Share

Moon Stone Pack

“Begini yang mulia, Pangeran Arthur sudah beranjak dewasa. Apa dia belum menemukan mate-nya?” tanya salah satu tetua peninggi kerajaan.

Kini di kerajaan Moon Stone Pack diadakan Konferensi meja bundar yang dihadiri orang-orang terpenting yaitu; Para petinggi kerajaan, alpha Rery dan putra semata wayangnya Arthur. Mereka membahas masalah mengenai upacara pengangkatan sang Putra mahkota menjadi seorang Alpha.

Arthur menatap tajam tetua yang baru saja melontarkan kalimat itu dengan sorot mata penuh akan kegelapan.Tetua yang mendapat tatapan tajam dari seorang Arthur mendadak ciut.

Lancang sekali dia menanyakan tentang itu di hadapan semua orang. Aura semakin mencengkam seketika kabut hitam mengelilingi ruangan itu membuat semua orang sesak akan aura dari seorang Arthur.

“Apa upacara ini bisa diadakan tanpa adanya ikatan mate?” tanya sang Alpha kepada tetua yang bernama Argus ia sebagai penasehat kerajaan dia lebih mengerti silsilah tentang kerajaan Moon Stone Pack karena dia salah satu sahabat nenek moyang yang masih hidup sampai detik ini.

Ucapan sang Alpha membuat rahang Arthur mengeras, ia meremeas jemarinya membuat kuku-kukunya memutih.

“Tidak bisa yang mulia, karena ini memang harus diwajibkan. Upacara pengangkatan sang Putra mahkota sebagai seorang alpha harus diselingi dengan pertukaran darah antara ikatan mate," balas Argus dengan menunduk hormat.

“Lalu bagaiamana yang mulia? Pangeran Arthur belum menemukan mate-nya? Harus sampai kapan kita menunggu? Para rakyat sudah tidak sabaran menyambut luna barunya,” kata tetua yang bernama Hermes ia sebagai wakil kerajaan. Arthur yang mendengarnya seolah ingin melenyapkan Hermes detik itu juga. Tatapan tajam itu menusuk ke bola mata Hermes namun Hermes menghiraukannya dia mengalihkan pandangannya menatap sang Alpha.

“Benar yang mulia sudah lama sekali Pangeran Arthur belum menemukan mate nya kita hanya dibuat menunggu tanpa kepastian,” timpal tetua peninggi lainya. Alpha Rery memijat pelipisnya ia tidak tahu harus berbuat apa? Jika menyangkut mate seseorang yang diciptakan oleh Moon Goddes sebagai pasangan hidup kaum bangsa serigala.

Arthur mendengar celotehan mereka membuat dirinya sangat muak, “Diam kalian!” bentak Arthur membuat semua orang di ruangan tersebut terlonjak kaget. 

Arthur menatap nyalang satu persatu para tetua itu, “Aku akan membawa mate ku secepat mungkin kalian tidak usah ikut campur urusanku!” murka Arthur sehingga membuat suasana semakin tegang dan mencengkam. Sorot mata yang tajam dan kelam membuat Arthur ingin melenyapkan mereka detik itu juga.

Bara api semakin panas jika tak segera ditumpahkan air dingin, Arthur adalah lelaki yang sangat kejam dan angkuh ucapannya bukan hanya sekedar ucapan melainkan jika dia berucap maka itu akan terjadi. “Dan aku akan melakukan upacara pelengseran sang Alpha bersama gadisku dan jika kalian mengatakan pada rakyat yang tidak-tidak aku akan melenyapkan kalian!” teriak Arthur semakin murka tanpa pamit undur diri dia keluar dari ruangan tersebut menghiraukan sang Alpha yang terus memanggilnya.

Arthur terus berjalan tanpa arah tujuan dia menghiraukan para pengawal dan omega yang membungkuk hormat padanya. Arthur berjalan ke area pelatihan, semua warior yang melihat kedatangan Arthur menghentikan aktivitasnya kemudian membungkuk hormat.

“Bagaimana?” tanya Arthur pada gamma yang memimpin semua warrior.

Gamma menunduk hormat melihat Arthur yang kini berjalan ke arahnya.“Sudah Pangeran,” balas gamma.

Arthur menatapa sekelilingnya, "Bertarunglah denganku." Gamma yang mendengarnya membelakan matanya. Karena ia tak seberani itu melawanya dan tentunya kekuatan mereka sangat tak sebanding. Gamma menggeleng tapi tatapan tajam dari seorang Arthur membuat ia mengangguk setuju.

Jika Arthur ingin bertarung sudah dipastikan Arthur sedang murka, Arthur melampiaskan kemarahannya dengan bertarung. Arthur telah siap di tempatnya ia memegang samurai lancip yang baru saja diasah yang sekali gores langsung mengeluarkan cairan kental merah.

Alfred sebagai gamma memulai ancang-ancang ada rasa khawatir didalam dirinya, entah kenapa selalu dia yang menjadi korban kemurkaan Arthur. Alfred hanya bisa bersabar ia tahu tidak mungkin Arthur membunuhnya.

Tapi kekhawatiran itu selalu muncul di benak Alfred sebagai gamma, Alfred menghela nafas pelan. Delty menghitung mundur membuat Arthur dan Alfred siap akan posisinya masing-masing tepat hitungan pertama ketika Arthur ingin menyerang Alfred.

Namun tiba-tiba Arthur mendapat midlink dari seseorang membuat Arthur menghentikan dan menjatuhkan samurainya.“Ada apa?” tanya Arthur pada seseorang melalui midlink.

“Saya sudah melakukan tugas dari anda, Pangeran.”

“Bagus, kamu teruskan tugasmu. Jangan sampai kembali jika tugasmu belum tuntas!”

“Baik Pangeran, tapi ada satu hal lagi yang ingin saya beritahukan kepada anda.”

“Apa?”

“Ternyata dia juga bagian dari bangsa kita, yang mulia.”

Sial!

Arthur mengeraskan rahangnya, kemudian ia melangkah menjauhi area pelatihan. Alfred menghela nafas lega karena ia tak jadi bertarung melawan calon sang Alpha. Ia selamat sekarang dia pun menjatuhkan tubuhnya direrumputan sehingga tubuhnya terlentang menghadap langit. Berkali-kali mengucap syukur membuat semua warrior yang melihatnya terkekeh.

“Kali ini mungkin lolos tapi entah nanti,” ledek Alward ia adalah delty di kerajaan Moon Stone Pack. Alward bertugas sebagi pelindung atau pengawal utama raja. Sedangkan gamma pengganti beta ketika beta sedang bertugas.

“Sialan kau!” geram Alfred.

Alward mengulurkan tangannya pada Alfred yang disambut baik uluran tangan itu. Mereka memulai tugasnya kembali memantau para warrior untuk lanjut berlatih. 

Arthur berjalan untuk menuju kamarnya dia merebahkan tubuhnya menutup kelopak matanya sejenak menghilangkan rasa pening di kepalanya.“Aku akan membawamu tapi tunggu waktu yang tepat. Bersabarlah sedikit sayang.” Monolog Arthur dengan mata masih terpejam senyuman miring tersungging di bibirnya. 

Arthur yang masih dengan pikirannya seketika terganggu ketika decitan dari pintu sehingga membuatnya membuka kelopak matanya menatap orang yang memasuki kamarnya. Orang tersebut mendudukan diri di samping Arthur. “Sayang, kamu kenapa?” tanya wanita yang sudah lanjut usia dengan mengelus surai lembut Arthur.

Arthur kini mendapat belaian dari wanita tersayangnya itu memejamkan matanya kembali, seolah menikmati sentuhan-sentuhan dari kelembutan jemari wanita itu.“Hem, aku tidak apa-apa bu....” 

“Kenapa kamu meninggalkan rapat kerajaan?” tanya wanita itu masih terus mengelus surai Arthur.

Arthur membuka matanya menatap wanita itu, “Aku muak dengan para bajingan itu ibu.”

“Sayang, kamu tidak boleh seperti itu kamu harus menghormati mereka. Walau bagaimana pun mereka orangtua dan salah satu bagian penting di kerajaan,” ucap wanita itu dengan nada lembut.

Sungguh Arthur lebih lega dan tenang ketika ia bersama ibunya yang memiliki kedudukan sebagai Luna. Luna Arabella satu-satunya Ratu yang tidak pernah mendapat catatan hitam dibuku kerajaan.

Ia adalah sosok Ratu yang baik hati dan lembut dia selalu dijunjung tinggi oleh rakyat karena kebaikan hatinya. Walaupun sudah lanjut usia luna Arabella memiliki wajah yang tampak awet muda sehingga orang tak percaya bahwa ia sudah berumur. 

“Nak apa kamu sudah bertemu dengan mate mu?” tanya Arabella kepada anaknya membuat Arthur bangun dari tidurnya kini terduduk menatap wanita di depannya kemudian menatap lekat sang Ibu dengan tatapan sendu. “Aku sudah menemukannya. Tapi keberadaanya saat ini membuat Arthur belum bisa membawanya ke istana,” lirih Arthur.

“Apakah ibu boleh tau siapa gadis itu?” tanya Arabella dengan jemarinya memegang wajah Arthur mengusap peluh yang membanjiri pelipis anaknya.

Arthur menghela nafas, “Ibu sudah tahu siapa dia, nanti aku akan bawa dia ke istana secepat mungkin.”

Arthur mengusap wajahnya kasar jika kejadian itu tidak terjadi maka dia sekarang dan detik ini juga sudah bersama matenya. Arthur menenggelamkan kepalanya di dada sang Ibunda yang kini mendekapnya dengan erat dengan mengelus surainya perlahan. "Apa dia sangat cantik? Sehingga membuat anak ibu yang tampan ini tidak sempat melirik gadis lain."

Arthur yang mendengar ucapan ibunnya ia tersenyum hangat dia menggenggam jemari sang Ibu mengecupnya dengan lembut. Seolah menyalurkan rasa cinta yang dalam terhadap cinta pertamanya. "Dia sepertimu sangat cantik. Hanya saja sifat dan perilaku yang berbeda," ucap Arthur dengan jemarinya terulur menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah sang Ibu ke telinganya.

Luna Arabelle tersenyum hangat pada anaknya, "Benarkah? Kalau boleh ibu tahu dia gadis seperti apa?" tanyanya.

"Dia gadis yang mandiri, pemberani, dan sangat manis." Arthur kini berpindah membalikan badan sehingga tak berhadapan lagi dengan sang Ibu.

"Wah... Ibu jadi tak sabar untuk bertemu dengannya," ucapnya dengan tersenyum lebar pada anak semata wayangnya.

"Hari itu pasti akan tiba bu tunggulah...."

***

"Dimana anak itu?" tanya Alpha Rery, yang kini berdiri tepat di depan pintu kamar Arthur. Ia melihat sang Luna keluar sendiri dari kamar Arthur."Ssst... Dia sedang tidur," ujarnya dengan menempelkan jari telunjuk dibibirnya memberi peringatan pada sang Alpha untuk diam.

"Aku ingin bicara dengannya."

"Baginda... Jangan sekarang. Biarkan anak kita istirahat, aku tak tega melihat dia terus bekerja seperti itu." Sorot mata dari sang Luna membuat alpha Rery tidak tega ia melangkahkan kakinya mendekati istrinya menggenggam jemari lembutnya mengecup dengan lembut.

"Maaf istriku, apa aku keterlauan terhadapnya?" tanya sang Alpha dengan menatap sendu istrinya.

Alpha Rery sebenarnya tak tega tapi Arthur sudah dewasa sebagai seorang lelaki yang mempunyai kedudukan tertinggi yaitu calon sang Alpha mau tak mau dia harus mengajari anaknya untuk menjalankan tugasnya.

Luna Arabella mengangguk kemudian dia tersenyum lembut, "Sudahlah... Kita jangan berbicara di sini! Nanti dia terbangun."

"Baiklah, kita akan bicara di kamar saja..." Alpha Rery mengedipkan matanya genit, sang Luna terkekeh melihat sang Alpha berperilaku seperti itu. Apa Arthur juga akan seperti ayahnya jika bersama mate nya nanti? Yang posesif dan sangat manja bila sedang berdua.

Luna dan Alpha berjalan seiringan para pengawal menunduk hormat, namun tiba di gedung tengah mereka dikejutkan dengan Alward yang berlari dengan nafas terengah-engah."Hormat yang mulia!" salamnya dengan menunduk hormat Alward menarik nafas lalu membuangnya pelan.

"Ada apa? Kenapa kamu berlari seperti itu?" tanya sang Alpha dengan mengerutkan keningnya menatap delty.

"Yang mulia, para rakyat sedang berdemo di depan gerbang kerajaan. Mereka akan mendrobrak jika tidak mendapat tanggapan dari anda."

Alpha Rery melebarkan matanya,"Apa yang membuat mereka seperti itu?" tanya sang Alpha kepada Alward.

"Mereka meminta penjelasan tentang kenapa Pangeran Arthur belum bertemu dengan mate nya."

Alward mencoba memberi penjelasan pada sang Alpha, ia mencoba sebaik mungkin untuk menjelaskan dengan benar dan ia tidak mau ada kesalahan di setiap kalimat.

"Baiklah... Saya akan ke sana, dan suruh beta untuk memberi tau para petinggi kerajaan untuk segera kumpul."

"Maaf yang mulia... Beta sedang bertugas ia tidak ada di sini." 

Alpha Rery mengangguk, "Gamma, suruh semua petinggi kerajaan untuk segera kumpul!" ucap sang Alpha melalui midlink.

"Yang mulia...," lirih sang Luna.

Alpha Rery menengok ke arah istrinya ia menatap lekat dan menggenggam jemari lembut itu. "Temanilah anak kita, jangan biarkan dia mendengar semua ini," ucap sang Alpha. "Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat, jadi tunggulah...." Alpa Rery mengecup pucuk kepala sang Luna. Ia menghirup aroma yang keluar dari istrinya dengan rakus aroma bunga lily yang menjadi candu sebagai obat penenangnya.

Sang Luna mengangguk kemudian ia pamit undur diri untuk menuju kamar putranya.

Alpha Rery serta Alward berjalan menuju gerbang utama kerajaan dengan di ikuti para pengawal dan para warrior.

Terdengar suara gaduh di depan sana membuat alpha Rery menghela nafas pelan namun tak terdengar. 

"Yang mulia! Beri kami penjelasan!" ucap para rakyat serempak.

"Jika kami tidak diberi penjelasan, kita akan mendobrak gerbang ini!"

"Yang mulia alpha Rery!"

"Beri kami penjelasan!"

"Beri kami penjelasan!"

"Beri kami penjelasan!"

Suara riuh dan ricuh terdengar nyaring di indra pendengaran sang Alpha.

kedatangan alpha Rery membuat para rakyat diam menunduk hormat. "Apa yang membuat kalian datang kesini?" tanya Alpha Rery dengan nada normal tanpa penekanan.

"Kita hanya minta penjelasan yang mulia!" teriak salah satu rakyat yang kini berada di barisan tengah.

Alpha Rery menautkan alisnya, "Penjelasan tentang apa?" ujarnya menatap semua para rakyat.

Sebagai seorang pemimpin dari bangsanya ia harus bersikap layaknya pemimpin. Ia harus menghormati semua kritikan dari rakyatnya dia tidak pernah membandingkan bangsa kalangan atas dan bangsa kalangan bawah termasuk masyarakat kelas rendah. Ia berprinsip jika dia seorang pemimpin maka dia akan melakukan tugas seperti seorang pemimpin contohnya mengayomi rakyatnya.

"Tentang... Apakah benar Pangeran Arthur tidak memiliki mate?" 

"Apakah benar... Pangeran Arthur tidak akan menjadi alpha karena dia belum menemukan mate nya?"

"Apakah benar Moon Goddes mengutuk Pangeran Arthur?"

Perkataan-perkataan dari para rakyat terdengar dengan jelas dipendengaran sang Alpha membuat sang Alpha menghirup udara kemudian menghembuskanya. Ia memejamkan matanya dia mencoba berbicara pada  wolfnya yang bernama jaz untuk bertanya apakah wolfnya itu mempunyai saran.

Ia sebenarnya ingin berkata jujur pada rakyatnya, namun dia urungkan karena dia takut jika ini hanya suatu jebakan dan taktik dari musuhnya yang ingin menghancurkan kerajaannya.

"Jika anda terus diam, maka berita itu benar. Yang mulia... Pangeran Arthur tidak memiliki mate!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status