Kota Eco dan Surabaya tidak terlalu jauh, dan masih dalam satu provinsi. Menempuh perjalanan menggunakan mobil pribadi, Rendy dan Bella sudah tiba pada sore hari. Sekarang, di sebuah apartemen, Bella yang sedang duduk di depan Rendy bertanya, "Jadi, Black Bull adalah salah pelaku yang terlibat dalam tragedi itu?" Rendy mengangguk dan menjelaskan, "Dimulai dari bangunan kosong di depan rumahku, semuanya tampak tidak normal, dan saat aku bertanya kepada Henry, dia mengatakan bahwa wilayah itu adalah milik Black Bull." "Dari situ, aku mulai berpikir bahwa mereka memiliki beberapa keterlibatan. Dan setelah aku menanyakannya kepada Arta, putra dari Martin, tebakanku memang benar." "Martin Luther, yang memimpin Black Bull ternyata memiliki dukungan dari Hamdan di belakangnya." "Hamdan?" Bella tampak mengerutkan keningnya saat mendengar nama itu, dan bertanya, "Bukankah itu salah satu musuh lama, tuan?" "Memang benar," Rendy
"Mengingat bahwa hanya orang-orang khusus yang diundang ke acara pernikahan Putra Darlan, kupikir dia memang bukan orang biasa." Sudjana yang menjawab, dan dia tampak sedikit tersenyum. Kemudian melihat kearah komisaris Burhan, dan kembali bertanya, "Dengan caranya yang luar biasa saat menyelamatkan cucuku, dan bahkan berani membunuh putra Martin satu-satunya, tampaknya dia memang bukan hanya sekedar orang penting belaka, kan?" Komisaris Burhan menghela nafas panjang, dan tahu bahwa orang yang dia hadapi sekarang bukanlah orang-orang biasa. Tanpa perlu menceritakan banyak, komisaris sadar bahwa Sunjaya ini akan mengetahuinya sendiri. "Dia memang bukan biasa-biasa saja, tapi juga luar biasa." Komisaris menjawab, dan tampak ragu-ragu untuk terus menjelaskan. Sunjaya sedikit tersenyum dan mengerti saat melihat keraguan Burhan. Menoleh kearah wanita disampingnya, dia berkata, "Katakan pada Darlan, bahwa aku ingin datang."
Keesokan harinya. Siang hari, di sebuah gedung mewah dengan lebar ratusan meter, dan berbagai dekorasi menghiasi seluruh halaman, suasana tampak semarak, dan bahagia. Meskipun saat ini adalah siang hari, dan matahari masih di atas kepala, tak membuat para tamu undangan menyurutkan niatnya untuk tetap mendatangi tempat itu. Karena hari ini, acara besar sedang terjadi. Pernikahan seorang artis papan atas dan Putra dari seorang gubernur, bagaimanapun akan sangat megah. Tapi begitu, tempat itu dijaga ketat oleh beberapa pengaman, bahkan sebelum seratus meter dari gedung. Dari sekian banyak orang yang datang, semuanya adalah orang-orang berstatus dan kaya. Saat Bella dan Rendy datang ke tempat itu, mereka juga tidak datang dengan biasa-biasa. Tepat ketika mereka berdua turun di halaman depan gedung dari mobil Porsche hitam yang mengantarnya, secara alami akan menjadi pusat perhatian. Terutama Bella yang memiliki p
Bella terdiam, dan benar-benar marah dengan perilaku Garry. Hanya saja, dia benar-benar tidak berdaya dengan keputusan Rendy. Pada akhirnya, Bella hanya bisa menghela nafas, dan mau tak mau meninggalkan Rendy sendirian. Di sisi lain, Rendy yang sejak awal memang tidak tertarik pada acara ini hanya mencari mejanya sendiri, dan duduk untuk mengawasi sekelilingnya. Tujuan datang kesini bukan untuk menghadiri acara pernikahan, tapi untuk mencari keberadaan Martin dan Hamdan. Selebihnya, Rendy benar-benar tidak peduli sama sekali. Disaat yang bersamaan, salah seorang wanita dari jauh tampak sedang mengawasinya dalam diam, dan tiba-tiba tersenyum. Kemudian melihat wanita disebelahnya, dan bertanya, "Sherlina, coba tebak, apa yang aku lihat?" Sherlina, dia adalah wanita yang cantik, menawan dan tampak elegan. Dengan gaun pengantin putih dan makeup yang sedikit berlebihan, wanita yang selalu tersenyum di hari bahagia dalam hid
Dengan semua hinaan dan kata-kata kedua wanita itu, tiba-tiba Rendy berhenti.Kemudian, samar-samar melirik kedua wanita yang menyeringai di sampingnya itu, Rendy sedikit tersenyum lucu dan dengan ringan berkata, "Henri Jayer Cros Parantoux.""Hah?" Kedua wanita itu tiba-tiba mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu?" Rendy tersenyum sangat lucu, dan menjawab, "Dibuat di Perancis, anggur dengan nama Herni Jayer Cros Parantoux ini memang bukan anggur murahan, dan cukup populer di Asia." Mendengar jawaban itu, kedua wanita itu tiba-tiba melihat anggur di tangan Rendy, dan akhirnya tahu apa yang pria itu bicarakan."Dengan harga lebih dari $4.000 sebotol, kupikir ini memang bukan anggur biasa, dan orang-orang biasa tidak mungkin bisa membelinya." Rendy berkata lagi, dan membuat kedua wanita itu terdiam. Dengan menyeringai, Rendy tahu bahwa itu mengejutkan keduanya, tapi dia tidak berhenti, dan terus berkata, "Tapi, ini
Dengan mata dan mulutnya yang melebar tidak percaya, dua wanita itu melihat antara Dayana dan Rendy dengan segala jenis pemikiran.Apa ini? Bukankah seharusnya Dayana marah saat mendapatkan respon dingin semacam itu? Tapi kenapa hal itu tidak terjadi? Bukan hanya tidak marah, tapi Dayana juga masih bersikap ramah, dan tidak menunjukkan sedikitpun tanda-tanda tidak nyaman. Bahkan, saat ini dia juga masih tersenyum, dan dengan ringan berkata lagi, "Saya berjanji akan memberikan anggur yang lebih baik daripada yang Anda minum sekarang, bagaimana?" Ini? Sherlina dan Shela tidak bisa lagi berkata-kata dengan keramahan Dayana, yang seolah-olah sangat ingin mengundang Rendy untuk berbicara empat mata dengannya. Rendy, pria miskin dan tak tahu malu yang ada dalam ingatan dua wanita itu sebenarnya diundang sedemikian rupa oleh Dayana? Siapa sebenarnya Rendy ini? Lebih mengejutkannya lagi, Rendy disa
"Waktuku sangat terbatas, dan aku sangat tidak suka dengan hal-hal yang merepotkan." Rendy berkata lagi, dan membuat suasana di ruangan menjadi tegang. Karena bagaimanapun, semua orang di ruangan itu sangat mengenal identitas Sunjaya, dan tahu bobot yang harus dibawa saat berbicara dengannya. Biasanya, setiap orang yang bertemu dan berbicara dengannya harus menundukkan kepala, dan merendahkan suaranya, tapi Rendy tidak. Bukan hanya tidak hormat, dia bahkan sangat arogan di depan Sunjaya. Untuk Darlan Tata, yang mengenal Sunjaya jauh lebih baik daripada Rendy segera berpikir bahwa pemuda itu adalah orang yang sombong, dan tidak tahu ketinggian langit. Sedangkan untuk komisaris Burhan, dia sudah memiliki jantung berdebar kencang dengan butiran-butiran keringat dingin di keningnya. Meskipun dia sangat mengenal Rendy jauh lebih baik daripada siapapun, dia telah melihat apa yang Sunjaya lakukan kemarin, dan tahu bahwa saat
Diam!Setelah Rendy menyelesaikan kata-katanya, dua ayah dan putri di depannya benar-benar terdiam tak bergerak. .Selain terkejut dan syok, mereka berdua sungguh tidak mengharapkan bahwa Rendy akan berani mengatakan hal-hal itu. Sebelumnya, Sunjaya telah memikirkan banyak hal, dan akhirnya memilih untuk membantu Rendy dengan syarat menjadi pengawal cucunya. Tapi, yang terjadi adalah...."Jika kalian mengenalku, seharusnya kalian tahu, bahwa saat nama Red Everlasting Dragon terdengar, apa yang akan terjadi." Rendy berkata lagi pada keduanya, dan mendengus dingin. Tidak ingin lagi peduli, atau menunggu respon keduanya, dia telah berdiri dan pergi keluar. Tidak ada hal yang perlu dibicarakan lagi! Karena dengan semua hal yang dia miliki, Rendy sama sekali tidak butuh bantuan orang lain. Apalagi harus menjadi seorang pengawal. "Tunggu, Tuan---" Dayana ingin menghentikannya, tapi dia segera di he