Ketika tiba, Qi Leina melihat seorang pria tampan. Dia sangat terpesona dengan wajah pemuda itu. Siapa lagi kalau bukan Liu Heng. Itu adalah Liu Heng, tetapi Qi Leina tidak pernah melihat wajah asli Liu Heng karena memang sejak awal bertemu Liu Heng mengenakan topeng."Terima kasih," ucap Qi Leina. Dia menurunkan Zhou Lu. Liu Heng langsung memberikan sebuah pill kepada Qi Leina. Itu adalah pill tingkat lima. Pill yang hampri sempurna dan mencapai ke tingkat tertinggi yaitu tingkat enam. Melihat itu Qi Leina menelan ludah. Dia tidak menyangka ada pemuda yang begitu jenius. "Itu adalah pill Penyembuh yang sudah agak aku modifikasi. Aku menamai pill itu dengan nama pill Penyembuh tier dua. Bisa dikatakan versi lebih sempurna dari pill penyembuh biasa," jelas Liu Heng.Qi Leina baru pertama kali mendengar nama pill itu. Dia pun memberikannya kepada Zhou Lu. Tubuh Zhou Lu yang sudah hampir sekarang sulit untuk menelan pill. Liu Heng membantu dengan memberikan air. Beberapa saat kemudia
Pasukan dari kekaisaran Qin Sudah berada di dekat pulau Teratai Biru. Ketika mereka datang ke sana. Mereka berdua dikagetkan dengan kedatangan banak cultivator dari berbagai sekte. Wu Hai kebingungan siapa yang menyebarkan informasi tentang Liu Heng yang memiliki kitab Raja Iblis. "Siapa yang melakukan ini?" "Sepertinya ini kerjaan dari sekte aliran hitam. Mereka tidak ingin kita mendapatkan kitab Raja Iblis. Dengan adanya sekte lain, itu akan menghambat kita. Kita harus memperbutkan kitab itu dari sekte lainnya," jawab Yu Zie. Wu Hai terdiam. Dia sangat kesal karena rencana mereka dihambat oleh sekte aliran hitam. Siapa pun yang melakukan itu. Dia adalah orang yang licik. Shan Hu bahkan tidak menyangka kalau itu akan terjadi. Mereka tidak ada pilihan lain selain tetap maju. Apa pun risikona, mereka akan menanggung itu. Lebih buruk kalau kitab itu dimiliki oleh sekte besar lainnya. Tentu saja mereka tidak akan menyerahkan itu. "Kalau sudah seperti ini, maka tidak ada pilihan," uc
Liu Heng selesai makan. Dia langsung berangkat kembali. Ketika dia perjalanan, dia bertemu dengan Luo Ouyang yang sedang dicegat oleh beberapa orang dan salah satu dari mereka adalah orang yang Luo Ouyang bantu sebelumnya. Liu Heng hanya melirik saja. Dia berusaha mengabaikan itu. "Biarkan dia merasakan apa yang dia perbuat sendiri," batin Liu Heng. Itu yang Liu Heng inginkan, tetapi nyatanya tidak berhasil karena Qing Sun juga ikut diberhentikan oleh mereka. "Kau tidak boleh lewat!" bentak salah satu dari mereka sambil mengarahkan senjata mereka ke wajah Liu Heng.Itu membuat Liu Heng terpaksa berhenti. Dia melirik ke arah orang yang menghentikan dirinya. "Apa yang kau lakukan? Aku hanya ingin lewat. Aku tidak akan menghalangi kalian membunuh wanita. Turunkan pedangmu!" pinta Liu Heng. "Dia mengancamku," ucap orang itu sambil melihat ke arah rekannya yang lain. Dia tertawa. Menertawakan Liu Heng. "Dia kira dia siapa? Dia tidak tahu kalau kita adalah pembunuh bayaran. Membunuh dirin
"Kalau begitu bos pergi ke kota yang ada di dekat sini. Aku dengar kalau di sana ada sebuah makam kuno muncul. Mungkin saja ada sesuatu yang bisa dilakukan di sana atau ada pusaka di dalamnya. Mungkin saja," ucap Bu Yunshi.Liu Heng tersenyum. Dia tertarik dengan apa yang Bu Yunshi katakan. Bu Longshi dan Lui Bi juga setuju dengan apa yang Bu Yunshi katakan. Selain itu mereka menjelaskan juga kalau kelompok mereka sudah menjadi besar. Liu Heng tahu kalau tentang itu. Dari markas mereka saja, itu sudah menjelaskan kalau kelompok yang Liu Heng bangun sudah berkembang pesat. Sangat pesat malah. Liu Heng memberikan beberapa cincin yang berisi batu jiwa. "Gunakan saja untuk keperluan kelompok kita. Aku tidak terlalu butuh batu jiwa sebanyak itu. Bangun kelompok ini menjadi lebih kuat. Kita akan melakukan hal besar di masa depan. Kalian sudah tahu itu," ucap Liu Heng. Mereka mengerti. Malah mereka menjadi begitu bersemangat. Tidak ada rasa takut sama sekali di wajah mereka. Semangat Liu
Keduanya masuk ke dalam berdua. Bukan hanya mereka saja, tetapi ada beberapa orang lainnya. Ketika mereka sedang berjalan, mereka berdua melihat ada tiga cabang jalan yaitu lurus, kiri dan kanan. Beberapa orang memilih jalan yang beragam. Itu membuat Liu Heng dan Luo Ouyang memiringkan kepalanya. "Kenapa kau meniru apa yang aku lakukan?" keluh Luo Ouyang. Padahal Liu Heng ada di depan. Secara logika Liu Heng tidak mungkin Liu Heng bisa meniru apa yang Luo Ouyang lakukan. Luo Ouyang adalah di belakang. Liu Heng hanya melirik saja. Setelah itu dia kembali fokus melihat apa yang ada di depannya. "Arah mana yang akan aku pilih?" gumam Liu Heng. "Sepertinya kiri," ucap Luo Ouyang. Dia menarik tangan Liu Heng. Dia mengajak Liu Heng berlari ke arah jalan kiri. Itu membuat Liu Heng bingung sendiri. Dia tidak paham dengan sifat Luo Ouyang. Sebelumnya dia terlihat sangat benci kepada dirinya, tetapi kali ini dia begitu perduli dan sok akrab. Liu Heng menggelengkan kepalanya. Dia tidak pah
Banyak kelabang yang telah mereka bunuh. Ruangan itu pun menjadi lebih terang dan barulah terlihat ada begitu banyak mayat di sana. Mereka tewas dengan tubuh yang menghitam arena racun dari kelabang raksasa itu. Melihat itu Luo Ouyang menelan ludah. Ada masih banyak kelabang di sana. Ada puluhan lagi. Cultivator yang ada di sana juga masih ada. Mereka juga mengalami hal yang sama. Hanya saja kali ini mereka merasa lebih baik karena penerangan yang berhasil dbuat oleh Liu Heng dan Luo Ouyang. "Awas!" teriak Liu Heng. Luo Ouyang terlalu terkaget melihat begitu banyak mayat. Dia sampai lupa kalau dia harus tetap waspada. Liu Heng langsung melemparkan pedang miliknya. Satu lemparan itu langsung menembus tubuh kelabang itu, tetapi sayangnya kelabang itu sudah berhasil menggigit bahu Luo Ouyang. Itu membuat Luo Ouyang terjatuh. Racun menyebar begitu cepat. Liu Heng langsung melompat. Beberapa kelabang mendekat ke arah dirinya. Itu membuat Liu Heng berdecak kesal. Dia menggunakan api mil
Setelah pulih Luo Ouyang pun bangun. Dia sudah siap melanjutkan perjalanannya. Luo Ouyang mendekati Liu Heng yang sedang berlatih. Dia sudah cukup bisa mengendalikan kekutan yang baru dia dapakan. Menerobos terlalu sering, itu membuat dirinya kehilang kontrol pada dirinya sendiri. "Kau benar-benar sudah pulih?" tanya Liu Heng kepada Lou Ouyang. "Aku rasa begitu," jawab Luo Ouyang. Liu Heng melihat keadaan Luo Ouyang. Terlihat kalau Luo Ouyang yang sudah cukup membaik. Itu membuat Liu Cheng tersenyum, dia pun mengangguk. Liu Heng langsung berjalan ke arah pintu yang selanjutnya. Luo Ouyang menyipitkan matanya. Liu Heng terlalu cuek. Padahal sebelumnya dia begitu perduli. Itu membuat Luo Ouyang begitu kebingungan. Dia menggaruk kepalanya. Satu detik kemudian Luo Ouyang menampar wajahnya sendiri. "Aku tidak boleh seperti itu. Bodoh," keluh Luo Ouyang. Liu Heng menoleh ke belakang. Dia mendengar suara aneh. Dia langsung bertanya kepala Luo Ouyang tentang apa yang terjadi, tetapi Luo
Mereka mendekati patung naga itu. Tidak ada yang terjadi sama sekali. Tidak ada tanda kalau patung itu akan bergerak. Hanya saja energi qi di dalam patung itu sangat membuat keduanya merinding. Terlalu besar untuk bisa dicapai. Yang jadi masalahnya adalah pintu di belakang patung naga yang sangat besar itu. Mereka harus melewati patung itu lebih dulu sebelum akhirnya mereka bisa masuk ke ruangan selanjutanya. Tentu saja itu membuat mereka takut. "Kau pria, seharusnya kau yang di depan," keluh Luo Ouyang. Dia yang berjalan di depan. Liu Heng ada di belakang. Dia berniat melindungi dari belakang karena serangan dari depan jauh lebih mudah dihindari daripada serangan yang datang datangi belakang. Hanya saja Luo Ouyang tidak sadar akan hal itu. "Baiklah," jawab Liu Heng. Dia pun berjalan ke depan. Dia yang memimpin jalan. Ketika tubuh mereka berada tepat di bawah patung naga itu, keduanya menelan ludah. Mereka merinding. Bahkan menoleh ke atas saja tidak berani. Ketika sedang berjala