Happy Reading
*****Kamila mengubah posisi duduknya, menyamping dan menghadap sang suami. Meletakkan kedua tangannya di atas telapak tangan Purnama. Lelaki itu pasti syok, sama seperti dirinya beberapa tahun silam. Namun, kasih sayang sebagai seorang ibu, harus bisa menguatkan putranya. Keluarga tidak boleh mengetahui kelemahan Yusuf satu itu. Oleh karena itulah, Kamila memilih menyembunyikan semuanya.Pengakuan kehamilan Adhisti sudah merubah janji Kamila untuk tetap merahasiakan masalah Yusuf. Sekarang, dia tidak takut lagi jika keluarga lain mengetahui. Biarlah anggota Prayoga lainnya tahu, siapa sebenarnya menantu pilihan Jafar. Naluri sebagai Ibu menolak pengkhianatan yang dilakukan sang menantu."Rekam medis itu memang milik Yusuf. Maaf, Mama sengaja menyembunyikan semua ini. Berharap akan datang suatu keajaiban yang membuat kita semua bahagia. Mama juga meminta dokter menyembunyikan semua ini." Kamila menjeda kalimatnya dan menatap sang suami yang masih terlihat syok.Perempuan paruh baya itu, kemudian melanjutkan perkataannya. "Lalu, jika sampai sekarang dokter masih mengatakan bahwa sperma Yusuf tidak bisa membuahi. Bagaimana Adhisti bisa hamil, Pa?""Kenapa ... Kenapa Mama tidak menceritakan ini pada Papa?" Purnama mendelik sempurna. Otot-otot di sekitar lehernya mulai terlihat. Sentuhan lembut telapak tangan sang istri, dia tepis begitu saja.Ingin sekali melampiaskan kecewa dan kemarahannya. Namun, tidak akan pernah bisa Purnama melakukannya pada Kamila. Perempuan itu adalah separuh hidupnya. Jika Kamila terluka, maka dirinya juga akan terluka.Menyadari segala kemarahan dan kesesakan di dalam diri suaminya, Kamila pun berkata, "Papa tahu betapa hancurnya hati Mama ketika pagi itu Yusuf tersadar dan tidak mengingat apa pun kecuali kita sebagai orang tuanya. Mama tidak mungkin mengatakan hal yang begitu menyakitkan padanya apalagi pada Papa dan keluarga kita semua. Bukankah adik iparmu adalah salah satu ancaman seluruh kebahagian. Jika sampai dia tahu, apa yang akan terjadi pada anak kita? Mengertilah posisi Mama sebagai seorang perempuan yang telah melahirkannya."Air yang sejak tadi tertahan di kedua kelopak mata Kamila kini mengalir deras mengingat peristiwa itu. "Orang tua Papa yang memaksaku untuk menyembunyikan semua ini. Coba bayangkan jika semua rahasia Yusuf terkuak saat itu. Apakah mungkin, Ayah masih akan menyayangi anak kita seperti sekarang? Jawabannya, tentu tidak. Ayah dari dulu lebih menyayangi Yudhistira sebagai cucu pertamanya." Isakan Kamila makin keras. Dia, tetapi tak menyurutkan niatnya untuk membuka hati sng suami supaya menerima kenyataan pahit tentang Yusuf. Sama seperti dirinya beberapa tahun lalu. "Tidakkah Papa ingat, semua terjadi karena kesalahan kita. Andai kita mau mendengar dan mengabulkan keinginannya. Malam itu, anak kita tidak akan mencoba kabur dan berakhir dengan kecelakaan yang menyebabkan masalah ini terjadi."Purnama diam, kakinya terasa lemas. Kejadian yang merenggut ingatan dan mental putranya terbayang jelas di pelupuk mata. Lalu, bayangan sang menantu hadir. Bagaimana dia dengan bahagia mengumumkan kehamilannya di depan para tamu undangan di pesta ulang tahun pernikahan tadi. Rasanya, semua mustahil jika perempuan yang dinikahi putranya itu berselingkuh. Adhisti adalah sosok perempuan yang bisa menjaga diri walau pakaiannya seringkali seksi."Mama yakin semua ini dialami Yusuf?" tanya Purnama memastikan. Lelaki itu masih belum mau percaya jika Yusuf mengalami infertilitas."Sangat yakin dan Mama sudah menanyakannya beberapa Minggu lalu sejak kemunculan seseorang yang memakai uang tabungan anak kita. Mama juga sudah melakukan tes secara diam-diam ke beberapa dokter, hasilnya tetap sama. Anak kita mengalami infertilitas permanen. Oleh karena itulah Mama tidak pernah bertanya kapan program kehamilan Yusuf dan Adhisti akan membuahkan hasil.""Jadi, anak siapa yang dikandung Adhisti?" Purnama terpaksa mengeluarkan apa yang ada di pikirannya sejak tadi.Kamila menggerakkan kedua bahunya serta menggelengkan kepala. "Mama tidak tahu, benih siapa yang sekarang ada di rahim Adhisti. Sekarang, Papa mengerti kenapa Mama mengatakan dan bertanya seperti tadi pada Adhisti? Bukan tidak senang dengan kehamilan menantu kita, tapi lebih pada pertanyaan. Anak siapa yang dikandung Adhisti. Kenapa dia bermain api dengan keluarga Prayoga. Dia adalah menantu kesayangan. Jika eyangnya Yusuf sampai tahu. Bagaimana?""Papa harus memberitahu Ayah tentang semua ini," ucap Purnama penuh kemarahan. Sungguh sangat keterlaluan menantunya itu. Tega-teganya mengkhianati Yusuf.Secepat mungkin, Kamila menarik pergelangan tangan Purnama yang akan melangkah meninggalkan kamar mereka. Kepalanya menggeleng cukup keras."Kenapa?" tanya Purnama. Emosi kembali menguasai hati."Jangan lakukan itu, Pa. Sebaiknya, sembunyikan dulu masalah ini dari beliau. Kita harus menyelidiki sendiri, siapa orang yang menghamili Adhisti. Pastikan juga, orang yang menggunakan uang di rekening Yusuf. Mama curiga, semua ada kaitannya." Kamila berkata penuh semangat. Dia mencoba mengungkap apa yang ada di kepalanya sejak tadi."Ada kaitan bagaimana, Ma? Jangan sampai menyembunyikan masalah sebesar tadi." Tampak bingung dan tidak mengerti dengan perkataan istrinya."Mama tidak bisa menjelaskannya, Pa. Pokoknya, kita harus melakukannya secara diam-diam tanpa diketahui siapa pun. Setelah itu, barulah Mama akan mengungkap semua isi kepala ini. Semoga Allah masih mau memaafkan segala kesalahan kita pada Yusuf.""Lalu? Jika Mama tidak menjelaskan apa yang ada dipikiran. Bagaimana Papa Thu rencana apa yang sedang Mama susun." Purnama makin penasaran dengan pikiran Kamila."Jika Rudy sudah mendapatkan orang yang menggunakan uang Yusuf. Mama akan menceritakan apa yang ada di pikiran Mama selanjutnya. Kita juga bisa menceritakan pengkhianatan Adhisti. Pokoknya, hal paling penting yang harus kita ketahui adalah siapa yang berani memegang dan menggunakan uang Yusuf.""Baiklah. Papa akan mencoba menguhungi Rudy dan memintanya untuk menyelidiki semua ini supaya masalah ini bisa selesai secepatnya.Keduanya berjanji akan menyelesaikan masalah ini secepat mungkin. Purnama tentu tidak akan mau mengakui bayi yang dikandung Adhisti sebagai cucunya jika terbukti janin tersebut hasil perselingkuhan dengan pria lain.Tak menunggu waktu lama, Purnama merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya. Berbincang sebentar dengan lelaki yang sudah dia percayai itu."Paling lambat besok sore, saya mau mendapat seluruh informasi yang diperlukan. Jangan lagi ditunda. Mengerti.""Baik," jawab Rudy di seberang sana.Menutup panggilan setelah menyelesaikan semua percakapannya, Purnama kembali mendekati sang istri."Bagaimana?" tanya Kamila."Besok sore, paling lambat Rudy memberikan semua yang kita inginkan.""Pa, besok ikut Mama, mau?""Ke mana?""Bertemu malaikat kecil. Papa pasti suka.""Siapa?""Seorang anak kecil yang Mama rekam kemarin. Mama merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya.""Papa, tidak suka jika Mama main tebak-tebakan. Jangan sampai ada rahasia lagi."Kamila menyusut sisa ingusnya, lalu perempuan itu berkata. "Kali ini, tidak ada rahasia apa pun. Cuma ingin memberikan kebahagiaan kecil pada Papa dengan adanya anak itu.""Anak siapa dia, Ma?"Kamila mengedikkan bahu dan semakin membuat suaminya bingung.Happy Reading*****Di ballroom hotel acara pesta ulang tahun perkawinan Yusuf berlangsung. Lelaki itu tersenyum penuh kebahagiaan. Sudah lama kabar kehamilan sang istri dinantikan. Walau sampai saat ini belum timbul cinta pada perempuan tersebut. Namun, lelaki itu sudah berusaha sebaik mungkin untuk membahagiakan wanitanya."Terima kasih, Dhis. Kamu sudah memenuhi impian dan harapan Eyang serta keluarga ini," ucap Yusuf tulus. Tak sungkan, lelaki itu merangkul wanitanya dengan sangat mesra. Berusaha menutupi bagian punggung yang terekspos, membuat mata semua tamu lelaki menatapnya penuh kagum. Yusuf sama sekali tak menyukai hal itu."Sama-sama, Mas." Bibir Adhisti mungkin menjawab perkataan sang suami, tetapi matanya mengarah pada Yudhistira yang kini tengah dikerubungi wanita-wanita cantik. "Mas, aku sapa teman-teman di sana, ya. Sudah lama tidak bertemu mereka."Yusuf menganggukkan kepala, tetapi sebelum sang istri pergi, dia mencegah. "Pakai ini." Melepas jas yang dikenakan. "Ja
Happy Reading*****Fatih berteriak ketika melihat Yusuf hampir terjatuh ke lantai. Beruntung ada salah satu pelayan yang menolong. Beberapa orang mulai berkerumun, sedangkan Bunga lebih memilih meninggalkan pesta itu.Cukup sudah rasa sakitnya, perempuan itu telah menunggu begitu lama akan datangnya pertemuan dengan sang suami. Namun, saat takdir menghampiri dan mempertemukan mereka, kenyataan pahit bahwa Muhammad Yusuf Prayoga sudah beristri menghantam seluruh keyakinan Bunga semua akan baik-baik saja ketika perjumpaan itu tiba.Ingin rasanya menumpahkan segala kesedihan saat itu juga, tetapi di sampingnya ada Fatih yang harus di jaga perasaan dan suasana hatinya. Bunga memilih diam, bungkam bahkan ketika sang putra bertanya macam-macam tentang percakapannya dengan Yusuf tadi."Biarkan Unda tenang. Setelah itu, Unda pasti akan menceritakan hal yang sebenarnya. Sekarang, kita harus pulang karena taksi yang Unda pesan sudah datang. Ayo masuk," ajak Bunga pada Fatih. Memilih patuh pad
Happy Reading*****Yusuf dilarikan ke rumah sakit oleh eyangnya. Seluruh keluarga kini sedang berkumpul di depan pintu ruang UGD termasuk dua sahabat lelaki tersebut. Sudah sangat lama ketika kecelakaan itu terjadi, Yusuf tak pernah lagi masuk rumah sakit walau dia harus bergantung pada obat-obatan. Namun, hari ini kejadian terulang, dilarikan ke rumah sakit karena keadaan yang genting. Menunggu di depan ruang UGD, Irsan dan sahabat Yusuf yang lain cuma bisa diam dan menonton drama keluarga Prayoga. Sejak sang petinggi perusaan pingsan di pesta ulang tahun pernikahannya. Semua orang bertanya-tanya apa penyebab pewaris usaha tersebut bisa ambruk seperti tadi."San, apa yang terjadi dengan Yusuf. Mengapa, sepertinya dia kembali terguncang?" tanya sahabat Yusuf yang bernama Fawwaz. Bapak satu anak itu tak habis pikir. Mengapa sahabatnya selalu saja terkena masalah."Tidak tahu juga. Akhir-akhir ini, dia sering mengalami sakit kepala dan kembali mengkonsumsi obat-obatan itu," terang Irs
Happy Reading*****Bunga sampai di rumah dan langsung masuk kamar tanpa mempedulikan putranya. "Bu, tolong bantu Fatih ganti baju, ya," pinta perempuan berjilbab tersebut ketika berpapasan dengan wanita yang telah melahirkannya sebelum mencapai pintu kamar."Ada masalah, Nak?"Bunga cuma menggelengkan kepala dan segera menggerakkan handle pintu. Tanpa menjawab, dia masuk kamar tanpa menoleh lagi ke belakang.Mahirah menatap sang cucu yang terbengong melihat semua perilaku bundanya. "Kenapa kalian pulang cepat? Apa yang terjadi di pesta temannya Tante Shaqina?" Mengajak cucunya masuk kamar, Mahirah mulai melucuti pakaian bocah laki-laki tersebut."Unda ngajak pulang cepat. Padahal, Fatih masih suka dan betah di pesta itu, Nek. Makanannya enak-enak, tempat pesta juga mewah.""Alasannya apa?" Perempuan paruh baya itu memberikan setelan piyama yang akan dipakai Fatih. "Ada om-om yang ngobrol sama Unda. Lalu, Unda sama Om itu seperti berdebat.""Lalu?" Mahirah mulai penasaran dengan ce
Happy Reading*****Dua hari Yusuf dirawat di rumah sakit dan selama itu pula, hanya Kamila yang setia menemaninya. Bagaimana dengan sang istri? Mengapa tidak menemaninya? Tentu, jawabannya adalah karena Jafar tidak mengijinkan menantu kesayangannya itu lelah. Apalagi Adhisti tengah mengandung janin yang digadang-gadang akan menggantikan posisi Yusuf. Namun, Kamila sangat bersyukur ayah mertuanya tidak mengijinkan sang menantu menemani Yusuf. "Sebaiknya, Mama pulang. Aku sudah sehat dan baik-baik saja.""Kalau sehat, kamu tidak akan menginap di sini. Jangan larang Mama untuk merawat. Kamu itu sudah banyak menderita karena tekanan dan permintaan kami. Sebagai orang tua, Mama sangat malu, Suf." Menengadahkan tatapan ke langit-langit ruang perawatan sang putra, Kamil menghalau air mata yang siap terjun kapan saja."Menderita gimana, Ma? Aku baik-baik saja." Yusuf juga berusaha menyembunyikan semua kesedihan dan keresahan hatinya. Selama menginap di rumah sakit, dia mengutuk dirinya sen
Happy Reading*****Genap empat hari dirawat, Yusuf sudah diperkenankan pulang. Catatan kesehatannya makin membaik dengan kondisi psikis semakin meningkat. Emosinya juga cenderung lebih stabil saat ini. Keluarga Prayoga menyambut kedatangan sang pewaris dengan bahagia. Seluruh keluarga hadir saat itu kecuali sang Mama. Sudah tiga hari sejak pesta ulang tahun perkawinan putranya, perempuan paruh baya itu enggan pulang ke rumahnya sendiri. Dia memilih tinggal di rumah lain milik suaminya. Hal yang sebenarnya adalah dia malas bertemu dengan menantunya. "Pa, Mama mana?" tanya Yusuf ketika tidak menemukan sosok perempuan yang telah menemaninya selama di rumah sakit. "Mama lagi ada urusan," jawab Purnama cepat."Mamamu tidak menginap di rumah sakit, Suf? Sejak kamu dirawat, dia tidak sekalipun pulang ke rumah ini," timpal sang kepala keluarga. Siapa lagi kalau bukan Jafar.Suami Adhisti menatap sang Papa. Mengetahui ada yang disembunyikan oleh orang tuanya. Yusuf segera menjawab. "Tiap
Happy Reading*****Purnama memang telah mendapat kabar dari orang yang disewanya bahwa Fatih anak yang terlahir tanpa ayah. Semua informasi tentang keluarga Bunga telah dikantongi. Namun, lelaki paruh baya itu belum memberitahu istrinya. Melihat kebahagiaan Kamila ketika dekat dengan Fatih, lelaki itu tak tega menceritakan hal yang sesungguhnya.Semua itu membuat Purnama melamun, tatapannya kosong entah ke mana. Sangat heran, jika Mahirah saja seperti itu, mengapa Bunga bisa terjebak pergaulan bebas. Dalam hati, lelaki itu juga bersyukur. Putranya tidak mengikuti arus perkembangan jaman yang semakin tak bermoral. "Pa, malah bengong," kata Kamila, "Fatih ada di sana. Sebentar, ya, Mama akan panggil." Istri Purnama bangkit dari duduk dan berjalan ke arah Fatih. Melambaikan tangan memanggil bocah kecil nan menggemaskan yang sedang tertawa bersama teman-temannya."Eyang Mila manggil Fatih. Ada apa?" tanya si bocah. Setengah berlari, dia menghampiri Kamila. Keringat mulai membasahi waj
Happy Reading*****Bel tanda masuk berbunyi. Fatih turun dari pangkuan Purnama. Menyalami satu per satu para eyang dan juga neneknya, bocah kecil itu berlari ke arah kelas."Hati-hati, Sayang. Jangan sampai jatuh. Kamu tidak akan terlambat. Kalaupun telat dan dimarahi guru, Eyang akan protes pada pemilik yayasan ini. Kamu tidak perlu takut," teriak Purnama penuh kekhawatiran. Baru sekali bertemu dengan bocah itu, dia langsung jatuh cinta seperti ini.Mahirah terbengong mendengar perkataan lelaki di sebelah Kamila. Tak disangka dia sangat berpengaruh juga sampai berani mengadu pada pemilik yayasan secara langsung. Diam-diam, neneknya Fatih itu juga takut jika berbuat salah. Tentunya, Purnama bukanlah orang sembarangan. "Aku harus menceritakan ini pada Bunga," ucap Mahirah dalam hati."Maafkan suami saya, Bu. Dia ini kalau sudah suka sama seseorang apa pun akan dilakukan untuk melindungi. Jangan kaget dengan ucapannya. Keluarga pemilik yayasan ini, memang salah satu sahabat kami apala