekarang. Sean terus menatap Lerina dia sedih karenanya. Tidak butuh waktu lama mereka telah tiba dirumah sakit dan Lerina segera di tangani oleh tenaga medis di sana."Daddy, apa Bibi Lerin akan bangun!" Sean tidak dapat menahan kecemasan. Wanita itu begitu berarti buat dia. Han membelai surai putranya lalu mengangguk. Dia sedang memikirkan apa penyebab Lerina seperti itu.Han berinisiatif menghubungi Paman Peng, mengat
Robin Smith Yang MemerintahkankuBraaakPrangPrangSegala yang ada di dalam gudang itu menjadi sasaran amukan tangan Robin. Dia begitu kesal karena Lerina telah berhasil kabur dari gudang."Suamiku tenanglah!" Barbara mencoba menyantuhnya lembut.ArrrgghRobin menghempas tangan Barbara, hingga membuat wanit itu sangat terkejut, namun saat ini dia tidak berbicara lagi, dia melihat amarah suaminya benar-benar meledak."Para pemegang saham memberikan aku waktu sampai besok kalau tidak mereka akan mencabut saham mereka dari perusahaan, dan Kau suruh aku tenang!" Robin semakin tak terkendali.Barbara beringsut mundur selangkah. Dia takut Robin akan berlaku kasar padanya."Hanya menjaga perempuan seperti Lerina saja kalian tidak becus." Robin menatap istri dan putrinya bergantian. Selena baru saja bangun dan mendengar keributan dari arah gudang."Tidak mungkin Lerina bisa pergi dengan mudah, dari depan tentu dia akan melewati pos security, dan dari belakang, pintu itu terkunci," ucap Barba
Bab 27Jauhi Putraku! Han masuk kedalam ruangan Lerina dan mendapati Sean dan nany disana. Lerina sendiri sudah tidak berbaring lagi."Daddy!" Sean melompat dari sofa begitu melihat daddy nya datang.HupHan langsung mengangkat tubuh mungil itu ke atas."Daddy, bibi Lerina ingin pulang!" kata Sean. Han langsung menoleh pada Lerina.Lerina mengangguk. Han menurunkan Sean dari gendongannya."Sean, pergilah bersama nany dulu, daddy ingin bicara dengan bibi!" Han berjongkok mengatakannya."Aku juga ingin ikut bicara," katanya cemberut.Han mungusak kepala Sean. "Ini pembicaraan orang dewasa, cepatlah. Ayah tidak punya banyak waktu." Han memberi pengertian.Bibir Sean mengerucut. "Baiklah!" Dia, tetap menurut dan mengajak nanynya keluar."Bibi, aku hanya sebentar," pamitnya pada Lerina.Lerina tersenyum mengangguk. Bagaimana tidak, Sean begitu tidak ingin berpisah darinya.Sepeninggal Sean dan nany, Han mengajak Lerina duduk. "Ada yang ingin kukatakan. Aku sudah tahu apa yang Kau alami k