Share

11. Rahasia Yusuf

Happy Reading

*****

Kamila mengubah posisi duduknya, menyamping dan menghadap sang suami. Meletakkan kedua tangannya di atas telapak tangan Purnama. Lelaki itu pasti syok, sama seperti dirinya beberapa tahun silam. Namun, kasih sayang sebagai seorang ibu, harus bisa menguatkan putranya. Keluarga tidak boleh mengetahui kelemahan Yusuf satu itu. Oleh karena itulah, Kamila memilih menyembunyikan semuanya.

Pengakuan kehamilan Adhisti sudah merubah janji Kamila untuk tetap merahasiakan masalah Yusuf. Sekarang, dia tidak takut lagi jika keluarga lain mengetahui. Biarlah anggota Prayoga lainnya tahu, siapa sebenarnya menantu pilihan Jafar. Naluri sebagai Ibu menolak pengkhianatan yang dilakukan sang menantu.

"Rekam medis itu memang milik Yusuf. Maaf, Mama sengaja menyembunyikan semua ini. Berharap akan datang suatu keajaiban yang membuat kita semua bahagia. Mama juga meminta dokter menyembunyikan semua ini." Kamila menjeda kalimatnya dan menatap sang suami yang masih terlihat syok.

Perempuan paruh baya itu, kemudian melanjutkan perkataannya. "Lalu, jika sampai sekarang dokter masih mengatakan bahwa sperma Yusuf tidak bisa membuahi. Bagaimana Adhisti bisa hamil, Pa?"

"Kenapa ... Kenapa Mama tidak menceritakan ini pada Papa?" Purnama mendelik sempurna. Otot-otot di sekitar lehernya mulai terlihat. Sentuhan lembut telapak tangan sang istri, dia tepis begitu saja.

Ingin sekali melampiaskan kecewa dan kemarahannya. Namun, tidak akan pernah bisa Purnama melakukannya pada Kamila. Perempuan itu adalah separuh hidupnya. Jika Kamila terluka, maka dirinya juga akan terluka.

Menyadari segala kemarahan dan kesesakan di dalam diri suaminya, Kamila pun berkata, "Papa tahu betapa hancurnya hati Mama ketika pagi itu Yusuf tersadar dan tidak mengingat apa pun kecuali kita sebagai orang tuanya. Mama tidak mungkin mengatakan hal yang begitu menyakitkan padanya apalagi pada Papa dan keluarga kita semua. Bukankah adik iparmu adalah salah satu ancaman seluruh kebahagian. Jika sampai dia tahu, apa yang akan terjadi pada anak kita? Mengertilah posisi Mama sebagai seorang perempuan yang telah melahirkannya."

Air yang sejak tadi tertahan di kedua kelopak mata Kamila kini mengalir deras mengingat peristiwa itu. "Orang tua Papa yang memaksaku untuk menyembunyikan semua ini. Coba bayangkan jika semua rahasia Yusuf terkuak saat itu. Apakah mungkin, Ayah masih akan menyayangi anak kita seperti sekarang? Jawabannya,  tentu tidak. Ayah dari dulu lebih menyayangi Yudhistira sebagai cucu pertamanya." 

Isakan Kamila makin keras. Dia, tetapi tak menyurutkan niatnya untuk membuka hati sng suami supaya menerima kenyataan pahit tentang Yusuf. Sama seperti dirinya beberapa tahun lalu. "Tidakkah Papa ingat, semua terjadi karena kesalahan kita. Andai kita mau mendengar dan mengabulkan keinginannya. Malam itu, anak kita tidak akan mencoba kabur dan berakhir dengan kecelakaan yang menyebabkan masalah ini terjadi."

Purnama diam, kakinya terasa lemas. Kejadian yang merenggut ingatan dan mental putranya terbayang jelas di pelupuk mata. Lalu, bayangan sang menantu hadir. Bagaimana dia dengan bahagia mengumumkan kehamilannya di depan para tamu undangan di pesta ulang tahun pernikahan tadi. Rasanya, semua mustahil jika perempuan yang dinikahi putranya itu berselingkuh. Adhisti adalah sosok perempuan yang bisa menjaga diri walau pakaiannya seringkali seksi.

"Mama yakin semua ini dialami Yusuf?" tanya Purnama memastikan. Lelaki itu masih belum mau percaya jika Yusuf mengalami infertilitas.

"Sangat yakin dan Mama sudah menanyakannya beberapa Minggu lalu sejak kemunculan seseorang yang memakai uang tabungan anak kita. Mama juga sudah melakukan tes secara diam-diam ke beberapa dokter, hasilnya tetap sama. Anak kita mengalami infertilitas permanen. Oleh karena itulah Mama tidak pernah bertanya kapan program kehamilan Yusuf dan Adhisti akan membuahkan hasil."

"Jadi, anak siapa yang dikandung Adhisti?" Purnama terpaksa mengeluarkan apa yang ada di pikirannya sejak tadi.

Kamila menggerakkan kedua bahunya serta menggelengkan kepala. "Mama tidak tahu, benih siapa yang sekarang ada di rahim Adhisti. Sekarang, Papa mengerti kenapa Mama mengatakan dan bertanya seperti tadi pada Adhisti? Bukan tidak senang dengan kehamilan menantu kita, tapi lebih pada pertanyaan. Anak siapa yang dikandung Adhisti. Kenapa dia bermain api dengan keluarga Prayoga. Dia adalah menantu kesayangan. Jika eyangnya Yusuf sampai tahu. Bagaimana?"

"Papa harus memberitahu Ayah tentang semua ini," ucap Purnama penuh kemarahan. Sungguh sangat keterlaluan menantunya itu. Tega-teganya mengkhianati Yusuf.

Secepat mungkin, Kamila menarik pergelangan tangan Purnama yang akan melangkah meninggalkan kamar mereka. Kepalanya menggeleng cukup keras.

"Kenapa?" tanya Purnama. Emosi kembali menguasai hati.

"Jangan lakukan itu, Pa. Sebaiknya, sembunyikan dulu masalah ini dari beliau. Kita harus menyelidiki sendiri, siapa orang yang menghamili Adhisti. Pastikan juga, orang yang menggunakan uang di rekening Yusuf. Mama curiga, semua ada kaitannya." Kamila berkata penuh semangat. Dia mencoba mengungkap apa yang ada di kepalanya sejak tadi.

"Ada kaitan bagaimana, Ma? Jangan sampai menyembunyikan masalah sebesar tadi." Tampak bingung dan tidak mengerti dengan perkataan istrinya.

"Mama tidak bisa menjelaskannya, Pa. Pokoknya, kita harus melakukannya secara diam-diam tanpa diketahui siapa pun. Setelah itu, barulah Mama akan mengungkap semua isi kepala ini. Semoga Allah masih mau memaafkan segala kesalahan kita pada Yusuf."

"Lalu? Jika Mama tidak menjelaskan apa yang ada dipikiran. Bagaimana Papa Thu rencana apa yang sedang Mama susun." Purnama makin penasaran dengan pikiran Kamila.

"Jika Rudy sudah mendapatkan orang yang menggunakan uang Yusuf. Mama akan menceritakan apa yang ada di pikiran Mama selanjutnya. Kita juga bisa menceritakan pengkhianatan Adhisti. Pokoknya, hal paling penting yang harus kita ketahui adalah siapa yang berani memegang dan menggunakan uang Yusuf."

"Baiklah. Papa akan mencoba menguhungi Rudy dan memintanya untuk menyelidiki semua ini supaya masalah ini bisa selesai secepatnya.

Keduanya berjanji akan menyelesaikan masalah ini secepat mungkin. Purnama tentu tidak akan mau mengakui bayi yang dikandung Adhisti sebagai cucunya jika terbukti janin tersebut hasil perselingkuhan dengan pria lain.

Tak menunggu waktu lama, Purnama merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya. Berbincang sebentar dengan lelaki yang sudah dia percayai itu.

"Paling lambat besok sore, saya mau mendapat seluruh informasi yang diperlukan. Jangan lagi ditunda. Mengerti."

"Baik," jawab Rudy di seberang sana.

Menutup panggilan setelah menyelesaikan semua percakapannya, Purnama kembali mendekati sang istri.

"Bagaimana?" tanya Kamila.

"Besok sore, paling lambat Rudy memberikan semua yang kita inginkan."

"Pa, besok ikut Mama, mau?"

"Ke mana?"

"Bertemu malaikat kecil. Papa pasti suka."

"Siapa?"

"Seorang anak kecil yang Mama rekam kemarin. Mama merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya."

"Papa, tidak suka jika Mama main tebak-tebakan. Jangan sampai ada rahasia lagi."

Kamila menyusut sisa ingusnya, lalu perempuan itu berkata. "Kali ini, tidak ada rahasia apa pun. Cuma ingin memberikan kebahagiaan kecil pada Papa dengan adanya anak itu."

"Anak siapa dia, Ma?"

Kamila mengedikkan bahu dan semakin membuat suaminya bingung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status