“Pria sejati bukan dia yang punya banyak wanita dalam hidupnya, namun dia yang menolak banyak wanita hanya demi wanita yang dicintai”
----------“Romantis.Cukuplah satu kata itu yang dapat menggambarkan suasana malam dalm kamar Presidential Suite yang nampak mewah dengan dekorasi sedemikian indah, yang di dekor langsung oleh staff hotel. Taburan kelopak bunga mawar merah, berpadu lilin-lilin kecil aroma terapi ditata begitu cantik di lantai kamar, ditambah dua handuk yang dibentuk menyerupai sepasang angsa saling berhadapan, seakan menambah suasana romantis kamar pengantin untuk menghabiskan malam pertama bersama-sama.Namun, sayangnya suasana romantis itu tidak berlaku bagi Alesha dan Alvaro. Sepasang pengantin baru itu, justru berbaring ditempat terpisah, usai membersihkan diri dan berganti pakaian.Alesha yang merebahkan tubuhnya di atas ranjang dalam posisi menyamping membelakangi Alvaro. Tidak henti-hentinya merarik selimut secara perl"Cinta itu tidak selalu menuntut kesempurnaan. Cinta itu ketika kita dapat menutupi kekurangan seseorang dalam kebersamaan."----------“P-Papa….” Gumam Alesha yang terdengar sangat pelan, membuat hasrat yang selama tiga puluh sembilan tahun tidur dengan damai, tiba-tiba saja terbangun. Apalagi posisi Alesha menindih tubuh Alvaro, hingga membuat aset kembar milik Alesha yang belum pernah terjamah oleh laki-laki manapun, menempel tanpa permisi. Seketika membangkitkan naluri seorang pria yang berusaha Varo tahan sejak Alesha meminta bantuan untuk membuka gaun pesta yang ritsletingnya tersangkut benang, saat gadis jelita itu hendak mandi. Hanya membangkitkan naluri saja, bukan membangkitkan gairah.Meskipun berhubungan intim menjadi sebuah kewajiban dan merupakan salah satu keharusan bagi sepasang suami istri untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, juga dijadikan sebagai bentuk komunikasi agar bisa memahami perasaan satu sama lain. Tapi, h
"Saat seorang pria mengatakan, "Saya terima." Dalam sebuah akad pernikahan, maka itu berarti ia mengatakan, "Bahwa saya menerima tanggung jawab untuk melayani, mencintai, dan melindunginya serta memenuhi kebutuhannya."----------Sinar matahari mulai menyusup pada celah tirai kamar hotel yang masih menutup. Samar-samar, kicauan suara burung yang berpadu dengan bising kendaraan pun, seakan menjadi melodi indah di pagi hari, kala cahaya sang surya memancarkan kehangatan.Dalam gulungan selimut tebal, sepasang pengantin baru yang baru saja melanjutkan tidur setelah sholat Subuh. Pasangan suami istri itu menghabiskan malam dengan berbincang panjang, menceritakan kisah masing-masing dan baru tertidur pada pukul tiga dini hari. Mereka masih terlelap begitu nyenyak, dengan posisi saling berpelukan.Varo yang lebih dahulu terbangun mulai mengeliat, membuka kelopak matanya perlahan. Kemudian tersenyum b
"Suami yang paling beruntung adalah dia yang memiliki istri yang baik, menyenangkan dan perhatian, iman memenuhi hatinya, kelembutan menghiasi tutur katanya, dan berbuat kebaikan menjadi motto hidupnya. Apabila suami datang dia segera menyambutnya. Dan apabila suami bepergian, dia senantiasa menjaga rumah tangganya." ---------- Pagi ini memang masih dominan awan hitam, hujan pun tidak kunjung berhenti sejak malam, membuat suasana dingin merasuk sampai ke tulang. Tapi, bagi mereka yang kasmaran, pagi dingin ini tidak terlalu kerasa. Dingin langsung meleleh terkena kehangatan suasana mereka. Lihatlah, sepasang suami istri pengantin baru itu, masih nyaman bergulung dibawah selimut tebal yang menghangatkan mereka. Varo yang pagi ini terbangun lebuh dulu, tersenyum melihat gadis jelita yang masih terlelap disampingnya. Satu tangannya menelusup dibelakang kepala Alesha untuk menarik kepala gadis te
“Istri adalah tulang rusukmu, ia bukanlah wanita yang bisa engkau suruh-suruh. Perlakukanlah ia degan kelembutan, maka ia akan lebih lembut dari perlakuanmu.”--------------Sinar sang baskara akhirnya mulai lenyap ke peraduan dengan sempurna, diiringi dengan embusan angin yang menyejukan udara panas di Ibu Kota petang ini. Suara gemerisik dari dedaunan yang saling beradu satu sama lain, menyambut gelap malam.Hari ini, merupakan hari yang cukup melelahkan bagi Alesha, setelah seharian ia mengikuti suaminya ke kantor dan mengunjungi beberapa restoran dan café milik sang suami, yang kini menjadi miliknya, karena restoran dan café yang dijadikan mahar pernikahan. Bahkan, Varo sudah mengganti kepemilikan semua restoran dan café atas nama Alesha.Bukan tanpa alasan, Varo menjadikan beberapa aset yang dimiliki untuk mahar pernikahannya. Varo, hanya tidak ingin Alesha bekerja di perusahaan sesuai permintaan Papanya, dengan j
Warning! Mature content! 21++!!! Haraplah bijak dalam membaca!***********“Cinta tidak selamanya diukur dari status sosial apapun, karena sejatinya cinta itu berasal dari kenyamanan hati satu sama lain. Kenyamanan, tidak bisa dibeli dimanapun itu tempatnya. Hanya bisa ditemukan pada orang yang tepat.”----------Varo terdiam, dan belum berani membalas pangutan Alesha, karena keterkejutannya masih mendominasi pikirannya. Hingga pada akhirnya, mata Varo mulai terpejam, melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping sang istri, untuk menikmati cumbuan tersebut, dan membalas ciuman hangat itu lebih dalam lagi. Membiarkan dua aset kembar Alesha menempel pada otot-otot bagian perutnya, hingga sampai tali kimono gadisnya pun melonggar.“Sayang, kalau kamu kayak gini, Papa takut nggak tahan.” Bisik Varo, dengan sorot mata yang sudah berkabut gairah.Gadis jelita itu menghela napas dalam, lalu tersenyum, dan berkata, &ldq
“Setiap detik adalah nilai yang tak terhingga, maka menjadi menantu dan pasangan dari anak gadismu adalah hal yang berharga."----------Cahaya matahari pagi, sudah kembali menampakan sinarnya, menggantikan cahaya sang purnama, yang sudah menyinari bumi semalaman. Sinar mentari itu, perlahan-lahan membawa kehangatan berbeda, setelah berhari-hari sebelumnya, sang mentari nampak enggan menampakan sinarnya di langit Ibu Kota saat pagi hari.Dinginnya AC, tidak berlaku bagi sepasang suami istri yang baru saja menuntaskan kewajiban mereka, untuk pertama kali.Di tengah dinginnya dua AC yang berembus, sepasang suami istri itu justru malah bermandikan keringat. Padahal, tidak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka. Ya, pergulatan panas yang terjadi semalam, sungguh pengalaman pertama bagi keduanya. Kegiatan mereka bahkan baru berakhir pada pukul tiga dini hari, usai dua kali beristirahat, dalam empat babak yang dilalui.Dan kini, wanita
Alyssa berjalan pelan sambil menggerutu. Wajahnya tertekuk masam, tanda ia akan menangis. Tas di punggungnya terasa berat, padahal isinya hanya tempat pensil dan kotak makan. Alyssa, saat ini sedang berjalan masuk ke dalam rumah Alvaro. Ia baru pulang dari KB, dan dijemput oleh Papa Yonya, yang memang berjanji pulang saat jam makan siang, berencana makan siang bersama sang istri.Alyssa berjalan meninggalkan Alvaro yang masih berada di dalam mobil, pria itu hanya menggelengkan kepala seraya mengulum senyum, Varo sudah tahu penyebab gadis mungil itu ngambek, dan sebentar lagi sebuah drama akan dimulai.Alyssa memasuki rumah dengan gerasah-gerusuh. Matanya menatap kesal kearah lima orang yang sedan bersendau gurau di ruang keluarga rumah Alvaro. Tampak di sana, sang Bunda, Oma, Queen sedang duduk di sofa, sedangkan Afnan dan Aflah, sedang duduk di lantai bersandar pada kaki sofa dan sedang bermain ponsel.“Abang, Mamas!!” Teriak Alyssa marah, manik coklat
Dalam alur kehidupan, setiap mahkluk Tuhan pasti sering dihadapkan pada berbagai macam situasi yang berbeda dengan akhir yang tidak sama. Entah itu jalan cerita bahagia, atau pun jalan cerita yang penuh penderitaan. Semua itu, sudah di porsi sama rata, tanpa bisa di negosiasi selayaknya takdir.Begitupun juga dengan waktu. Tidak ada seorang pun yang bisa menebak, kapan, di mana, kenapa, bagaimana dan mengapa semua alur kehidupan itu terjadi. Bahkan, sekelebat bayangan tentang masa depan saja, tidak pernah mampir dalam pikiran sebagai tanda untuk sang pemegang kendali alur kehidupan mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi.Alvaro tidak pernah menyangka, bahwa takdirnya jatuh pada keponakannya sendiri. Masih sangat membekas di ingatan Alvaro, bahwa perempuan jelita yang pagi ini masih bergulung nyaman diatas ranjan itu, dulunya adalah bayi mungil yang selalu ia timang, saat dirinya hendak berangkat kuliah ataupun saat pulang kuliah.Bayangkan, waktu it