RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 13. Kasih ❤️ dan komentarnya yang membangun ya teman-teman. Happy reading**PoV Author "Kamu gak ada hak, Mas. Kamu sama sekali gak ada hak untuk Ervan!" kata Nara marah. Wanita itu menggebrak meja. Emosinya tersulut begitu saja saat Raka dan Siska menyampaikan maksud kedatangan mereka. Semua terkejut dengan aura wajah Nara yang berubah. Suaminya, Adnan mengelus lembut pundaknya agar Nara lebih sabar dan tenang. "Eh, kenapa Mas Raka gak ada hak? Bukankah itu anaknya. Kamu gak bisa memisahkan ayah dari anaknya!" Kali ini Siska yang berkata. Ucapan Siska membuat Nara muak. Nara tertawa sinis. "Terus yang bisa memisahkan mereka kamu? Kamu kan yang blok aku. Saat anakku nangis waktu umurnya empat tahun mau ketemu Bapaknya. Kamu bilang aku udah gak punya hak dan gak tau malu soalnya Mas Raka bukan lagi suamiku!" kata Nara enteng. Ucapan Nara membuat Siska kesal, apalagi Raka yang gak tahu apapun. "Maksud kamu apa, Nar? Siska sendiri bilang sama aku kalau
"Aku gak ngikutin dia. Aku cuma tanya dan silaturahmi aja. Kami punya masalah anak jadi wajar kami tetap berkomunikasi. Makanya kamu jangan nikahi wanita punya anak kalau gak mau di ganggu!" sergah Raka mendengkus. Dia tetap gak mau ngalah. Tanpa bersalah lelaki itu mengambil pematik dan menghidupkan rokoknya. Asapnya langsung membahana di sekitar mereka. Nara langsung menutup hidung soalnya dia gak suka asap rokok. Sudah dua tahun lepas dari Raka, Nara sudah terbiasa hidup tanpa asap rokok di rumahnya karena Adnan gak merokok. "Uhuk …" Nara terbatuk. "Pak, Raka. Hormati istriku. Dia gak tahan asap anda. Matikan rokok anda!" perintah Adnan. Raka setengah hati mematikan rokok yang baru di hisapnya. Dia lihat Nara cemberut. "Eh, maaf, Nara. Ya udah. Kalau begitu Mas minta maaf. Jadi kapan aku bertemu Ervan?" tanya Raka ke Nara. Sikapnya berubah manis karena ada maunya. "Penuhi dulu permintaanku. Nafkahi anak kamu seperti yang aku mau baru datang lagi ke sini! Kalau bisa berhentil
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 14. Jangan lupa ❤️ dan komentar membangun nya. Baca juga cerita saya yang lainnya kakak pembaca baik hati semua 🙏**PoV Author Siska mengambil gawai Raka, suaminya. Dia melihat Ibunya Raka menghubungi. Wanita itu mendesah. Kenapa wanita paruh baya yang jadi mertuanya harus menghubungi segala. Mau apa sih?Siska membiarkan gawai itu begitu saja. Biar saja mati sendiri panggilan nya. Begitulah pikirannya. Dia lalu menghempaskan tubuhnya ringan di kasur. Gawai Raka tadi selesai bergetar. Siska gak peduli. Malas mengangkat panggilan dari mertuanya. Hubungannya dengan mertuanya kurang bagus. Siska kesal, wanita renta itu selalu saja membela Nara. Katanya Raka gak akan dapat istri sebaik Nara lagi kalau mereka bercerai. Raka dan Nara itu berjodoh akibat Bapak Raka yang menjodohkan dan direstui pula oleh Ibu Raka yang sekarang mertua Siska. Siska pernah bilang kalau dia akan lebih baik dari Nara istri Raka yang dulu. Namun, mertuanya itu malah mencibirnya. "
Tak lama Raka pun keluar. Dia melihat ibunya sudah ada di depannya lalu dengan segera dia menyalami ibunya serta Mira menyalami Raka dengan penuh takzim. Siska sama sekali tidak melakukannya, dia risih. Bu Dyah sudah biasa seperti itu. Siska dan Nara sangat berbeda dalam menghormati orang tua. "Duduk, Bu," kata Raka. Bu Dyah dan Mira duduk. Siska masih berdiri berkacak pinggang menatap mereka dengan kesal. Pagi-pagi mood-nya sudah ambyar dengan kedatangan ibu mertua serta adik iparnya."Siska, kamu buatin minum buat Ibu. Ibu datang dari jauh dan sangat lelah," perintah Raka. "Eh, Nggak apa-apa kok Raka ibu bawa minuman sendiri," kata Bu Dyah. Tak mau Siska yang membutakan minumannya. Takut, soalnya menantunya itu sedikit sinting. Apalagi tadi malam mereka beradu pendapat. Bisa aja di taruh racun atau lebih ringan obat sakit perut. Bu Dyah takut. "Bagus deh. Ibu nggak perlu ngerepotin aku kalau kayak gitu!" "Siska. Kamu nggak boleh kayak gitu. Kamu harus hormat sama orang tua. Kam
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 15.Kasih komentar dan ❤️ ya teman-teman jangan lupa mampir ke cerita saya yang lain.**PoV Author"Antarkan Ibu ke rumah Nara, Raka. Di mana rumahnya?" tanya Bu Dyah begitu senang. "Tapi aku nggak tahu apakah dia mau menerima ibu atau enggak. Dia menerima aku saja dengan berbagai syarat apalagi ibu." "Kalau dia menerima kamu dengan berbagai syarat itu wajar, selama 2 tahun kamu menghilang dan nggak kasih nafkah anaknya. Dia selama itu kesusahan mengurus Ervan. Sedangkan Ibu yakin kalau hubungan Ibu baik apalagi Ervan cucu Ibu!" kata Bu Dyah yakin. "Ya udahlah, Mas. Antarkan aja Ibu ke rumah Mbak Nara. Soalnya Ibu kepikiran terus cucunya. Udah rindu dan beberapa hari sakit. Tapi nggak bilang sama Mas Raka. Takut Mas Raka jadi ikutan kepikiran. Mas aja sekarang pusing menghadapi masalah keluarga sama Mbak Siska. Apalagi menghadapi masalah Sakit Ibu. Jadi mungkin sekarang ibu senang, Mas Raka bilang Mbak Nara ada di sekitar sini bersama juga Ervan. Aku juga
Merasa heran terhadap pemikiran Siska yang udah menjadi mantan istri kenapa minta bagian lagi terhadap apa yang dia dapatkan bersama Adnan, suaminya sekarang. Mereka pun menunggu di luar dengan berbagai perasaan dalam hati mereka. **"Sis, Kenapa sih kayaknya kamu dari tadi stress banget. Emangnya kamu lagi mikirin apa?" tanya Moly temannya Siska nongkrong. Siska biasa menghabiskan waktunya bersama teman-temannya. Kadang mereka pergi karaoke, belanja dan liburan-liburan lainnya yang tidak melibatkan Raka. Dulu sebelum Raka bangkrut. Siska berapa kali mengajak Raka liburan. Tetapi setelah Raka bangkrut. Seakan-akan Siska merasa malu mengajaknya sama seperti dulu dia malu punya suami seperti Adnan yang hanya seorang kuli bangunan.Sekarang bahkan Siska merasa sama aja. Dulu Adnan kuli bangunan sekarang Raka tukang air keliling. Bukankah itu suatu hal yang sama. Punya suami tapi malu-maluin dan Siska males mengajak laki-laki yang membuat dia malu. "Ya aku lagi punya masalah keluarg
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 16. **Nara tersentak saat Bik Narti mengatakan kalau mantan mertuanya ada di luar. Seketika Nara teringat masa lalu saat dia masih berumah tangga dengan Raka. Bu Dyah itu mertua yang baik. Dia bahkan marah ke Raka saat ketahuan selingkuh. Selama Nara menikah dengan Raka. Ibu mertuanya jarang mencampuri urusan keluarganya. Dia akan membiarkan Raka dan Nara menjalankan pernikahan mereka dan apabila ada kendala maka dia yang akan bertanya lebih lanjut kenapa mereka bertengkar dan memberikan nasehat pernikahan kepada keduanya. Namun, Raka yang memang tidak tahu diri, tiba-tiba setelah reuni sekolah putih abu-abunya, sang suami terjebak cinta masa lalu hingga lupa daratan. Melakukan hubungan secara sembunyi-sembunyi dan juga terang-terangan. Ketika terang-terangan sudah diketahui dan berita itu sampai ke Bu Dyah dan suaminya. Tentu saja Bu Dyah marah ke Raka. Dia gak terima Raka menceraikan Nara. Tetapi, yang namanya sudah takdir. Nara hanya bisa ikhlas saat
Ada getaran halus di dada Raka saat Nara mengatakan itu. Saat ini dia sama sekali gak bahagia. Justru menyesal. Seakan perkataan Nara sebuah ejekan untuknya. "Nara, ini terimalah, Nak. Ibu akan bawa lagi karena ini gak seberapa." Bu Dyah memberikan amplop berwarna putih ke Nara. Nara melihat dengan seksama apa yang ada di tangannya ketika Bu Diah memberikannya kepadanya. "Ini apa Bu dan untuk apa?" "Ibu tahu kamu pasti sedih sekali, kamu belum bisa menerima Raka yang tidak menafkahi kamu setelah kalian bercerai. Bahkan tidak menafkahi Ervan selama bertahun-tahun setelah kalian berpisah. Raka mengatakan juga sama ibu kalau kamu memberikan syarat agar dia bisa bertemu dengan anaknya. Sekali lagi Ibu minta maaf atas kesalahan Raka ya, Nara. Ibu tahu ini mungkin tidak cukup tetapi Ibu berjanji akan memberikan lagi uang nafkah kamu selama masa Iddah dan Ervan," kata Bu Dyah sambil mengelap wajahnya kasar. Raka terdiam merasa gak enak hati. Namun mau bagaimana lagi dia memang nggak pun