Ganindira sedang mengambil makanan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Setelah acara ini selesai, ingatkan Ganindira untuk mengajak Ganesha makan di salah satu restoran yang ada di tempat ini.
Ketika sedang menikmati hidangan yang tersaji, tidak sengaja matanya menangkap tubuh Ganesha yang dipeluk dari belakang oleh Celia. Tatapan Ganindira datar saat menyaksikan tayangan langsung tersebut. Sambil tersenyum miring, Ganindira menunggu apa yang akan di perbuat Ganesha kepada wanita murahan itu.
Sesuai dengan apa yang difikirkannya, Ganesha menyentak tangan Celia. Ganindira juga
Flashback onLima tahun laluDengung music menggema di pendengaran Ganesha. Dengan santai, ia terus menyesap wiski yang biasa ia nikmati saat berada nightclub. Memperhatikan lautan manusia yang mencari kesenangan dunia dari lantai VIP yang biasa ia tempati, mata tajammnya terus memperhatikan lekuk tubuh wanita penghibur yang mencari nafkah di dunia malam.
Udara dingin menyambut Ganindira yang sedari tadi diam mendengarkan cerita Ganesha. Selama itu juga, Ganindira memikirkan kisahnya yang lalu. Didalam benaknya, entah kenapa Ganindira merasa sangat familiar mendengar kata Gabrielle Jovanka. Perasaanya mengatakan kalau dirinya mengenal dengan pria tersebut.“Aku merasa familiar dengan nama Gabrielle Jovanka. Tetapi dimana ya aku mendengarnya..?”, Ganindira membatin dalam hati.Ganesha yang sedang meminum wiski nya menoleh kearah Ganidira yang sedari tadi diam saat dirinya b
Di dalam kamar mewah yang luas berwarna putih gading, terbaring sepasang anak manusia yang masih terlelap dialam mimpi. Ganesha dan Ganindira masih tertidur dengan posisi Ganesha yang memeluk Ganindira dari belakang. Kicauan burung dari balkon kamar yang terbuka tidak membuat mereka bangun dari tidur nyenyaknya.Hingga terdengar suara ketukan dari luar kamar yang membangunkan mereka. Ganesha yang terbangun duluan mengerjabkan matanya untuk menghalau sinar matahari yang masuk kedalam kamar. Dengan pelan, Ganesha melepaskan pelukannya dari Ganindira dan mendudukkan diri di ranjang ukuran King Size tersebut. Sambil menyampirkan selimut berwarna coklat muda dari tubuhnya, Gane
Mengelilingi Markthal Rotterdam sambil membeli perlatan untuk memenuhi Apartement miliknya, setidaknya bisa membuat perasaan Ganindira lebih baik. Nyatanya perasaaan deg – degan sangat mendominasi dirinya saat ini. Melarikan diri untuk melepas penat akibat jeratan Ganesha Erlangga membuat diri Ganindira tidak tenang. Pikirannya berkecamuk saat mendarat di Belanda tadi pagi. Seharusnya dirinya bisa beristirahat akibat jetlag, tetapi nyatanya tidak. Yang ada hanyalah perasaan cemas. Ganindira takut kalau Ganesha tahu keberadaan nya saat ini. Ganindira butuh waktu untuk mencerna semua. Dalam waktu satu bulan ini, dirinya hampir saja melepas mahkota yang ia jaga selama
“Abrar? Saudara kembar..? itu tidak mungkin…” ujar wanita tersebut.“Bisa saja mungkin…”, jawab Ganesha. “ kalau aku mengenalmu kenapa aku tidak menyapamu?Wanita itu menganga. Raut wajahnya juga terlihat sangat shock. Jadi Ganindira berinisiatif untuk mengalihkan pembicaraan. “Aku Ganindira, siapa namamu..?” Ganindira mengulurkan tangannya ke wanita tersebut.“Maafkan aku sudah bertindak tidak sopan. Aku Sarah, mama Aurora..”, terangnya.Mereka berdua berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri. Disaat Sarah mengulurkan tangan keaarah Ganesha, Ganesha hanya menatap uluran tangan itu dengan datar. Ganindira yang melihat tingkah Ganesha seperti itu mencebik kesal dan menyikut tangan tunangannya. Ganesha yang mendapat sikutan dari Ganindira menolehkan tangannya kesamping dan menaikkan alisnya sebelah.Ganindira kembali melototkan matanya untuk memberi tanda ke Ganesha agar m
Ganindira menggeliat dari balik selimut yang menutupi tubuhnya. Matanya mengerjab pelan saat terik matahari menyusup masuk dari celah jendela kamar. Sambil menguap, Ganindira mendudukkan dirinya diatas ranjang sambil merentangkan tangannya ke atas.“Hoamm, jam berapa ini..?’,Sambil mengumpulkan nyawa yang masih belum utuh sepenuhnya, tangannya terulur keatas nakas untuk mengambil ponsel yang terletak disana. Namun, bukan ponselnya yang diambilnya melainkan sebuah note yang sepertinya diletakkan dengan sengaja diatas ponselnya. Dengan mengerjab, mata Ganindira membaca tulisan yang tertera disana.
Hari pernikahanTheBasilica of Saint Nicholas atau Basiliek van de Heilige Nicolaasmenjadi pilihan Ganesha Erlangga sebagai tempat pengucapan janji dihadapan tuhan di hari pernikahannya dengan Ganindira yang akan di laksanakan hari ini.Dengan tuxedo berrwarna hitam yang melekat indah di pahatan tubuhnya yang sempurna, Ganesha berdiri di atas altar sambil menunggu kedatangan pengantin nya, Ganindira Violeta.Kalau boleh jujur, pernikahan tidak ada dalam agenda hidupnya. Keinginannya hanya ingin menjadi pengusaha sukses tanpa adanya status pernikahan yang mengikat dirinya dengan wanita.Ternyata manusia hanya bisa berencana dan hanya Tuhan yang bisa menentukan. Bayangkan saja, menungg
Kicauan burung diringi dengan cahaya matahari masuk menyusup masuk kedalam sebuah kamar, mengusik tidur sosok wanita dengan tubuh indah yang hanya di tutupi selimut tanpa sehelai kain di tubuhnya dengan posisi yang sedang tertelungkup. Matanya mengerjap pelan karena setitik cahaya tepat mengenai kelopak mata indahnya. Retina berwarna violet tersebut perlahan membuka dengan tangan yang menghalau cahaya yang menembak langsung tepat di matanya. Dengan gerakan pelan, ia merubah posisi tidurnya menjadi terlentang sambil mengertakan selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Kalau dilihat - lihat, sepertinya hari sudah siang dan melewatkan waktu sarapan. Dengan gerakan peln, Ganindira terbangun dengan badan yang sangat lemas.Memorinya masih mengingat dengan jelas apa yang terjadi semalam. Ganesha, pria tampan yang kini sudah sah menjadi suaminya benar - benar menggempurnya dengan sangat keras. Bayangkan saja, selepas dari pesta pernikahan mereka yang di lakukan s