"Rain." Salah seorang teman kelas Raina menghampiri Raina yang baru saja tiba di kelas."Kenapa Sis?" "Kemarin gue mau kasih bunga ini, tapi gue lupa," ucap cewek bernama Siska tersebut sembari memberikan sepucuk bunga mawar merah pada Raina.Raina mengerutkan keningnya. Sadar akan kebingungan Raina, Siska pun segera menjelaskan."Itu bukan bunga dari gue. Kemarin gue gak sengaja liat Rian lagi pegang bunga ini di dekat kelas kita. Gue pikir dia mau kasih ke lo, tapi pas liat lo lagi sama Arka dia langsung buang ke tempat sampah terus pergi. Mukanya juga keliatan kesal gitu.""Makasih, ya.""Sama-sama."Raina menatap bunga tersebut. Tiba-tiba ia teringat Rian yang masih marah padanya. Apa mungkin penyebab cowok itu marah padanya karena melihatnya dengan Arka kemarin? Kalau memang benar, kenapa Rian tidak bilang langsung padanya? Padahal biasanya kalau Rian melihatnya bersama Arka pasti Rian akan langsung menghampiri mereka dan marah-marah. Tapi kali ini cowok itu malah mendiamkannya
Sudah beberapa hari ini, Rian dan Raina semakin menjauh. Bahkan, keduanya tidak saling menyapa saat tidak sengaja berpapasan.Mereka berdua menjadi perbincangan satu sekolah. Apalagi saat Rian mengaku kalau mereka sudah putus. Ditambah sekarang Rian semakin dekat dengan Wanda. Hampir seluruh murid mendukung Rian dan Wanda untuk berpacaran. Mereka malah sangat senang ketika mendengar kalau Rian dan Raina sudah putus. Karena dari dulu banyak yang tidak suka kalau Rian berpacaran dengan Raina. Menurut mereka, Rian tidak pantas untuk Raina.Meskipun Rian tidak langsung memutuskan hubungan mereka, tapi secara tidak langsung Raina tahu kalau hubungan mereka sudah berakhir.Dari awal memang Rian yang berhak atas hubungan mereka, putus atau terus Rian yang memutuskan. Dan pada akhirnya Rian memilih untuk mengakhiri hubungan mereka.Memang sejak dulu Raina sangat menginginkan hal ini, tapi saat mendapatkannya sekarang, Raina seperti tidak menginginkannya lagi."Na, kalau gak kuat gak usah dil
"Na, Rian gak datang?" tanya Dian mendekati Raina yang duduk di ruang tengah."Enggak Ma," jawab Raina."Biasanya dia datang kalau lagi libur gini. Dia gak hubungin kamu?" tanya Dian lagi."Enggak."Dian mengembuskan napasnya. "Padahal Mama udah masak banyak karena mikir Rian bakal datang."Raina menatap mamanya. "Em, Ma, sebenarnya ada yang mau aku omongin sama Mama.""Mau ngomong apa?" Raina menghirup udara sebanyak mungkin untuk menenangkan dirinya. Dian sendiri masih setia menunggu Raina untuk berbicara. "Aku mau jujur kalau sebenarnya aku sama Rian udah putus," ucap Raina."Kamu lagi bercanda?" tanya Dian tidak percaya.Raina menggeleng. "Enggak Ma, aku serius. Aku sama Rian udah putus.""Tapi kenapa? Kalian ada masalah? Emangnya masalah apa sampai kalian harus putus? Kalian kan harusnya bisa bicara baik-baik tanpa harus putus.""Intinya aku sama Rian udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Mama gak marah sama aku, kan?""Mama gak marah sama kamu. Justru Mama minta maaf karena gak
"Cie, yang kemarin nge-date," goda Luna."Maksud lo?" tanya Risa dengan kening mengerut."Kemarin Raina nge-date sama Arka."Risa menoleh pada Raina yang hanya diam."Beneran Rain?"Raina menggeleng. "Enggak. Gue cuma nemenin dia beli buku doang.""Itu Arka sengaja biar bisa jalan berdua sama lo. Gue tahu cara cowok dekatin cewek," ujar Luna."Kayak pernah didekatin cowok aja." Risa menyindir."Lah, emang gue pernah. Malah banyak. Emangnya lo yang gak pernah didekatin cowok? Makanya Ris jangan galak-galak sama cowok.""Suka-suka gue. Kenapa lo ngatur gue?""Gue gak ngatur. Cuma kasih saran.""Gue gak butuh saran. Lagian tanpa cowok juga gue gak rugi.""Sekarang aja lo boleh ngomong kayak gini, nanti kalau udah jatuh cinta baru deh bucin.""Ngomong diri sendiri?""Eh, udah dong. Jangan ribut. Lo berdua kok malah debat, sih?" Raina melerai.Jangan sampai kedua sahabatnya bertengkar hanya karena masalah sepele."Dia duluan nih," ucap Luna."Lo aja yang baper-an.""Siapapun bakal marah ka
"Sorry, gue gak sengaja." Seorang cowok yang hendak masuk ke sebuah minimarket tak sengaja menabrak Raina yang kebetulan baru keluar dari minimarket.Cowok itu segera mengambil barang belanjaan Raina yang jatuh. Kemudian mengembalikannya pada Raina."Sekali lagi sorry, ya."Raina tersenyum tipis. "Iya, gak apa-apa.""Em, btw, boleh gue tahu nama lo?""Ngapain lo tanya-tanya nama cewek gue?" Keduanya menoleh ke sumber suara.Raina melotot ketika Rian menghampiri mereka lalu merangkulnya."Sorry, gue cuma pengin kenalan doang.""Gak perlu. Gue gak izinin lo buat kenalan sama cewek gue. Mendingan lo urusin urusan lo yang belum selesai."Rian menggenggam tangan Raina membawa Raina mendekati motornya.Setelahnya, mereka pun pergi.*****Saat sampai di rumah Raina, Rian hendak membantu Raina untuk membawa belanjaannya, tapi Raina menolak."Gue bantuin.""Gak perlu.""Tapi barangnya banyak.""Gue bisa sendiri."Tidak peduli dengan penolakan Raina, Rian pun mengambil kantung belanjaan Raina d
"Loh, Kak Alina, Alea." Rian cukup terkejut melihat kehadiran kakak sepupu dan juga keponakannya tengah berada di depan sekolahnya."Kalian ngapain di sini?" tanya Rian."Aku mau ketemu Aunty Ana.""Tapi kan semalam kamu udah kirimin video. Uncle juga udah kirim video kamu buat Aunty Ana.""Iya, tapi gue mau ketemu langsung sama Raina. Mau ngundang dia secara langsung. Gak enak kalau dari lo.""Ma, itu Aunty Ana," tunjuk Alea yang begitu antusias."Aunty Ana!" panggil Alea setengah teriak.Raina yang sedang bersama Luna dan Risa seketika langsung menoleh pada Alea.Raina terlihat kaget. Ia pun segera menghampiri Alina dan Alea."Aunty Ana, Alea kangen." Raina tersenyum lalu menyambut pelukan Alea."Ris, mereka siapa? Kok keliatan akrab sama Raina?" bisik Luna.Risa hanya mengendikan bahunya."Kok Kak Alina sama Alea di sini? Mau ketemu Rian, ya?" tanya Raina.Alina menggeleng. "Enggak, kita ke sini mau ketemu kamu. Alea rewel banget pengin ketemu kamu. Katanya dia kangen.""Alea bener
"Ini pacar kamu Rian?""Udah gak sibuk?" tanya Rian terdengar menyindir."Kalau Mama tanya jawab Rian," ucap Lina.Raina yang masih bingung seketika langsung mengerti kalau kedua orang ini adalah orang tua Rian. Pantas saja tadi raut wajah Rian langsung berubah.Raina jadi ingat waktu itu Bi Ira pernah bilang padanya kalau hubungan Rian dengan kedua orang tuanya tidak begitu baik."Em, Om, Tante, perkenalkan saya Raina." Raina memperkenalkan dirinya pada Anton dan Lina. Bukan tanpa tujuan, melainkan Raina tidak ingin situasi menjadi canggung."Boleh kita ngobrol sebentar?""Mama ngapain mau ngajak Raina ngobrol?" tanya Rian curiga."Mama cuma mau kenal sama pacar kamu aja. Boleh kan, Raina?"Raina tersenyum. "Boleh Tan."Lina pun mengajak Raina ke belakang. Rian hendak menyusul, namun Anton menahannya."Biarin mereka ngobrol." Rian melepas tangan papanya dari lengannya."Em, Om, minum dulu.""Iya, kalau gitu Om ambil minum dulu, ya.""Gak usah khawatir, Yan, nyokap lo gak bakal ngapa-
Luna yang baru saja tiba di kelas segera mendekati Raina. Cewek itu tampak bersemangat."Gimana?" Luna mengambil duduk di samping Raina.Raina menoleh pada Luna dengan kening mengerut. "Gimana apanya?" tanyanya bingung."Kan lo diundang ke acara anniversary calon kakak ipar, lo datang atau enggak?" tanya Luna sejelas mungkin."Datang," jawab Raina singkat."Terus gimana? Lo gugup gak? Soalnya keluarga Rian kan pasti banyak yang datang.""Lo bayangin aja sendiri."Raina tidak bisa membayangkan kalau kemarin Rian tidak terus menemaninya maka ia tidak tahu apa yang akan terjadi."Kayaknya sih gugup. Kalau gue jadi lo sih mungkin gue udah gemetaran di sana. Atau lebih parahnya pingsan.""Gue ketemu orang tua Rian.""Serius? Terus gimana reaksi mereka? Mereka gak galak sama lo, kan?"Raina menggeleng. "Tapi gue dikenalin sebagai pacarnya Rian.""Emang lo pacarnya Rian, kan? Emangnya lo mau dikenalin sebagai apa? Istrinya Rian?"Raina berdecak. "Gue kan sama Rian udah putus. Gue ngerasa be