Share

Bab. 2 Aku Adalah Pacar Liu Heng

Keesokan harinya Liu Heng bersama dengan kakeknya datang ke desa. Di alun-alun desa Kaǒjin banyak sekali orang-orang sedang berkumpul. Mereka adalah para penduduk desa yang penasaran dengan cultivator yang akan datang. Kedatangan cultivator adalah sesuatu yang sangat langka dan menarik perhatian.

Tentu saja mereka semua penasaran karena tidak setiap tahun cultivator datang ke desa Kaǒjin karena memang desa itu tidak banyak terdapat anak yang berbakat, tetapi kali ini ada satu anak yang sangat berbakat yang sudah masuk ke dalam tahap penempaan tulang tahap ke 4 padahal umurnya masih sepuluh tahun. Satu tahun lebih tua daripada Liu Heng.

“Aku adalah Zie Du dan aku adalah salah satu guru dari sekte Tebasan Mengalir.” Semua orang menjadi bersemangat. Mereka sudah siap untuk tes-nya karena Zie Du akan mengambil dua anak sebagai murid. “Kalian sudah tahu kalau aku datang ke mari untuk mencari dua orang murid, tetapi aku tidak bisa mengambil sebarang murid. Akan ada tes lebih dulu.”

Ada lima belas anak-anak yang sudah berbaris di depan Zie Du. Mereka berumur sekitar 9-13 tahun. Zie Du menatap mereka satu per satu. Dia menyipitkan matanya karena tidak satu pun ada anak yang berbakat. Dia pun menoleh ke belakang melihat Feng Xi—dia yang menyarankan Zie Du untuk pergi ke desa Kaǒjin—dengan tatapan tajam.

Feng Xi tersenyum.

Zie Du pun melanjutkan apa yang dia lakukan. Dia melihat satu per satu tingkat kultivasi anak yang ada di sana dan rata-rata hanya tingkat penempaan tulang tahap ke 1 yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan orang biasa.

Mata Zie Du langsung terbelalak ketika melihat ke arah salah satu anak. “Ini adalah berlian,” batinnya. Dia memegang tangan anak itu dan betapa kagetnya dia ketika tahu kalau anak itu ternyata memiliki Qi yang cukup murni.

“Siapa namamu?” tanya Zie Du.

“Xie Xie,” jawab anak itu, singkat.

“Di mana orang tuamu?”

Xie Xie menggelengkan kepalanya. Dia tidak mempunyai orang tua. Dia tinggal sebatang kara, tetapi semua orang desa menyukainya dan terus merawatnya. Bisa dikatakan Xie Xie adalah kesayangan orang di desa itu.

“Dia adalah calon istriku!” ucap anak yang ada di sebelah kiri Xie Xie.

Zie Du menoleh.

“Aku adalah Zu Yong dan aku adalah anak dari kepala desa Kaǒjin.” Dia sangat bangga dengan apa yang dia katakan. “Xie Xie dan aku akan menikah ketika besar nanti. Jadi, Anda harus membawaku juga untuk belajar di sekte Tebasan Mengalir.”

Zie Du menyipitkan matanya. Dia tidak percaya ada anak yang sangat percaya diri.

“Aku bukan calon Istrimu. Aku adalah pacar Liu Heng.” Xie Xie membantah apa yang dikatakan oleh Zu Yong. Liu Heng yang mendengar itu wajahnya memerah. Dia tidak menyangka kalau Xie Xie akan berani mengatakan hal seperti itu. Dia memang dekat dan selalu baik kepada Xie Xie karena Cuma dia yang tidak menghina dan merendahkan dirinya.

“Kau ingin hidup susah dengan menikah dengan Liu Heng? Dia tidak berbakat sama sekali. Dia bahkan tidak bisa menjadi cultivator,” keluh Zu Yong. “Lebih baik kau menikah denganku. Sekarang aku sudah penempaan tulang tahap ke 2.” Zu Yong sangat bangga karena di desa Cuma dia yang bisa mencapai hal itu kecuali Xie Xie.

“Liu Heng lebih hebat! Dia selalu bisa mengalahkanmu,” ucap Xie Xie dengan wajah polosnya. Mendengar itu senyuman di wajah Zu Yong menghilang.

Zie Du tersenyum melihat pertengkaran anak-anak tentang menikah. Padahal mereka masih belasan tahu. Itu adalah tonton yang menarik, tetapi dia penasaran dengan Liu Heng.

“Siapa Liu Heng?” tanya Zie Du.

Xie Xie menunjuk ke arah anak kecil yang ada di sebelah Zu Yong. Zie Du menatap anak itu. Dia adalah anak yang sangat tampan dengan mata biru dan rambut lurus yang terikat ke belakang. Tubuhnya juga sangat putih—hampir terlihat pucat.

“Siapa dia?” batin Zie Du. Dia sangat kagum, tetapi setelah dia melihat tingkat culitivasi Liu Heng dia langsung kecewa karena Liu Heng. “Dia tidak bisa berkultivasi,” batinnya. Dia pun mendekati Liu Heng dan memegang perut Liu Heng. “Sangat disayangkan. Dia tidak bisa berkultivasi karena dantian-nya cacat.”

Zie Du langsung mengabaikan Liu Heng. Dia langsung mengumumkan kalau dua anak yang dia pilih adalah Xie Xie dan Zu Yong. Banyak yang kecewa dengan kenyataan itu, tetapi mereka sudah menduga hal itu.

Zu Meng pun maju dan berterima kasih kepada Zie Du karena menerima anaknya sebagai muridnya. Itu adalah kebanggaan tersendiri bagi dirinya. Dia bahkan bersujud di depan Zie Du dengan penuh syukur. Zie Du menyuruh Zu Meng berdiri.

“Tidak perlu sampai sebegitu-nya. Ini semua karena anak tuan yang cukup berbakat,” ucap Zie Du. Zu Meng sekali lagi berterima kasih. Dia kemudian memandang ke arah Liu Heng dengan senyuman merendahkan. Liu Heng hanya bisa menunduk.  

Zie Du pun mengajak keduanya untuk ikut bersama dengannya.

“Tunggu dulu!” teriak Lin Jie. Zie Du menoleh. “Aku sudah membayar, tetapi kenapa cucuku tidak di bawa pergi? Padahal kalian mengatakan kalau aku membayar, maka cucuku akan dibawa menjadi murid di sekte kalian.”

Zie Du hanya mengerutkan keningnya. Dia tidak tahu menahu. Dia kemudian menoleh ke arah Feng Xi. Feng Xi menggaruk kepalanya. Dia pun maju dan menjelaskan semuanya. Dia hanya berbohong dan mengembalikan uang yang Lin Jie berikan.

“Jangan lakukan lagi! Kita tidak boleh memeras orang biasa,” tegur Zie Du.

“Baik, tuan.”

Lin Jie ingin protes, tetapi tidak bisa lagi karena uang miliknya sudah dikembalikan. Dia hanya menatap kesih ke arah Liu Heng. Ketika ingin pergi. Xie Xie tidak ingin berjalan. Dia dengan keras menolak untuk pergi. Zie Du kebingungan.

“Aku tidak akan pergi kalau Liu Heng tidak pergi,” ucapnya.

“Tidak usah pedulikan aku, Xie’er.” Liu Heng tersenyum ke arah Xie Xie, tetapi dia masih menolak untuk pergi. Dia masih mengancam tidak akan pergi kalau Liu Heng tidak pergi. Zie Du kebingungan.

“Aku tidak bisa membawanya karena dia tidak bisa berkultivasi.”

“Tetapi Liu hebat dalam berpedang. Dia bisa mengalahkan Zu Yong. Seharusnya dia yang ikut,” protes Xie Xie.

Zie Du tidak percaya kalau ada anak biasa yang tidak berkultivasi bisa mengalahkan anak yang sudah penempaan tulang tahap ke dua. Mereka memiliki perbedaan kekuatan dan kecepatan. Zie Du pun memiliki ide.

“Baiklah, aku akan memberikan dia kesempatan, tetapi kalau dia kalah melawan Zu Yong, maka kau harus ikut denganku. Kau tidak boleh protes lagi.”

Xie Xie agak ragu. Dia pun mengangguk dan mempercayakan semuanya kepada Liu Heng. Zie Du menoleh ke arah Zu Yong.

“Apa kau bersedia?”

“Te-tentu saja,’ jawab Zu Yong agak ragu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status